Buku antologi puisi Merawat Kata secara resmi diperkenalkan pada 6 Agustus 2021 melalui acara forum bincang buku virtual yang diselenggarakan atas kerja sama penulis dengan komunitas sastra Rusabesi. Meski digelar secara daring, acara yang menandai diluncurkannya buku kumpulan puisi karya Zahir dan Laras ini tidak kehilangan makna dan gairah. Malam 6 Agustus 2021 menjadi saksi betapa antusiasnya para peserta yang hadir dalam acara ini. Acara malam itu benar-benar cair, interaktif, dan hidup. Dibuka dengan pemaparan dari pemateri yang secara khusus menuliskan paper berkenaan dengan tinjauan holistik kandungan puisi yang ada di dalam buku antologi puisi Merawat Kata. Sebagai informasi, antologi Puisi Merawat Kata ini merupakan perkawaninan karya-karya puisi milik Moh. Zahirul Alim dan Laras Sekar Seruni. Jumlahnya sebanyak 50 puisi dengan rincian: 30 puisi dari Zahir dan 20 puisi dari Laras.
Sumber: Dokumen Komunitas Rusabesi |
Acara kemudian dilanjutkan dengan sambutan singkat dari dua penulis yang menceritakan bahwa antologi Merawat Kata ini bisa tercipta karena Zahir dan Laras memiliki visi yang sama, yaitu ingin ikut berkontribusi memajukan literasi nasional dengan cara berkarya bersama. Proses kreatif dari antologi ini memakan waktu kurang lebih tiga bulanan. Berikutnya, acara dilanjutkan dengan sesi QnA atau diskusi terbuka. Pada sesi ini, ada beberapa pertanyaan menarik dari kawan-kawan peserta seperti: mengapa jumlah puisinya tidak proporsional 25-25? Apa tantangan menjual buku puisi? Apa perbedaan warna puisi yang ditulis Zahir dan Laras? Apakah di dalam antologi ini ada puisi bertema romantisme cinta? Mengapa judul bukunya Merawat Kata? Mengapa ada puisi bertemakan ketuhanan?
Penulis mencoba menjawab pertanyaan-pertanyaan di atas sebagai berikut: Jumlah puisi di antologi ini tidak proporsional 25-25 karena penulis dikejar deadline, Zahir dan Laras juga disibukkan dengan target pekerjaan professional masing-masing sehingga waktu itu disepekati bahwa jumlah puisi yang akan dimasukkan cukup 50 puisi dengan harapan Juli bisa rilis ternyata mundur dikit ke Agustus. Menurut Laras, meski tampak tidak imbang, namun komposisi puisi di antologi ini sudah representatif.
Tantangan jualan buku puisi menurut penulis yang paling tampak adalah segmentasi pasar dan selera pembaca. Penulis menyadari bahwa penulis bukanlah pujangga terkenal. Namun begitu, penulis punya nyali untuk berkarya sebisa penulis.
Perbedaan signifikan warna puisi Zahir dan Laras adalah terletak pada cara mereka mengemas kata dan mengomunikasikannya. Puisi-puisi yang ditulis Zahir cenderung eksplisit, menyampaikan pesan dan kegelisahan secara terang-terangan serta apa adanya. Sementara puisi-puisi yang ditulis Laras cenderung implisit, penuh metafora, dan bahasa-bahasa majas. Perpaduan inilah yang membuat antologi ini unik dan seksi untuk dibaca.
Di dalam antologi ini, baik Zahir maupun Laras secara khusus menuliskan puisi tentang romantisme cinta yang jamak dialami oleh setiap manusia. Ada beberapa puisi yang bertemakan cinta. Tema cinta ditulis karena penulis juga manusia normal yang memiliki fitrah, pernah galau, punya mimpi dan harapan.
Zahir dan Laras di antologi ini secara kebetulan sama-sama menuliskan satu dua puisi bertemakan spiritual atau ketuhanan. Bagi penulis, mengadu kepada Tuhan dan menempuh jalan kebatinan adalah jawaban terbaik dari setiap persoalan yang datang mendera. Jadi, seberat apa pun masalah dan suasana chaos yang manusia alami maka jalan pulangnya adalah Tuhan.
Antologi puisi ini diberi nama Merawat Kata karena setiap kata adalah anugerah, di mana dari kata menjadi kalimat, dari kalimat menjadi inspirasi dan karya. Jika pasien Covid-19 saja dirawat maka mengapa tidak kata-kata indah yang berwujud karya juga dirawat. Penulis ingin mengabadikan kata-kata indah tersebut dalam sebuah mahakarya bersama sehingga antologi ini diberi judul Merawat Kata.
0 Response to "Peluncuran Buku Antologi Merawat Kata"
Post a Comment