Sudah lama saya merencanakannya, sudah lama pula saya menantikannya. Butuh waktu sekitar hampir empat tahunan bagi saya untuk bisa benar-benar memasuki Museum Kepresidenan Republik Indonesia (RI) dan melihat-lihat isi di dalamnya. September 2016 saya pertama kalinya melakukan korespondensi untuk berkunjung, surat saya disetujui namun pada hari H saya tidak bisa hadir. Berikutnya di bulan Desember 2018 saya juga mengirim surat kunjungan namun pada hari H tidak jadi datang. Hingga akhirnya memasuki tahun 2020, saya masih merencanakan untuk dapat berkunjung ke Museum Kepresidenan RI. Namun kali ini berbeda, saya mencoba mengajak beberapa rekan. Ketika saya ajak, mereka berkenan ikut hingga nama-nama mereka pun saya lampirkan dalam surat kunjungan. Hanya saja menjelang hari H, mereka yang semula ingin ikut berkunjung satu per satu gugur alias tidak jadi.
Hal ini tidak sekali dua kali terjadi, termasuk saat surat kunjungan terakhir saya pada 8 Februari 2020 yang juga nyaris gagal akibat ada satu rekan menyatakan gagal di menit-menit terakhir keberangkatan. Alhasil pilihannya ada dua; gagal berangkat lagi atau jadi berangkat? Dalam pada itu, saya mengambil suatu keputusan, sudah saatnya saya harus mengeksekusi rencana lama ini walaupun hanya seorang diri. Dan Sabtu, 8 Februari 2020 semuanya terjawab sudah, saya membayar lunas penantian panjang itu. Dengan izin Yang Maha Kuasa saya ditakdirkan bisa berkunjung ke Museum Kepresidenan RI. Wahhh..akhirnya kesampaian ya...
Berkunjung ke Museum Kepresidenan RI yang ada di kompleks Balai Kirti, Istana Bogor sejatinya bukan kunjungan biasa. Itulah yang membuat aktivitas berkunjung ke tempat ini sangat istimewa. Dikatakan demikian karena jauh-jauh hari sebelum berkunjung kita harus melayangkan surat pemberitahuan kunjungan. Selain itu, saat berkunjung kita diwajibkan berbusana sopan, memakai baju yang berkerah, tidak bercelana jeans, tidak memakai kaos, dan bersepatu rapi plus membawa identitas pengenal yang jelas. Karena berlokasi di ring 1, berada di suatu area tempat di mana presiden tinggal dan melakukan aktivitas kenegaraan inilah yang membuat siapapun yang ingin berkunjung ke museum kepresidenan harus terikat dengan serangkaian protokoler istana. Bagi saya hal ini tidak masalah, saya mendukung kebijakan tersebut karena memang demikian SOP-nya.
Dan saya akan bercerita secara spesifik tentang isi Musem Kepresidenan RI. Untuk memasuki kompleks Balai Kirti tempat museum kepresidenan berada setiap pengunjung harus melapor ke pos penjagaan, mengisi buku tamu, menyerahkan ID pengenal, memakai ID Tamu dan harus lolos screening petugas. Setelah itu, kita akan disambut satu petugas lagi di depan pintu utama museum, barang bawaan seperti tas ransel tidak boleh dibawa masuk alias harus dititipkan kepada petugas. Baru setelah itu kita diperkanankan masuk ke dalam museum dengan dipandu oleh pemandu khusus wisata museum kepresidenan. Hari itu saya tidak benar-benar sendirian di dalam museum karena ditemani oleh murid-murid dari salah satu sekolah SMK Pariwisata swasta di Jakarta Selatan yang masuk lebih awal sekian menit dari kedatangan saya ke dalam area museum. Pemandu memperkenalkan dengan detail setiap area penting museum kepresidenan, dimulai dari sisi depan yang menampilkan replika besar lambang garuda Pancasila, berlanjut ke bagian belakang yang menampilkan replika patung enam Presiden Indonesia (Ir. Soekarno, Soeharto, B.J. Habibie, Abdurrahman Wahid, Megawati Soekarnoputri, Susilo Bambang Yudhoyono). Semua ini ada di lantai satu.
Berlanjut kemudian ke ruang khusus presiden di lantai dua, di setiap ruangan ditampilkan foto profil berukuran besar, hal-hal unik dari sosok presiden mulai dari quote, kutipan bijak yang pernah dilontarkan semasa menjabat, replika barang-barang peninggalan, audio visual mengenai profil presiden. Namun ada juga barang asli bekas presiden yang dipajang seperti barang milik Presiden SBY berupa buku, catatan dinas kenegaraan, pena, tongkat komando, baju militer lengkap, baju penganugerahan guru besar lengkap dengan toganya. Selain itu, ada ruangan seni yang menampilkan kreasi seorang seniman bernama Jeihan yang melukis enam sosok presiden secara abstrak berjudulkan "Mata Hati Sang Pemimpin". Di dekatnya ada podium kenegaraan yang biasa dipakai Presiden SBY saat menyampaikan pidato kenegaraan.
Ada pula suatu ruangan yang berisikan podium khusus Museum Kepresidenan RI yang di belakangnya tertulis SUMPAH PRESIDEN. Selain itu pula ada ruangan khusus audio visual yang menampilkan sejarah perjalanan bangsa. Museum ini sejatinya terdiri dari tiga lantai, namun ruangan di lantai tiga steril dari pengunjung karena ruangan ini dikhususkan untuk acara-acara penting kenegaraan. Tidak semua orang bisa masuk ke lantai tiga. Jadi yang bisa diakses hanya sampai di lantai dua.
Satu hal lagi, di halaman depan museum di sebelah kanan di situ ada batu nisan yang bertuliskan kutipan dari Presiden SBY yang berbunyi: "SETIAP PRESIDEN INGIN BERBUAT YANG TERBAIK BAGI BANGSA DAN NEGARANYA". Mungkin Anda bertanya: "Kok sepertinya yang dominan Presiden SBY?" Jawabannya, karena Presiden SBY lah yang menggagas pembangunan museum kepresidenan ini, bahkan museum ini diresmikan dua hari sebelum beliau mengakhiri tugas sebagai presiden keenam. Kurang lebih beginilah cerita kunjungan saya ke Museum Kepresidenan RI. Bagi saya ini kunjungan penting untuk mengenal lebih dekat warisan dan peninggalan bersejarah para Presiden Indonesia yang telah mengabdikan dirinya untuk negeri tercinta. Ingin merasakan sensasi menjadi presiden? Kunjungi Museum Kepresidenan RI! Jangan khawatir! Tidak dipungut bayaran apapun. Benar-benar free, gratis, dan inspiratif.
0 Response to "Sensasi Mengunjungi Museum Kepresidenan RI"
Post a Comment