Saya merasa miris sekaligus iba dengan seorang peneliti dari instansi negara (BRIN) yang lebih mendahulukan emosi dan perasaannya daripada rasionalitas dan akal sehat sehingga yang bersangkutan kini harus mendekam menjadi tahanan Bareskrim Polri. Hanya gara-gara jenuh dengan perbedaan penentuan 1 Syawal 1444 H ia menumpahkan kekesalannya di dinding media sosial dengan narasi ingin membunuh warga Muhammadiyah yang secara kepercayaan, meyakini 1 Syawal 1444 H jatuh pada 21 April 2023 sehingga mereka merayakan Idul Fitri lebih awal. Postingan provokatif tersebut sontak viral dan direspon serius oleh organisasi Pemuda Muhammadiyah dengan melaporkan sang peneliti ke Bareskrim Polri karena dianggap telah membuat onar dan tidak nyaman warga Muhammadiyah. Pihak kepolisian pun bergerak cepat, pada Minggu, 30 April 2023, terlapor berhasil diamankan di Jombang Jawa Timur untuk kemudian dibawa ke Jakarta guna diproses hukum. Kejadian ini bagi saya sangat penting untuk diambil hikmahnya agar tidak ada lagi peristiwa serupa di kemudian hari.
Sumber gambar: freepik.com |
Pelajarannya, lebih baik diam
dan menjauhi media sosial daripada menggunakan media sosial untuk hal-hal yang
tidak produktif. Saya pribadi sudah lama minggat dari media sosial arus utama
seperti Facebook, Twitter, Instagram karena saya merasa jenuh. Bagi kamu yang
masih main Faceboook dan Twitter, Instagram, bijak-bijaklah berkomentar atau
memposting status. Pertimbangkan berulangkali
saat akan memposting sesuatu baik itu berupa foto, narasi tulisan, atau video
apakah sudah sesuai koridor hukum positif yang berlaku di Indonesia atau justru
sebaliknya? Ingat, akan selalu ada jejak digital dari setiap aktivitas daring
seseorang di media sosial. Semua mata akan mengawasi dan memerhatikan. Salah sedikit
saja apalagi postingan yang disebarkan melukai dan mengancam suatu organisasi
besar, dampaknya sangat serius. Urusannya panjang, ujung-ujungnya berakhir di
pengadilan dan penjara.
Seringkali memang media sosial menjadi wadah melampiaskan perasaan dan keluh kesah. Namun, berkaca dari banyak kasus yang sudah terjadi maka bersikap waras, logis, mengedapankan akal sehat harus tetap menjadi yang utama. Jangan biarkan perasaan mengalahkan nalar sehat, apalagi ini konteksnya di ruang publik, jutaan netizen membaca dan mengabadikan setiap aktivitas digital siapa pun di ruang media sosial. Jika memang benar-benar jenuh, merasa tidak stabil, pikiran tidak menentu, lebih baik menjauh dari media sosial. Itu jauh akan membuat mental siapa pun kembali sehat dan segar.
0 Response to "Menjauhlah dari Media Sosial Jika …."
Post a Comment