Drama sudah berakhir! Cerita tentang kebrutalan politik ala Donald Trump kini sudah selesai seiring dengan takluknya Trump di tangan Joe Biden, seorang politikus kawakan yang kenyang akan pengalaman politik dan berhasil membungkam mulut arogan Trump dengan rekor-rekor baru. Pilpres AS 2020 adalah panggung sejarah bagi jagat demokrasi AS, hal ini karena beberapa rekor unik tercipta dalam pilpres penuh ketegangan ini. Di antaranya adalah, Donald Trump berhasil dikalahkan dengan angka yang sangat telak, 290 milik Joe Biden berbanding 214 milik Trump. Selain itu, Biden berhasil memecahkan rekor perolehan suara (popular vote) terbanyak dalam sejarah pilpres AS dengan mengantongi 75 juta lebih suara dukungan yang sebelumnya dipegang oleh Barack Obama 69.498.516. Presiden terpilih Joe Biden juga tercatat sebagai presiden tertua Amerika Serikat, yaitu usia 77 tahun dan akan genap 78 tahun saat nanti resmi menjabat sebagai Presiden AS ke-46 pada 20 Januari 2021. Belum lagi rekor wakilnya, Kamala Harris yang menjadi Wakil Presiden perempuan pertama dalam sejarah AS sekaligus orang perempuan berkulit hitan pertama yang berhasil menduduki jabatan wakil presiden AS.
Bagi saya pribadi, kekalahan telak Trump tidak begitu mengejutkan. Hal ini karena jauh-jauh hari saya sudah berharap Trump kalah dan memprediksi bahwa Trump pasti kalah. Ternyata apa yang ada dalam benak saya beneran terjadi. Fakta politik hari ini membuktikan hal tersebut, Trump benar-benar kalah. Terkait hal ini saya sangat bersyukur, mengapa bersyukur? Karena saya sudah muak dengan semua praktik politik yang ditampilkan Trump. Di bawah kendali Trump, kualitas politik dan demokrasi Amerika Serikat menjadi kurang waras. Politik identitas dibiarkan, rasisme, diskriminasi dilegalkan, perang dagang dikobarkan, hal-hal baik warisan presiden pendahulu tidak dilanjutkan, bahkan dihentikan total seperti kesepakatan nuklir Iran yang dihentikan sepihak, keluar dari perjanjian iklim Paris, mengakui Yerussalem sebagai ibu kota Israel padahal hal tersebut kota suci tiga agama yang tidak boleh diklaim oleh siapa pun, dan yang paling parah Trump tidak dapat menjadi contoh atau role model yang baik utamanya dalam konteks menghadapi pandemi Covid-19, di mana akibat sikapnya yang acuh terhadap protokol kesehatan Trump sendiri akhirnya menjadi positif Covid-19 yang membuatnya harus absen dalam acara debat kedua calon presiden AS.
Di bawah Trump kualitas demokrasi Amerika Serikat praktis mengalami kemunduran, belum lagi dengan pernyataan-pernyataan konyol dan tidak dewasa yang sering dilontarkan Trump, yang terbaru adalah pernyataan yang tetap bekeras kepala tidak mau mengakui hasil pilpres, mau mengguggat hasil pilpres ke meja hijau, dan bersikeras tidak mau mengakui kekalahan. Sikap-sikap seperti ini bagi saya jelas bukan mencerminkan jati diri seorang negarawan. Tidak mengejutkan, jika banyak pihak yang menginginkan kekalahan Trump dan merayakannya. Karena sekali lagi, tipikal pemimpin seperti Trump tidak pantas merepresentasikan wajah politik dan demokrasi Amerika Serikat yang inklusif, dewasa, bijak, dan menyatukan. Dan Trump menjadi presiden kedua setelah Bush senior yang hanya menjabat satu periode karena kalah dalam pilpres AS 1992.
0 Response to "Akhir Drama Pilpres AS 2020"
Post a Comment