Tahun 2024 bagi saya penuh
kejutan yang menarik untuk ditulis. Tahun ini dalam ingatan saya penuh drama
dan fenomena sehingga menuliskannya tentu memiliki nilai tersendiri.
Saya akan mencoba memotret apa
yang terjadi di tahun 2024 secara kritis dan proporsional. Pertama, di tahun
ini Prabowo Subianto berhasil terpilih dan dilantik sebagai Presiden kedelapan
Indonesia. Setelah menanti selama dua puluh tahun, terlepas ada kontroversi di
balik proses pencapresannya lantaran keluarnya putusan Nomor 90 Mahkamah
Konstitusi (MK) yang kemudian membukakan pintu bagi Gibran maju menjadi
cawapres Prabowo─ternyata semua itu penuh pelanggaran etik hingga cawe-cawe
kekuasaan Jokowi dalam proses pemenangan Prabowo-Gibran. Di tahun ini Prabowo
berhasil meraih cita-citanya menjadi pemimpin nasional Indonesia. Prabowo
berhasil memenangkan Pilpres 2024 dengan angka yang cukup meyakinkan (58,58
persen).
Sumber: Canva |
Prabowo sukses mengandaskan
perlawanan dua rival politiknya (Anies dan Ganjar) yang secara perolehan suara
nasional─jikapun
hasil suara keduanya digabung tidak akan cukup mengungguli perolehan suara
Prabowo. Setelah resmi menjadi presiden, Prabowo lalu membentuk kabinet
pemerintahan yang sangat gemuk, kementerian yang semula berjumlah 34 kemudian
bertambah menjadi 48 kementerian/lembaga. Prabowo mengangkat orang-orang yang
berjasa dalam proses pemenangannya menduduki pos-pos strategis di pemerintahan.
Mayoritas diberi jabatan politik yang dianggap sepadan dengan keringat mereka. Dalam
menjalankan pemerintahan, Prabowo menunjuk 48 menteri, 5 kepala badan, dan 56
wakil menteri. Jadi benar-benar padat dan penuh secara kuantitas.
Lebih dari itu, Prabowo juga
mengeluarkan kebijakan-kebijakan yang menggebrak sekaligus kontroversial. Sebut
saja, selang empat hari setelah dilantik, Prabowo melalui Menteri Luar Negeri
kepercayaannya Sugiono mengajukan lamaran
resmi Indonesia untuk bergabung dengan BRICS, sebuah blok ekonomi beranggotakan
Brazil, Rusia, India, China, Afrika Selatan sebagai negara pendiri. Belakangan anggota penuh BRICS bertambah
menjadi: Iran, Mesir, Arab Saudi, Ethiopia, Uni Emirat Arab. Selain itu, pada 9
November 2024, Prabowo juga membuat pernyataan bersama dengan Presiden China Xi
Jinping untuk melakukan pengembangan bersama wilayah perairan yang saat ini
sedang dalam klaim tumpeng tindih.
Ini sungguh-sungguh sangat
kontroversial karena siapa pun tahu kalau Indonesia tidak pernah terlibat klaim
atas wilayah perairan di Laut China Selatan. Apakah ini konsekuensi dari
kebijakan China yang berkomitmen untuk menanamkan investasi modal sebesar 157 triliun di Indonesia dan
siap membantu mensukseskan pelaksanaan agenda politik makan bergizi gratis?
Jangan-jangan Indonesia sudah masuk perangkap jebakan batman China yang rela memanjakan
Indonesia dengan triliunan modal investasi? Apakah ini artinya Indonesia
mengakui klaim sepihak China atas sembilan garis putus-putus sebagaimana termuat
dalam peta yang diterbitkan China? Awas hati-hati, jangan sampai kedaulatan
bangsa tergadaikan dengan janji politik lima tahunan yang karena membutuhkan
aggaran besar untuk mewujudkan agenda politik tersebut lalu kedaulatan negara
harus terancam.
Ingat, China sangat
berkepentingan di Laut China Selatan atau dalam perspektif Indonesia, Laut
Natuna Utara. Di wilayah atau area tersebut, Indonesia berhak atas pengelolaan
segala kekayaan laut yang terkandung di dalamnya karena masih termasuk dalam
zona ekonomi eksklusif (ZEE) Indonesia. Potensi sumber daya alam (SDA) yang ada
di perairan Laut Natuna Utara membuat banyak negara termasuk China kerapkali
memasuki ZEE Indonesia dan mencuri kekayaan di dalamnya.
Lebih lanjut, tahun 2024 juga meninggalkan
catatan bahwa baik Prabowo maupun Jokowi sepakat berkongsi memenangkan jagoan-jagoan
mereka di Pilkada serentak tahun 2024. Bukannya menunjukkan sikap seorang
negarawan sejati dengan sedikitnya bersikap netral, Prabowo malah
terang-terangan menyatakan keberpihakan dengan menyatakan dukungan dan mengajak
warga pemilik hak pilih untuk mendukung calon kepala daerah tertentu
sebagaimana yang terjadi di Pilkada Jateng dan Pilkada Jakarta. Untungnya,
dukungan dan kampanye politik Prabowo untuk jagoannya (Ridwan Kamil-Suswono)
tidak berlaku di Pilkada Jakarta 2024 karena yang keluar sebagai pemenang
Pilkada Jakarta 2024 adalah pasangan Pramono-Rano yang berasal dari PDI-P.
Fenomena ini menunjukkan bahwa
warga pemilik hak pilih di Jakarta memilki literasi politik tingkat tinggi
karena suara mereka tidak dapat dibeli alias tidak terpengaruh oleh sikap
cawe-cawe seorang penguasa yang mestinya bersikap negarawan. Namun, yang
terjadi malah sebaliknya. Menggunakan hak suara dengan tidak memilih kandidat
calon yang didukung penguasa dan mantan penguasa adalah hukuman politik yang patut
dilakukan warga Jakarta dan pantas diterima oleh penguasa dan pasangan yang
didukung.
Dan yang tak kalah menggemparkan dari
2024 adalah adanya deklarasi pemecatan Jokowi, Gibran, dan Bobbby dari
keanggotaan partai yang diumumkan PDI-P pada 16 Desember 2024. Setelah setahun
terakhir terlibat konflik panas akibat perbedaan sikap politik antara Jokowi
dan PDI-P, puncaknya Jokowi beserta anak dan menantunya diumumkan secara resmi
bahwa mereka tidak lagi menjadi bagian dari keluarga PDI-P. Dalam perspektif
PDI-P, Jokowi dinilai sudah melenceng jauh dari disiplin, ideologi, dan garis
perjuangan partai yang konsisten patuh pada konstitusi dan menjunjung tinggi
etika politik serta nilai-nilai
demokrasi.
Semua sudah pasti paham kalau
konflik Jokowi dengan PDI-P dipicu oleh perbedaan pilihan politik Jokowi dalam
Pilpres 2024. Jokowi lebih memilih mendukung Prabowo-Gibran daripada mendukung
pasangan Ganjar-Mahfud yang didukung PDIP. Belakangan juga terkuak bahwa sikap
Jokowi yang membelot dari kebijakan partai berdasarkan keterangan Hasto sendiri
karena ambisinya untuk berkuasa selama tiga periode ditolak secara tegas oleh
Ketua Umum PDI-P yang konsisten menjaga konstitusi.
Nyanyian Hasto terkait ambisi Jokowi yang menginginkan jabatan presiden tiga periode belakangan dibantah Jokowi dan dirinya meminta orang yang penasaran untuk bertanya langsung kepada Ketum PDI-P, Megawati Soekarnoputi bahwa sosok Jokowi tidak pernah mengutarakan niatnya untuk menjabat sebagai Presiden tiga periode. Sembilan hari setelah pemecetan Jokowi dari keanggotaan PDI-P, Sekjen PDI-P Hasto Kristiyanto ditetapkan sebagai tersangka kasus suap dan perintangan penyidikan oleh KPK. Apakah ini bagian dari ekses konflik Jokowi-PDI-P? Biarkan waktu yang menjawab. Di bidang hubungan luar negeri, Donald Trump kembali memenangkan Pilpres AS 2024 dengan sangat meyakinkan atas Kamala Haris. Padahal, semua lembaga survei meyakini bahwa yang akan terpilih adalah Kamala Harris. Dan di Timur Tengah, untuk pertama kalinya setelah satu dekade lebih bergolak, rezim pemerintahan Bashar Al-Asad tumbang akibat perlawanan sengit kelompok oposisi Suriah Hayat Tahrir Al-Sham pimpinan Abu Muhammad Al Julani dan pada waktu bersamaan sosok Presiden Suriah terguling melarikan diri ke Rusia. Inilah catatan akhir tentang tahun 2024.
0 Response to "Catatan Akhir Tahun 2024"
Post a Comment