Salah satu pulau terluar Indonesia yang ada di tapal batas negeri namanya adalah Kerdau. Kalau dicari di peta konvensional Kerdau tidak akan ada, tidak akan pernah tampak. Namun coba saja dilacak dengan Google Map, pastilah yang akan tampak sebuah titik kecil yang menandakan begitu kecilnya Kerdau. Pulau ini merupakan pulau perbatasan yang secara administrasi pemerintahan milik Kabupaten Natuna, namun secara otoritas pertahanan maritim masuk Pontianak, Kalbar.
Kerdau secara geografis bertetangga dengan Pulau Panjang. Keduanya saling berdekatan, saling berhadapan. Hanya dua pulau inilah yang memiliki penduduk sehingga kalau kita berkunjung kita bisa melihat adanya kehidupan. Dua pulau ini ada di bawah administrasi Kecamatan Subi, Kabupaten Natuna. Di sekitar dua pulau tersebut, ada beberapa pulau kosong yang tidak berpenghuni. Kalau ada yang berminat, boleh juga tinggal di pulau kosong tersebut.
Untuk menuju Kerdau dibutuhkan waktu tempuh kurang lebih dua jam dengan menaiki mutur/pompong. Hal ini jika perjalanan ditempuh dari Pulau Serasan, pulau tempat Kapal Pelni "Bukit Raya" berlabuh di Pelabuhan Tanjung Setellung, Serasan. Jka ditempuh dari Pulau Subi perjalanan bisa menghabiskan waktu tempuh sekitar tiga jam. Itulah mengapa warga Kerdau lebih menyukai berlayar ke Serasan jika ingin memenuhi kebutuhan sehari hari seperti berbelanja sembako, berobat, dan urusan pendidikan anak. Sangat jarang anak-anak Kerdau melanjutkan sekolah ke jenjang SMP dan SMA di Subi. Mereka lebih memilih belajar di Kecamatan Serasan, Pulau Serasan. Alasannya, akses dan jarak tempuhnya jauh lebih dekat.
Perairan Kerdau menyimpan begitu banyak sumber daya laut yang melimpah. Meskipun setiap hari ditangkap ikan seperti tidak ada habis-habisnya di pulau berluaskan 2.400 meter persegi ini. Setiap hari tidak kurang dari ratusan bahkan mungkin ribuan kilo ikan ditangkap nelayan Kerdau untuk dijadikan ladang nafkah mereka namun kuantitasnya masih tetap ada.
Kekayaan laut Kerdau memiliki pengaruh signifikan terhadap derajat kemakmuran warga Kerdau yang mayoritas mereka menggantungkan hidupnya dari hasil melaut. Tidak susah untuk mencari uang di pulau ini, asal mau menyelam dan tidak gengsi melaut pasti pulang-pulang membawa uang. Kualitas ikan Kerdau juga sudah go international. Hal ini karena salah satu juragan Kerdau menjual hasil ikan yang dibeli dari nelayan lokal kepada bos besar di Kabupaten Natuna untuk diekspor ke Hongkong. Alhasil, meski penuh dengan keterbatasan fasilitas, peralatan, dan perlengkapan warga Kerdau bisa survive, bisa bertahan dengan kamandirian mereka.
Meski PLN belum masuk, mereka bisa menikmati listrik walau harus dengan swadaya dan harga yang tidak murah. Warga bisa berdikari karena salah satunya mereka terbantukan oleh berkah melaut. Uniknya lagi, di Kerdau layanan listrik negara belum masuk namun sinyal H bisa didapat sekalipun harus dengan bergerilya berburu sinyal menuju titik titik tertentu di belakang pulau.
Inilah wujud riil Pulau Kerdau
This is a very nice place . I really love this .ourbdshop
ReplyDelete