Indonesia secara kualitas pendidikan harus diakui sampai detik ini masih tertinggal dari negara-negara tetangga. Di kawasan Asia Tenggara (ASEAN) saja Indeks Pembangunan Pendidikan/Education Development Index (EDI) Indonesia tahun 2017 masih di bawah Singapura, Brunei Darussalam, Malaysia, dan Thailand (Data Deutsche Walle). Secara global, dengan angka EDI 0,603 peringkat Indonesia berada di posisi 108, di bawah Palestina, Samoa dan Mongolia. Sudah menjadi keyakinan umum bahwa kualitas SDM suatu bangsa ditentukan oleh seberapa berkualitas mutu pendidikan yang diterima anak-anak bangsa di dalamnya. Kita harus berbesar hati mengakui keunggulan kualitas pendidikan bangsa-bangsa tetangga untuk kemudian kita belajar, memperbaiki diri, dan segera mengambil sikap terkait apa yang seharusnya kita lakukan guna memajukan Indonesia?
Saat tulisan ini dibuat kebetulan saya sedang bertugas sebagai pendidik atau lebih tepatnya sebagai Pengajar Muda dari sebuah yayasan Gerakan Indonesia Mengajar di sebuah desa/pulau terpencil Indonesia, berbatasan dengan Malaysia di mana dengan menaiki pompong (sejenis perahu) jarak menuju negeri jiran tersebut bisa ditempuh dengan waktu kurang lebih delapan jam. Desa itu bernama Desa Pulau Kerdau, Kecamatan Subi, Kabupaten Natuna, Provinsi Kepulauan Riau. Status saya hanyalah sebagai guru bantu di Sekolah Dasar Negeri 005 Pulau Kerdau yang ditugaskan selama satu tahun guna membantu memajukan sekolah serta desa tersebut. Melalui tulisan ini saya hanya ingin berbagi terkait apa yang sudah saya lakukan untuk membangun kualitas pendidikan di sekolah tempat saya bertugas dan sebagai bahan refleksi agar Indonesia bisa benar-benar maju serta sederajat dengan negara-negara lain yang sudah lebih dulu lepas landas.
Jawaban dari semua persoalan di atas adalah pentingnya penguatan pendidikan karakter, mengapa karakter? Karena dari karakterlah semuanya bermula. Yang saya lakukan di sekolah dengan jumlah murid 26 siswa adalah membangun karakter anak (building character). Saya menempa mental dan watak anak didik dengan pembiasaan-pembiasaan positif yang langsung mereka praktikkan dan alami, hal ini saya sebut dengan pendidikan karakter terapan. Bagaimana wujudnya? Berikut ini ulasannya:
Membangun budaya disiplin lewat kewajiban membaca, saya mengambil inisiatif untuk mewajibkan anak-anak didik masuk perpustakaan setiap pukul 07.00 WIB untuk kemudian segera mengambil buku, mencari posisi, dan membaca buku yang sudah dipilih. Aktivitas ini berlangsung selama 15 menit dan rutin dilakukan setiap hari, setelah itu mereka dibebaskan untuk beraktivitas. Yang masih mau melanjutkan membaca boleh, yang mau kerja piket dipersilahkan, yang mau berjajan di kantin juga boleh. Dari pembiasaan yang sudah berjalan saya mengidentifikasi bahwa anak-anak SD yang saya didik mulai merasakan nikmatnya membaca. Mereka semakin antusias dan bersemangat melahap buku-buku di perpustakaan sekolah. Untuk memastikan tradisi ini berjalan lancar, saya mendampingi langsung kegiatan membaca anak di perpustakaan, ikut membaca di tengah-tengah mereka, 15 menit di pagi hari saya habiskan bersama anak-anak.
Saya berpandangan: dengan disiplin membaca setiap hari pola pikir, daya nalar anak semakin terasah, perbendaharaan kata mereka semakin bertambah, dan daya saing anak semakin menyala. Membangun literasi anak semenjak dini adalah keniscayaan guna mengejar ketertinggalan Indonesia. Bahwa hanya manusia-manusia unggul yang akan membawa Indonesia terbang tinggi seperti terbangnya burung Garuda sebagaimana yang dicita-citakan para pendiri bangsa. Saya benar-benar meyakini bahwa dari perpustakaan dan kegiatan membaca inilah suatu peradaban besar bermula, tidak ada peradaban yang tercipta dari aktivitas kosong, pastilah terlahir dari proses pergumulan berpikir yang terus-menerus. Membaca adalah dasarnya, dengan membaca otak tidak cepat karatan, bebal, dan tumpul. Semakin banyak manusia membaca semakin kritis orang yang bersangkutan. Semakin kritis manusia, semakin handal menyikapi persoalan. Kemampuan meyelesaikan masalah inilah yang saat ini dibutuhkan Indonesia, dengan segudang problematika bangsa yang ada, Indonesia tentu sangat memerlukan sosok-sosok yang kapabel menjawab persoalan dengan solusi tuntas. Mustahil tanpa membaca manusia mengerti permasalahan, karena itu sekali lagi membaca adalah kunci segalanya.
Membangun budaya baca tidak saja tentang kewajiban anak masuk ke perpustakaan. Lebih dari itu, ada nilai karakter yang saya tanamkan ke dalam jiwa anak. Karakter disiplin adalah inti dari pembiasaan yang saya bangun, disiplin yang bagaimana? Disiplin yang sederhana, yaitu setiap pukul 07.00 WIB anak wajib masuk perpustakaan untuk membaca dengan durasi waktu 15 menit. Saya menerapkan metode reward and punishment untuk merangsang anak-anak bersikap disiplin. Ada apresiasi istemewa bagi anak yang disiplin membaca yang diukur dengan indikator data berapa buku yang sudah dibaca selama satu bulan, berapa buku yang dipinjam selama satu bulan? Wujudnya siswa yang terdata paling banyak membaca dan meminjam buku di perpustakaan sekolah diberi hadiah sekaligus didaulat menjadi duta perpustakaan selama satu bulan. Dan akan ada hukuman bagi yang tidak disiplin seperti misalnya tidak masuk ke perpustakaan dengan sengaja, telat memasuki perpus, tidak piket perpustakaan, dan sebagainya.
Pertanyaannya sekarang mengapa harus disiplin? Karena disiplin adalah resep ampuh yang telah terbukti mengantarkan suatu negara menjadi maju. Lihat saja Singapura! Negara termaju di kawasan ASEAN ini terkenal sebagai negara yang sangat disiplin. Setiap warganya sudah terpolakan untuk hidup disiplin di segala bidang kehidupan. Displin dalam bekerja misalnya, bisa dipastikan tidak ada warga Singapura yang berleha-leha, malas-malasan. Semuanya pasti sigap, on time, dan beretos kerja tinggi. Pun dalam disiplin belajar, sangat jarang menemukan pelajar-mahasiswa Singapura yang bolos, santai-santai tidak jelas, tawuran, dan sebagainya. Dalam dimensi praktik kehidupan nyata lainnya, kita tidak akan pernah menjumpai orang yang berani membuang sampah sembarangan di Singapura, semuanya sadar diri untuk membuang sampah pada tempatnya karena jika tidak hukuman tegas sudah menanti bagi yang melanggar. Demikianlah potret nyata bagaimana karakter disiplin terinternalisasi dengan sempurna pada warga Singapura. Berangkat dari fakta di atas, Singapura saat ini tampil sebagai salah satu negara role model di ASEAN. Bagaimana dengan Indonesia? Kita bisa menjadi bangsa dan negara maju hanya jika kita mau menjadi pribadi yang berkarakter, dan karena itu penguatan pendidikan karakter adalah prasyarat mutlak Indonesia menjadi maju.
Saat tulisan ini dibuat kebetulan saya sedang bertugas sebagai pendidik atau lebih tepatnya sebagai Pengajar Muda dari sebuah yayasan Gerakan Indonesia Mengajar di sebuah desa/pulau terpencil Indonesia, berbatasan dengan Malaysia di mana dengan menaiki pompong (sejenis perahu) jarak menuju negeri jiran tersebut bisa ditempuh dengan waktu kurang lebih delapan jam. Desa itu bernama Desa Pulau Kerdau, Kecamatan Subi, Kabupaten Natuna, Provinsi Kepulauan Riau. Status saya hanyalah sebagai guru bantu di Sekolah Dasar Negeri 005 Pulau Kerdau yang ditugaskan selama satu tahun guna membantu memajukan sekolah serta desa tersebut. Melalui tulisan ini saya hanya ingin berbagi terkait apa yang sudah saya lakukan untuk membangun kualitas pendidikan di sekolah tempat saya bertugas dan sebagai bahan refleksi agar Indonesia bisa benar-benar maju serta sederajat dengan negara-negara lain yang sudah lebih dulu lepas landas.
Jawaban dari semua persoalan di atas adalah pentingnya penguatan pendidikan karakter, mengapa karakter? Karena dari karakterlah semuanya bermula. Yang saya lakukan di sekolah dengan jumlah murid 26 siswa adalah membangun karakter anak (building character). Saya menempa mental dan watak anak didik dengan pembiasaan-pembiasaan positif yang langsung mereka praktikkan dan alami, hal ini saya sebut dengan pendidikan karakter terapan. Bagaimana wujudnya? Berikut ini ulasannya:
Membangun budaya disiplin lewat kewajiban membaca, saya mengambil inisiatif untuk mewajibkan anak-anak didik masuk perpustakaan setiap pukul 07.00 WIB untuk kemudian segera mengambil buku, mencari posisi, dan membaca buku yang sudah dipilih. Aktivitas ini berlangsung selama 15 menit dan rutin dilakukan setiap hari, setelah itu mereka dibebaskan untuk beraktivitas. Yang masih mau melanjutkan membaca boleh, yang mau kerja piket dipersilahkan, yang mau berjajan di kantin juga boleh. Dari pembiasaan yang sudah berjalan saya mengidentifikasi bahwa anak-anak SD yang saya didik mulai merasakan nikmatnya membaca. Mereka semakin antusias dan bersemangat melahap buku-buku di perpustakaan sekolah. Untuk memastikan tradisi ini berjalan lancar, saya mendampingi langsung kegiatan membaca anak di perpustakaan, ikut membaca di tengah-tengah mereka, 15 menit di pagi hari saya habiskan bersama anak-anak.
Saya berpandangan: dengan disiplin membaca setiap hari pola pikir, daya nalar anak semakin terasah, perbendaharaan kata mereka semakin bertambah, dan daya saing anak semakin menyala. Membangun literasi anak semenjak dini adalah keniscayaan guna mengejar ketertinggalan Indonesia. Bahwa hanya manusia-manusia unggul yang akan membawa Indonesia terbang tinggi seperti terbangnya burung Garuda sebagaimana yang dicita-citakan para pendiri bangsa. Saya benar-benar meyakini bahwa dari perpustakaan dan kegiatan membaca inilah suatu peradaban besar bermula, tidak ada peradaban yang tercipta dari aktivitas kosong, pastilah terlahir dari proses pergumulan berpikir yang terus-menerus. Membaca adalah dasarnya, dengan membaca otak tidak cepat karatan, bebal, dan tumpul. Semakin banyak manusia membaca semakin kritis orang yang bersangkutan. Semakin kritis manusia, semakin handal menyikapi persoalan. Kemampuan meyelesaikan masalah inilah yang saat ini dibutuhkan Indonesia, dengan segudang problematika bangsa yang ada, Indonesia tentu sangat memerlukan sosok-sosok yang kapabel menjawab persoalan dengan solusi tuntas. Mustahil tanpa membaca manusia mengerti permasalahan, karena itu sekali lagi membaca adalah kunci segalanya.
Membangun budaya baca tidak saja tentang kewajiban anak masuk ke perpustakaan. Lebih dari itu, ada nilai karakter yang saya tanamkan ke dalam jiwa anak. Karakter disiplin adalah inti dari pembiasaan yang saya bangun, disiplin yang bagaimana? Disiplin yang sederhana, yaitu setiap pukul 07.00 WIB anak wajib masuk perpustakaan untuk membaca dengan durasi waktu 15 menit. Saya menerapkan metode reward and punishment untuk merangsang anak-anak bersikap disiplin. Ada apresiasi istemewa bagi anak yang disiplin membaca yang diukur dengan indikator data berapa buku yang sudah dibaca selama satu bulan, berapa buku yang dipinjam selama satu bulan? Wujudnya siswa yang terdata paling banyak membaca dan meminjam buku di perpustakaan sekolah diberi hadiah sekaligus didaulat menjadi duta perpustakaan selama satu bulan. Dan akan ada hukuman bagi yang tidak disiplin seperti misalnya tidak masuk ke perpustakaan dengan sengaja, telat memasuki perpus, tidak piket perpustakaan, dan sebagainya.
Pertanyaannya sekarang mengapa harus disiplin? Karena disiplin adalah resep ampuh yang telah terbukti mengantarkan suatu negara menjadi maju. Lihat saja Singapura! Negara termaju di kawasan ASEAN ini terkenal sebagai negara yang sangat disiplin. Setiap warganya sudah terpolakan untuk hidup disiplin di segala bidang kehidupan. Displin dalam bekerja misalnya, bisa dipastikan tidak ada warga Singapura yang berleha-leha, malas-malasan. Semuanya pasti sigap, on time, dan beretos kerja tinggi. Pun dalam disiplin belajar, sangat jarang menemukan pelajar-mahasiswa Singapura yang bolos, santai-santai tidak jelas, tawuran, dan sebagainya. Dalam dimensi praktik kehidupan nyata lainnya, kita tidak akan pernah menjumpai orang yang berani membuang sampah sembarangan di Singapura, semuanya sadar diri untuk membuang sampah pada tempatnya karena jika tidak hukuman tegas sudah menanti bagi yang melanggar. Demikianlah potret nyata bagaimana karakter disiplin terinternalisasi dengan sempurna pada warga Singapura. Berangkat dari fakta di atas, Singapura saat ini tampil sebagai salah satu negara role model di ASEAN. Bagaimana dengan Indonesia? Kita bisa menjadi bangsa dan negara maju hanya jika kita mau menjadi pribadi yang berkarakter, dan karena itu penguatan pendidikan karakter adalah prasyarat mutlak Indonesia menjadi maju.
Pendidikan karakter yang bagus
ReplyDeleteArtikel ini cukup menarik, karena bisa menggambarkan betapa pentingnya pendidikan karakter bagi masyarakat Indoseia
ReplyDeleteTerima kasih atas pendapatnya. Mungkin ada saran lain untuk artikel di atas? Dg senang hati sy akn menerima..
DeleteArtikel yang sangat baik kak. Patut dicontoh oleh daerah-daerah lain untuk menumbuhkan minat baca sedari kecil. Ingin saran kak, buku yang dibaca oleh anak-anak mungkin bisa ia sharing atau ceritakan kepada kakak dan teman-temannya. Hal ini diharapkan bisa membuat anak memahami isi buku dan berpikir kritis. terima kasih banyak :)
ReplyDeleteThis comment has been removed by the author.
DeleteBaik, sarannya sangat membangun.Nanti saya akan coba terapkan.Terimakasih atas inputnya.. Sangat
Deletepositif..
Artikel yg cukup menarik mas irul
ReplyDeleteMasyaAllah
Artikelnya sangat menarik. Artikel ini juga sangat menggambarkan betapa pentingnya budaya membaca hingga dapat membentuk pendidikan karakter pada anak. Dalam artikel ini juga perbendaharaan katanya cukup bervariasi. Sebagai saran mungkinkah juga bisa dimasukkan kegiatan lain yg sudah dilakukan sebagai bentuk pendidikan karakter.
ReplyDeleteTerima kasih kasih telah meluangkan waktu membaca postingan artikel di atas.. InsyaAllah pada postingan mendatang, sy akn menulis kegiatan edukatif lain yang telah berjalan dan terbukti mendukung penguatan pendidikan karakter di sekolah sy bertugas..sy akn menulis tentang Kantin Karakter Sekolah..
Delete"Tidak ada peradaban yang tercipta dari aktivitas kosong." Agak tersentil baca kalimat ini. Betapa (diri sendiri) menyadari terlalu banyak waktu terbuang tanpa aktivitas positif. Semoga dengan aktivitas membaca secara disiplin, menjadi langkah yg positif untuk meningkatkan kualitas diri menjadi lebih baik.
ReplyDeleteThis comment has been removed by the author.
DeleteIya, sy sangat meyakini bahwa suatu peradaban besar pasti lahir dri proses berpikir yg panjang. Membaca adalah pintu masuk dari peradaban itu.
DeleteTerimakasih sudah meluangkan waktu Membaca postingan artikel di atas.. Sangat mungkin sekali sy menuliskan kegiatan2 lain yg berkenaan dg pendidikan Karakter yg telah sy terapkan. Pada postingan artikel berikutnya sy berencana menulis tntng Kantin Karakter yg sudah diterapkan dan cukup berhasil membuat ank mau melatih dirinya bersikap jujur. Di artikel ini sy sengaja fokus nulis tntng karakter disiplin yg difokuskan pd kegiatan membaca..
ReplyDeleteArtikel yg menarik! Saat kelas 1 SMA dulu saya juga ada kegiatan serupa yg dinamakan "Budaya Membaca". Namun, sayangnya hasil/manfaatnya kurang optimal. Mungkin karena memang pada usia SMA sudah terbentuk karakter dan kebiasaab yg hampir 100% matang. Saya sangat setuju dengan yg dilakukan penulis untuk memulai pendidikan karakter sedini mungkin.
ReplyDeleteSemoga hasilnya optimal dan bermanfaat untuk anak2 kedepannya!
Amin..Nah, belajar dari pengalmn di atas disitulh pentingnya penerapan pendidikan Karakter pada anak usia SD. Masa masa SD adalah waktu emas untuk membentuk mental, paradigma, dan karakter anak. Dan disiplin membaca salah satu hal yg cukup krusial untuk dibiasakan.
DeleteBahasa dan kalimat yang digunakan sangat baik. Saya sangat setuju jika pendidikan karakter sebaiknya ditanamkan dan dihighlight sejak lahir hingga SD. Melihat dari pendidikan SD di Jepang yang hingga kelas 3 SD pendidikannya bukan tentang matematika dan IPA, namun tentang kedisiplinan.
ReplyDeleteJika boleh berkomentar, sebaiknya di akhir dari artikel ini, kesimpulan artikelnya lebih ditekankan melihat dari artikelnya yang cukup panjang, sehingga orang yang membacanya dapat lebih mengingat highlight artikel ini. Terima kasih. Salam sukses!
Terima kasih banyak atas masukan nya.. Cukup kritis namun konstruktif.. Bahwa harus ada highlight dlm artikel di atas, sy sepakat.. Poin sy titik tekannya adalah disiplin dan disiplin..Anyway,salam sukses juga!!
DeleteArtikel yg bagus. Saya krg tau bagaimana latar belakang anak anak tempat anda mengajar. Namun jika dilihat di daerah lain dimana anak banyak lebih berinteraksi dg gadget dibandingkan dg buku, akan sangat baik apabila cara yg anda terapkan jg dapat diterapkan di sekolah-sekolah lain. Semoga ke depannya bisa berkembang lbh baik
ReplyDeleteTerima kasih atas feedbacknya. Anak anak didik saya di sini adalah anak-anak pulau yang tumbuh kembangnya berada di pesisir. Kesehariannya bersama laut. Berhubung listrik pintar belum masuk, alhamdulillah Gadget di sini cukup terbatas. Karena itu, menggiring fokus dan perhatian anak anak kepada aktivitas membaca menjadi alternatif sy agar mereka tidak terpapar perkembangan negatif..iya semoga sj Sekolah-sekolah lain ikut terinspirasi dg pentingnya penerapan pendidikan Karakter.. Amin!
DeleteArtikel yg sangat inspiratif, semoga dg dipublikasikannya artikel ini daerah lain di seluruh pelosok Indonesia bisa menerapkan hal yg serupa.
ReplyDeleteArtikel yang sangat menarik.Saya sendiri sangat setuju dengan yang dilakukan penulis untuk memulai pendidikan karakter sejak dini.
ReplyDeleteSelamat malam, artikel yang sangat baik. Saya sangat kagum dengan innovasi yang anda lakukan, semoga artikel ini dapat menginspirasi muda mudi lainnya untuk selalu berkarya terutama dalam membagun karakter bangsa walaupun ditengah keterbatasan. Salam sukses!
ReplyDeleteTerima kasih telah berkunjung dan membaca artikel di atas. Harapan anda sama dengan harapan saya, semoga ada anak anak bangsa lain yang juga mau ambil bagian ikut mencerdaskan dan membangun karakter bangsa dimanapun berada.. Amin..
DeleteTulisan yang menggelitik dan menyadarkan bahwa nyatanya pendidikan karakter di Indonesia masih kurang dibanding dengan negara lain seperti Singapura atau Jepan yang sudah disebutkan dalam artikel ini.
ReplyDeleteSelain itu, melalui tulisan ini saya menjadi mengetahui bagaimana kondisi pendidikan dibagian belahan Indonesia lainnya seperti kepulauan Natuna ini. Salut dan semangat. Semoga menjadi inspirasi bagi pemuda Indonesia lainnya.
Betul sekali..penerapan pendidikan Karakter di negara kita masih minim. Padahal jika saja kita mau mencontoh negara-negara maju seperti Singapura dan Jepang, pendidikan karakter di sana menjadi cara ampuh untuk memajukan negara. Generasi masa depan benar-benar dipersiapkan dg baik. Mental dan karakter anak anak bangsanya dibangun dengan serius..
DeleteArtikel yang sangat inspiratif. Saya sangat setuju bahwa pendidikan karakter adalah hal utama yang perlu ditanamkan dalam sistem pendidikan di Indonesia. Semoga tulisan ini semakin menginspirasi kaum muda di seluruh negeri untuk tidak enggan terjun ke pelosok melakukan hal-hal positif demi kemajuan bangsa ini.
ReplyDeleteTerimakasih atas feedbacknya.. Sy sangat mengapresiasi cara berpikir anda yg jg memandang bahwa pendidikan pokok yg harus dibangun dan diprioritaskan oleh Indonesia adalah pendidikan Karakter. I totally agree with that. Amin.. Sy jg berharap muncul inisiatif-inisiatif serupa di daerah daerah lain demi menyokong kemajuan Indonesia..
DeleteLuar Biasa pak Zahir, lanjutkan ikhtiar mulia ini,semoga bernilai ibadah..
ReplyDeleteKasih yang terbaik untuk mereka, mutiara pulau kerdau.. Salam rindu saya untuk anak-anak, masyarakat kerdau dan seisinya..