Assalamulaikum warahmatullahi wabarokatuh
Salam sejahtera bagi kita semua
Om swastiyastu
Namo buddhaya
Salam kebajikan
Perkenalkan saya Moh. Zahirul Alim, saya seorang karyawan di perusahaan teknologi pendidikan.
Saudara-saudara sebangsa dan setanah air
Momentum Juni adalah momen di mana kita sebagai anak bangsa dituntut untuk merefleksikan kembali sejarah perjalanan bangsa. 75 tahun yang lalu Pancasila sebagai falsafah hidup bangsa lahir, para founding fathers kita waktu itu berjibaku mengeluarkan ide-ide cemerlang. Mereka, berdebat, berdialektika, dan berpikir keras bersama dalam merumuskan konsep dasar negara Indonesia merdeka. Dimulai dari tanggal 29 Mei 1945 para anggota sidang BPUPKI silih berganti menyampaikan usulan dan gagasannya terkait dasar negara Indonesia merdeka.
Dimulai dari Moh. Yamin yang menyampaikan usulan dan gagasannya terkait dasar negara Indonesia merdeka, berlanjut kemudian dengan Dr. Soepomo yang ikut menyampaikan gagasan dan pandangannya, semuanya mengutarakan idealismenya terkait dasar negara Indonesia merdeka. Hingga, puncaknya 1 Juni 1945 kesempatan yang sama diberikan kepada Ir. Soekarno untuk menyampaikan pandangan terkait dasar dasar negara Indonesia merdeka. Pada momentum bersejarah tersebut. Ir. Soekaro menyampaikan pandangan dan gagasannya terkait dasar negara Indonesia merdeka. Sedikitnya, beliau menyampaikan bahwa kelak Indonesia merdeka berlandaskan lima asas yang beliau gali dari budaya bangsa Indonesia sendiri. Lima asas itu adalah: Pertama, Kebangsaan Indonesia. Kedua, Internasionalisme atau perikemanusiaan. Ketiga, Mufakat atau demokrasi. Keempat, Kesejahteraan Sosial. Kelima, Ketuhanan yang Maha Esa.
Gagasan-gasan tentang dasar Indonesia merdeka yang disampaikan Ir. Soekarno 1 Juni 1945 ini kemudian diberi nama Pancasila atau lima asas yang kemudian disepakati sebagai dasar negara Indonesia. Dalam perkembangannya, rumusan-rumusan Pancasila usulan Ir. Soekarno beserta tokoh-tokoh lain kemudian disempurnakan kembali oleh Panitia kecil hingga jadilah Pancasila yang saat ini kita kenal bersama.
Dan kini, di usia lahir Pancasila yang ke-75 bangsa dan negara Indonesia dihadapkan dengan tantangan serius, bersama ratusan negara lain di dunia negara kita sedang dilanda pandemi bernama covid-19. Musibah yang sudah berjalan selama kuranng lebih 4 bulan ini sejatinya telah menguras perhatian, tenaga, biaya, bahkan sampai nyawa pun menjadi korban. Dalam pada itu, memperingati hari lahir pancasila yang ke-75 ini saatnya kita merenungkan sila-sila yang ada untuk kemudian kita aplikasikan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara yang saat ini sedang menghadapi ujian berat. Harapan kita bersama adalah, kita dapat segera bangkit dan melalui pandemi ini selekas mungkin. Untuk mewujudkan hal tersebut, maka pengamalan lima sila Pancasila adalah kunci keberhasilan bangsa dan negara kita apakah dapat melalui pandemi ini dengan berhasil atau malah sebaliknya.
Saudara-saudara sekalian, mari kita resapi sila pertama “Ketuhanan Yang Maha Esa”. Yakinlah bahwa pandemi Covid-19 ini melanda kita atas seizin Tuhan Yang Maha Kuasa. Oleh karena itu, sudah saatnya kita mendekatkan diri kita kepada-Nya dengan amalan-amalan ibadah, berdoa seraya meminta kepada Tuhan agar musibah ini segera berakhir, dan kita dapat hidup normal kembali.
Selain itu, mari kita renungkan juga sila kedua “Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab”. Di tengah kondisi bangsa yang sedang terpuruk akibat pandemi Covid-19, marilah kita senantiasa menjaga tingkah laku kita, menjaga moralitas kita. Janganlah kita berlaku nista dengan menari di atas penderitaan saudara-saudara sebangsa kita yang sedang sulit akibat pandemi ini. Menyampaikan hak-hak bantuan sosial kepada warga yang memang berhak mendapatkannya adalah adalah suatu kewajiban dan keharusan. Jangan khianati hal tersebut. Mari perlakukan mereka secara manusiawi. Tetaplah bersikap humanis, peduli, respek terhadap saudara-saudara sebangsa, toleran, dan menempatkan mereka sebagai saudara yang setara dengan kita.
Sauda-saudara, sekarang mari kita refleksikan sila ketiga “Persatuan Indonesia”. Menghadapi pandemi berat seperti Covid-19 tentu membutuhkan persatuan dan kesatuan kita bersama. Tanpa persatuan yang kokoh, tanpa kesatuan langkah berat bagi kita dapat mengatasi pandemi covid-19 yang sudah menelan ribuan jiwa saudara-saudara kita. Karena itu, mari kita bersatu padu, bergotong royong secara total agar pendemi covid ini lekas berlalu. Yang kuat tolonglah bantu yang lemah, yang kelebihan harta bolehlah berbagi dengan yang kekurangan, yang melimpah sumberdaya bolehlah dibagi dengan yang membutuhkan. Yang memiliki keahlian mengkreasi terobosan-terobosan inovatif di bidang teknologi dan sebagainya sangatlah diharapkan sumbangsih dan kontribusinya dalam penanganan wabah covid ini sehingga kita dapat segera menjadi bangsa dan negara yang segera lepas dari badai corona ini. Hanya dengan kerja sama, kerja keras, dan gotong royong semua anak bangsa masalah besar ini bisa segera selesai. Tidak ada badai yang abadi, karena itu mari kita perkuat persatuan kita dengan terus bergotong royong dalam tindakan nyata.
Saudara-saudaraku,
Selanjutnya, mari kita renungkan sila keempat “Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan Perwakilan”. Sudah sejauh mana praktik kepemimpinan dijalankan secara bijak oleh para pemimpin kita akhir-akhir ini? Rakyat membutuhkan aksi nyata para pemimpin untuk melayani langsung kebutuhan mereka, bukan kontroversi, polemik, silang pendapat, dan sebagainya. Karena itu, sudah saatnya para pemangku kepentingan untuk menghentikan semua polemik, ego sektoral, dan befokuslah untuk bekerja, mendengarkan, dan melayani rakyat dengan sebijak-bijaknya.
Saudara-saudara,
Selanjutnya, mari kita renungkan sila kelima “Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia”.
Covid-19 telah menyerang sendi-sendi kehidupan bangsa dan negara kita, di mana tak kurang dari 3 ribu orang lebih saudara-saudari kita yang meninggal akibat covid19, dan ada 78 ribu orang lebih yang terkonfirmasi positif covid19, PHK terjadi di mana-mana, angka pengangguran dan ancaman kemiskinan pun cendrung meningkat. Dalam pada itu, mari kita saling tolong menolong meringkankan beban satu sama lain. Berat sama dipikul, ringan sama dijinjing, bahwa tugas penanggulangan pandemi covid ini bukan semata tanggung jawab pemerintah semata, melainkan tanggung jawab kita bersama. Dengan bergotong royong, membanting tulang bersama, insyaAllah pandemi ini akan segera berlalu dan bangsa kita menjadi bangsa yang tegak, bangsa yang maju di tengah derasnya arus persaingan dan tantangan global.
0 Response to "Naskah Lomba Orasi 1 Juni 1945 Tahun 2020 BPIP"
Post a Comment