Hasil hitung nyata (real count)
pemilihan kepala daerah (pilkada) serentak 2024 secara keseluruhan telah resmi diumumkan.
Di antara ratusan pilkada yang telah diumumkan hasilnya oleh Komisi Pemilihan Umum
Daerah (KPUD), pemenang Pilkada Jakarta 2024 barangkali merupakan hal paling
anomali jika dibandingkan dengan pemenang pilkada lain. Secara eksplisit,
pemenang Pilkada Jakarta 2024 datang dari kelompok politik minoritas yang
berhasil membalikkan keadaan dari yang sebelumnya bukan siapa-siapa menjadi
primadona atau harapan baru warga Jakarta. Mereka adalah pasangan Pramono
Anung-Rano Karno yang hanya diusung oleh satu partai parlemen di DPRD Jakarta (PDI-P).
Pramono-Rano berhasil mengalahkan
pasangan Ridwan Kamil-Suswono dari koalisi besar yang disokong langsung
kekuatan kekuasaan serta pasangan independen Dharma Pongrekun-Kun Wardana.
Perolehan suara Pramono-Rano berdasarkan rilis data KPUD Jakarta sebesar
2.183.239 (50,07 persen), unggul atas Ridwan Kamil-Suswono yang meraih
1.718.160 suara (39,40 persen) dan Dharma Pongrekun-Kun Wardana yang
mendapatkan suara sebesar 459.230 suara (10,53 persen). Kemenangan Pramono-Rano
dikatakan anomali karena mereka benar-benar berangkat dari tingkat keterpilihan
nol persen (0,01 persen) di awal mendaftar sebagai pasangan calon
gubernur-calon wakil gubernur Jakarta 2024. Namun, dalam kurun waktu tiga
bulan, mereka berhasil menyalip pasangan Ridwan Kamil-Suswono yang menurut
lembaga survei diprediksi akan memenangkan Pilkada Jakarta dengan angka keterpilihan
50 persen lebih.
Sumber: KPUD Jakarta |
Kemenangan Pramono-Rano masuk
kategori anomali karena ibarat pertempuran, mereka adalah semut sementara lawan
mereka (Ridwan Kamil-Suswono) adalah gajah besar yang didukung kekuatan 13 partai
politik. Mereka juga mendapat dukungan langsung dari Presiden Prabowo Subianto
dan mantan Presiden Jokowi yang secara terang-terangan mengampanyekan Ridwan
Kamil-Suswono untuk dipilih warga Jakarta sebagai gubernur-wakil gubernur
definitif periode 2025−2029. Namun, faktanya, Pramono-Rano yang nyata-nyata semut pada
hari pemungutan suara berhasil menumbangkan gajah besar dengan hasil yang
meyakinkan.
Fakta sejarah mencatat Pramono-Rano sukses
memenangkan Pilkada Jakarta 2024 hanya dengan satu putaran karena mereka telah
memenuhi syarat kemenangan yang diatur undang-undang, yaitu memperoleh dukungan
suara sah 50 persen plus satu suara. Apa makna dari fenomena ini? Maknanya
adalah warga Jakarta pemilik hak suara sungguh-sungguh menunjukkan kewarasan
dan akal sehat tingkat tinggi. Warga Jakarta pemilik hak suara benar-benar
tergolong sebagai pemilih rasional yang kritis, dialektis, tidak dapat
dipengaruhi oleh intervensi kekuasaan mana pun dalam memilih pemimpin politik
eksekutif di Jakarta.
Sekelas Prabowo dan Jokowi juga terbukti
tidak mampu memengaruhi pilihan warga Jakarta agar memilih Ridwan
Kamil-Suswono. Endorsement, himbauan, dan bahkan ajakan Prabowo-Jokowi tidak
laku dijual di Pilkada Jakarta 2024. Warga Jakarta semakin membuktikan bahwa mereka
sangat matang, memiliki literasi politik di atas rata-rata literasi politik
nasional sehingga apa pun intervensi kekuasaan untuk memenangkan jagoan mereka
terbukti tidak ada gunanya.
Warga Jakarta tahu siapa yang layak
memimpin mereka, mereka juga paham bagaimana cara menghukum barisan kekuatan
politik penguasa yang sebelumnya mengatur agar Pilkada Jakarta 2024 tidak
diikuti oleh Anies Baswedan yang berpotensi besar memenangi Pilkada Jakarta
2024 berdasarkan survei─serta hanya diikuti oleh satu pasangan calon (Ridwan
Kamil-Suswono) melawan kotak kosong─sebelum akhirnya Dharma-Kun Wardana
mendaftar sebagai pasangan independen dan Mahkamah Konstitusi (MK) mengeluarkan
putusan yang memungkinkan PDI-P bisa mengusung calon mereka secara mandiri
tanpa berkoalisi dengan parpol lain yang telah sepakat membentuk koalisi besar
untuk memenangkan Ridwan Kamil-Suswono.
Terlepas dari kerja-kerja politik
superhebat dari pasangan Pramono-Rano dan tim, kemenangan Pramono-Rano di
Pilkada Jakarta 2024 tentu juga tidak dapat dilepaskan dari andil dukungan
mantan Gubernur Jakarta yang memiliki pengikut fanatik seperti Anies Baswedan dan Basuki Cahaya Purnama (Ahok) yang secara
lantang dan tegas ikut turun tangan mengampanyekan pasangan Pramono-Rano. Hanya
terjadi di Pilkada Jakarta 2024, barisan pendukung garis keras Anies dan Ahok
bersatu dalam memenangkan pasangan Pramono-Rano. Hasilnya, sungguh-sungguh
mujarab. Pertama dalam sejarah Pilkada Jakarta sejak penyelenggaraan Pilkada
Jakarta 2012 diikuti oleh lebih dari tiga pasangan calon gubernur-wakil
gubernur, baru kali ini (2024) Pilkada Jakarta berhasil diselenggarakan secara
tuntas dalam satu putaran dengan
kemenangan gemilang yang diraih pasangan Pramono-Rano.
Kemenangan Rano-Pram adalah cermin
rasionalitas politik warga Jakarta yang tidak ingin mereka diintervensi oleh
penguasa dan mantan penguasa yang semestinya bersikap negarawan dengan tidak
masuk terlalu dalam mencampuri preferensi politik warga Jakarta yang secara
pendidikan dan tingkat literasi politik tidak dapat disamakan dengan warga
daerah lain. Fenomena hasil Pilkada Jakarta 2024 seyogianya menjadi alarm dan
sekaligus tamparan keras bagi penguasa dan siapa pun yang berniat untuk
memenangkan pertarungan elektoral─bahwa warga pemilih yang memiliki tingkat
literasi politik yang relatif tinggi secara empiris tidak dapat dipengaruhi
atau dibeli dengan cara apa pun. Pilkada Jakarta 2024 adalah bukti konkretnya.
0 Response to "Merefleksikan Kemenangan Pramono-Rano dari Perspektif Akal Sehat Warga Jakarta"
Post a Comment