Beberapa waktu lalu, saya
sempat menuliskan dukungan terhadap sikap politik Ganjar Pranowo dan I Wayan
Koster—keduanya
kader PDI-P—mereka menolak kehadiran timnas Israel dalam Piala Dunia U20
2023 dengan Indonesia sebagai tuan rumah. Penolakan ini membuat situasi
Indonesia dinilai tidak kondusif yang kemudian menjadi alasan FIFA sebagai
federasi sepak bola dunia membatalkan status tuan rumah Indonesia dalam ajang
Piala Dunia U20 tahun 2023. Sikap politik Ganjar dan koleganya tersebut sejalan
dengan garis politik PDI-P yang mengambil sikap menolak kehadiran Israel.
Alasannya tentu untuk menjalankan amanat konstitusi yang tegas memperjuangkan hak
kemerdekaan segala bangsa. Sementara sampai saat ini, bangsa Palestina belum
menjadi negara bangsa yang merdeka karena aksi penjajahan Israel. Faktor
ideologis dan konstitusional inilah yang mendorong saya mendukung sikap politik
Ganjar-Koster waktu itu.
Sumber: Wikipedia freepicture |
Lebih lanjut, sikap
politik Ganjar di atas ternyata awal dari momentum besar pengumuman dirinya
sebagai capres dari PDI-P. Tepat pada hari Jumat, 21 April 2023, bertempat di
Istana Batu Tulis Ketua Umum PDI-P Megawati Sukarnoputri resmi mengumumkan
bahwa Ganjar Pranowo adalah calon presiden yang akan mereka usung dalam Pilpres
2024.
Sejujurnya, saat saya
menyimak sambutan Ketua Umum PDI-P pada rapat DPP PDI-P ke-40 ihwal pengumuman
capres mereka, di mana pada awal sambutan banyak sekali narasi yang mengarah
pada perlunya perempuan tampil sebagai pemimin, dengan menyinggung ketokohan
Raden Ajeng Kartini misalnya, saya menduga sosok yang akan PDI-P umumkan untuk
diusung sebagai capres adalah Puan Maharani, putri mahkota, anak biologis dari
Megawati Sukarnoputri yang saat ini mengembang jabatan strategis sebagai ketua
DPR RI. Rupanya dugaan saya keliru, bukan Puan Maharani yang akan mereka usung
dalam Pilpres 2024. Padahal dalam beberapa waktu terakhir, nama Puan santer
disebut sebagai sosok yang akan dimajukan oleh PDI-P. Partai berlambang moncong
putih tersebut justru mencalonkan Ganjar Pranowo, sosok yang dianggap sebagai
rival sengit Puan dalam penentuan capres dari PDI-P.
Pencapresan Ganjar oleh
PDI-P ini dalam pandangan saya sangat beralasan, elektabilitas Ganjar yang
stabil menurut perhitungan lembaga survei kredibel dan penerimaan masyarakat
terhadap sosok Ganjar serta peluang kemungkinan Ganjar bakal menang dalam
Pilpres 2024 bisa menjadi faktor penentu mengapa pada akhhirnya PDI-P mengusung
Ganjar. Secara hitung-hitungan politik, masuk akal juga mencalonkan seseorang
yang punya potensi menang daripada berspekulasi memaksakan mengusung seseorang
yang berpotensi kalah. Apalagi PDI-P menargetkan meraih hattrick
kemenangan dalam Pemilu 2024. Tentu mengusung capres potensial adalah
keniscayaan. Dalam pada itu, publik patut mengapresiasi sikap kesatria Megawati
Sukarnoputri dan sikap legowo Puan Muharani yang pada akhirnya memberikan mandat
kepada Ganjar Pranowo untuk maju sebagai capres dari PDI-P. Mereka benar-benar
rasional, logis, berpikir visioner serta membuang ego pribadi dan keluarga demi
terwujudnya cita-cita besar politik keberlanjutan untuk Indonesia Raya yang
maju dan sejahtera.
Pengumuman Ganjar Pranowo
sebagai capres dari PDI-P ini tentu akan berdampak serius terhadap konstelasi
perpolitikan nasional yang semakin hari semakin seru dan dinamis. Peta politik
menuju Pemilu 2023 tentu akan sangat cair. Dengan telah resminya Ganjar sebagai
bakal capres dari PDI-P, praktis telah ada tiga kandidat kuat bakal capres yang
kemungkinan besar akan maju dalam Pilpres 2023 mendatang, mereka adalah: Anies
Baswedan dari Koalisi Perubahan untuk Persatuan beranggotakan Partai Nasdem,
Partai Demokrat, dan PKS; Prabowo Subianto dari Koalisi Kebangkitan Indonesia
Raya beranggotakan Partai Gerindra dan PKB. Ganjar Prabowo, Anies Baswedan, dan
Prabowo Subianto adalah tiga tokoh yang sudah jelas memiliki tiket maju dalam
Pilpres 2024. Dari segala kemungkinan, yang sudah pasti, Ganjar akan berhadapan
dengan Anies Baswedan yang jauh-jauh hari sudah dideklarasikan sebagai capres
oleh Partai Nasdem diikuti oleh PKS dan Partai Demokrat.
Bagaimana dengan Prabowo Subianto? Ini menarik, setelah deklarasi pencapresan Ganjar oleh PDI-P, Prabowo menampakkan gelagat politik merapat ke PDI-P. Hal ini dapat dibuktikan dengan pernyataan Prabowo saat ditanya kemungkinan Partai Gerindra yang dipimpinnya merapat ke PDI-P usai pencapresan Ganjar, ia secara diplomatis menyatakan bahwa segala kemungkinan bisa terjadi dalam politik. Ia juga menambahkan akan melakukan apa pun untuk kebaikan bangsa dan negara. Prabowo juga segera melakukan safari politik dengan menemui Presiden Jokowi di Solo sehari setelah pengumuman pencapresan Ganjar alias saat momentum Idul Fitri 1444 H. Belum lagi dengan adanya pernyataan dari Presiden Jokowi saat ditanya cawapres Ganjar, ia menyatakan ada beberapa sosok tokoh yang layak mendampingi Ganjar, di antaranya ia menyebut beberapa nama seperti Erick Thohir, Mahfud MD, Sandiaga Uno, Ridwan Kamil dan Prabowo Subianto.
Jika benar Prabowo Subianto membawa Partai Gerindra merapat ke PDI-P dan bersedia menjadi cawapres Ganjar maka peristiwa perjodohan Ganjar-Prabowo saat mereka menunjukkan keakraban di area persawahan saat melakukan kunjungan kerja di Kebumen Jawa Tengah besar kemungkinan akan menjadi kenyataan. Ganjar-Prabowo akan menjadi pasangan duet politik yang dahsyat. Pasangan Ganjar-Prabowo ini juga bisa memuluskan terwujudnya koalisi besar yang sempat mengemuka setelah pertemuan lima ketua umum parpol politik pendukung pemerintah (PAN, Golkar, Gerindra, PPP, PKB) yang juga dihadiri Presiden Jokowi di momen buka puasa Bersama di Kantor Partai Amanat Nasional (PAN). Apakah semua ini akan benar-benar menjadi nyata? Hari-hari mendatang akan semakin asyik dan menarik. Mari kita tunggu!
0 Response to " Pencapresan Ganjar Pranowo dan Teka-Teki Politik Setelahnya"
Post a Comment