Semenjak pecahnya serangan Hamas kepada Israel pada 7 Oktober
2023 yang kemudian dibalas Israel dengan serangan balik mematikan ke wilayah
Gaza, Tepi Barat, Rafah dan berlangsung hingga akhir Februari 2024─tak kurang dari 30.035 warga Palestina
terbunuh, mayoritasnya wanita dan anak-anak (CNN, 2024). Angka ini
sungguh-sungguh sangat memprihatinkan, warga sipil Palestina tewas sia-sia
akibat brutalitas Israel yang gelap mata ingin membalas kematian 1200 lebih
warga mereka akibat serangan Hamas. Jika pun Israel menuntut balasan nyawa
akibat aksi barbar Hamas, jumlah korban tewas di pihak Palestina sudah
melampaui korban di pihak Israel. Namun, Israel tetap bersikeras akan tetap
menyerang dan menghancurkan Hamas. Nahas, yang menjadi sasaran warga sipil
Palestina yang tidak berdosa dan tidak tahu apa-apa.
Sumber gambar: Alfo Medeiros/Pexels |
Israel
bahkan menyerang objek-objek vital seperti rumah sakit, sekolah, rumah ibadah.
Mereka berdalih ingin menumpas Hamas, nyatanya pelenyapan hak-hak hidup rakyat
Palestina. Apa yang menimpa rakyat sipil Palestina dewasa ini tak ubahnya
praktik genosida yang dipertontonkan Israel kepada dunia. Bahwa memang benar
mereka adalah kriminal sejati, pembunuh sadis, pencuri kemerdekaan dan
kedaulatan bangsa Palestina.
Atas
dasar inilah tidak berlebihan kiranya jika negara seperti Afrika Selatan
menyeret Israel ke Pengadilan Internasional dan hasilnya Israel diperintahkah
untuk segera menghentikan semua aksi kekerasan militer yang menewaskan dan
mengancam kehidupan rakyat Palestina. Lebih lanjut, negara lain seperti
Indonesia tegas menyuarakan perlawanan atas aksi biadab Israel terhadap rakyat
Palestina. Dalam forum resmi seperti sidang di Dewan Keamanan PBB, Indonesia
sangat keras dalam menentang kejahatan kemanusiaan Israel terhadap Palestina
dan menyerukan dengan segera terlaksananya solusi dua negara.
Ihwal
pelaksanaan solusi dua negara sebagai jalan keluar atas perang menahun
Israel-Palestina, Indonesia rupanya tidak sendirian dalam menyuarakan aspirasi
tersebut. Negara-negara yang tergabung dalam kelompok 20 atau G20 juga sepakat
menyuarakan dukungan mereka atas solusi dua negara dalam menyelesaikan konflik
Israel-Palestina. Dalam pertemuan menteri-menteri luar negeri negara G20 yang
berlangsung di Brazil, 24 Februari 2024, mereka secara bulat mendukung solusi
dua negara guna mendamaikan Israel-Palestina.
Amerika
Serikat sebagai salah satu negara G20 bahkan secara eksplisit melalui Presiden
Joe Biden dan Menlu Antony Blinken menyerukan solusi dua negara ini benar—benar
terwujud. Bahkan, Sekjen PBB Antonio
Guterres secara gamblang menyatakan bahwa penolakan atas solusi dua negara bagi
warga Israel dan Palestina dan penolakan atas hak menjadi negara bagi rakyat
Palestina tidak dapat diterima. Setidaknya, inilah sikap para tokoh dan
negara-negara dunia terkait Solusi dua negara.
Pertanyaannya
kemudian, jika semua pihak dan pemangku kepentingan internasional sepakat untuk
menjalankan solusi dua ngara sebagai jalan penyelesaian konflik
Israel-Palestina, lalu, mengapa gagasan ini mandek dan hanya berjalan di
tempat? Jawabannya karena Israel tidak pernah rela melihat berdirinya negara
Palestina yang merdeka dan berdaulat. Hal ini dapat dibuktikan dengan sikap dan
pernyataan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu yang secara blak-blakan
menyatakan bahwa ia tidak akan berkompromi terkait kontrol keamanan penuh Israel
atas seluruh wilayah di barat Yordania dan hal ini bertentangan dengan negara
Palestina.
Jadi,
hambatan utama tewujudnya negara Palestina berdaulat adalah Israel itu sendiri.
Ia tidak bahagia melihat Palestina merdeka dan berdaulat seutuhnya. Israel
tidak nyaman menyaksikan Palestina hidup dengan wilayah teritori yang
berkekuatan hukum mengikat dan diaku dunia internasional sehingga dengan begitu
tidak ada alasan bagi Israel untuk terus melakukan pencaplokan dan penjajahan atas
Palestina di era modern seperti sekarang.
Merespon sikap keras kepala dan tidak tahu diri Israel tersebut, sejatinya semua entitas negara dan pihak-pihak yang memiliki jiwa kemanusiaan serta rasa empati atas penderitaan rakyat Palestina harus tetap konsisten dengan sikap politik yang mereka perlihatkan saat ini. Hemat penulis, teruslah bersuara, tetaplah tegas memperjuangkan berdirinya negara Palestina berdaulat! Jangan pernah takut dengan semua alibi politik Israel karena bagaimana pun posisi mereka salah, namun, bersikap seolah-olah benar. Jangan gentar dengan Israel! Lawan terus negeri zionis tersebut hingga cita-cita besar lahirnya negara Palestina yang merdeka dan berdaulat sungguh-sungguh menjadi kenyataan. Jika harapan berdirinya negara Palestina terwujud, maka yang diuntungkan adalah PBB dan negara-negara yang konsisten memperjuangkan nilai-nilai yang terkandung dalam Piagam PBB seperti perdamaian dunia, persaudaraan, kesetaraan, hak asasi manusia, kemerdekaan menentukan nasib sendiri, dan sebagainya. Semoga!
0 Response to "Melawan Hambatan Berdirinya Negara Palestina Merdeka dan Berdaulat"
Post a Comment