Ketika Program Pemuda Sarjana Penggerak Pembangunan di Perdesaan (PSP3) Kemenpora RI distop untuk selama-lamanya, semua pihak berharap program penggantinya jauh lebih sempurna dari PSP3. Semenjak resmi tutup buku per 1 September 2016 lalu, program PSP3 yang berakhir di angkatan ke-25, kini memiliki pengganti baru, namanya Pemuda Mandiri Membangun Desa (PMMD). Program pengganti PSP3 ini mulai diperkenalkan awal tahun anggaran 2017. Semenjak diperkenalkan, PMMD diyakini akan menjadi program yang efektif dalam mencetak pemuda-pemuda mandiri yang berdikari dengan aktivitas wirausaha yang permodalannya dibantu pihak Kemenpora. Pemuda Peserta PMMD sesuai dengan namanya diharapkan bisa fokus dengan kegiatan usaha mandiri, tidak melebar pada sektor lain sebagaimana PSP3 yang selain dituntut menjadi pemuda sarjana wirausaha namun juga dituntut untuk bisa berperan di bidang-bidang lain seperti pendidikan, kesehatan, sosial, olahraga, dan budaya.
Kini program PMMD sedang berproses, rekrutmen sudah selesai dan per 28 September 2017 lalu sebanyak 1500 peserta PMMD 2017 sudah terpilih. Namun sayangnya, ekspektasi besar agar program PMMD benar-benar ampuh melahirkan pemuda-pemuda wirausaha berbasis potensi perdesaan nyatanya jauh panggang dari api. PMMD tidak lebih sempurna dibandingkan PSP3, loh kok bisa? Begini jawabannya: Jika anda bertanya kepada peserta PMMD 2017 yang terpilih anda akan mendapatkan fakta bahwa program PMMD 2017 tidak ubahnya hanya sebatas cara untuk membelanjakan anggaran kementerian, agar belanja Kemenpora menjelang akhir tahun anggaran berhasil terserap dan citranya terlihat baik. Saya cukup terkejut ketika mengetahui bahwa durasi pelaksanaan program PMMD 2017 hanya sekitar dua bulan (Oktober-Desember) bahkan mungkin tidak sampai dua bulan alias hanya satu bulan setengah.
Lebih kaget lagi ketika mengetahui bahwa dalam kurun waktu itu, peserta PMMD yang statusnya dinyatakan sebagai Kader Pemuda Mandiri Membangun Desa diwajibkan menghabiskan bantuan dana senilai 19 juta rupiah dengan cara membuat lima kegiatan secara berbeda bukan untuk membangun kemandirian usaha pemuda. Setiap peserta diharuskan mengumpulkan proposal berisi lima kegiatan dengan rincian anggaran biaya 19 juta rupiah. Dan hal tersebut harus dilakukan dalam rentang waktu Oktober (setelah pembekalan PMMD tiga hari) sampai pekan kedua Desember 2017. Jujur, saya hanya bisa geleng-geleng kepala seraya bergumam: “Kok jadi begini ya program kepemudaan berbasis perdesaan Kemenpora sekarang?” Bukankah program PSP3 dihentikan agar program penggantinya lebih fokus pada kegiatan wirausaha mandiri apalagi penempatan peserta sesuai dengan asal desa peserta sebagaimana tercantum dalam EKTP? Jika ini diwujudkan tentu semangat dan gelora usaha peserta PMMD akan terlihat nyata. Mereka bisa segera action, merintis usaha, tidak lagi harus memikirkan biaya bulanan atau besok mau makan apa, karena penempatan di desa sendiri. Beda dengan PSP3 yang jauh dari keluarga dan kampung halaman.
Sekadar perbandingan, program PSP3 sekalipun secara nama sangat tidak fokus karena jika mengikuti nama tupoksinya tentu sebagai penggerak pembangunan perdesaan di mana banyak bidang bisa dilakukan seperti mengajar di sekolah, mengajar madrasah diniyyah, membantu kinerja pemerintah desa, memberikan sosialisasi dan penyuluhan, membina karang taruna desa, dan sebagainya. Namun demikian, saat PSP3 masih berjalan setiap peserta PSP3 diwajibkan memiliki kegiatan usaha sebagai upaya mewujudkan kemandirian pemuda yang dengannya peserta PSP3 bisa bertahan hidup. Dengan begitu selain usaha kemandirian jalan kegiatan pendukung lain seperti peningkatan kapasitas pemuda, pelatihan kepemimpinan dan kepeloporan pemuda, even keolahragaan, pendampingan aparat desa, dan sebagainya juga berjalan beriringan. Nah, ternyata PMMD tidak demikian, tidak sesuai dengan namanya yang ingin mengorbitkan pemuda-pemuda mandiri yang bisa berdikari dengan kemandirian usaha berbasis potensi desa asal peserta PMMD.
Singkatnya, peserta PMMD hanya diminta untuk membelanjakan anggaran dengan mewajibkan mereka membuat lima acara dalam waktu yang relatif singkat serta dengan dana yang terbatas. Hasil kegiatan dan laporan keuangannya dikirimkan kepada pihak Kemenpora. Pertanyaan saya, apa mungkin dalam waktu kurang lebih satu bulan setengah, lima acara bisa berjalan maksimal apalagi dengan dana seadanya? Pengalaman saya, untuk mengadakan satu acara saja saya butuh waktu persiapan 2-3 bulan sampai benar-benar siap untuk dieksekusi. Apa mampu anak-anak muda desa peserta PMMD yang mungkin ada yang belum berpengalaman mengadakan acara dalam waktu sebulan setengah berhasil menyelenggarakan lima acara secara marathon? Sekedar masukan, mestinya, bantuan dana 19 juta untuk setiap peserta PMMD yang terpilih itu tidak seluruhnya dibelanjakan untuk mengadakan kegiatan-kegiatan semacam peningkatan kapasitas dan pelatihan untuk pemuda-masyarakat desa.
Idealnya, dari 19 juta ambillah 13 juta untuk dijadikan modal merintis usaha, wajibkan setiap peserta PMMD membuat proposal usaha dan pastikan kepada mereka bahwa wujud nyata usaha mereka akan diperiksa serta akan dimintai pertanggungjawaban. Baru sisanya enam juta boleh untuk menyelenggarakan kegiatan pendukung PMMD seperti even olahraga, pelatihan dan peningkatan kapasitas. Dengan skema demikian, semangat dari nama Pemuda Mandiri Membangun Desa itu tidak hilang, tidak melenceng dari tujuannya ingin membangun pemuda-pemuda yang mandiri dengan kegiatan wirausaha. Kalau skema bantuan dana 19 juta harus dihabiskan untuk mengadakan lima kegiatan bukan untuk merintis kemandirian usaha berbasis potensi desa, saran saya tidak perlu lagi memakai nama PMMD, ganti saja nama PMMD menjadi pemuda dinamis membangun desa alias PDMD.
Kalau sudah begini, saya berani menyimpulkan bahwa PSP3 jauh lebih baik dari PMMD. Secara konsep, PSP3 jauh lebih kuat dan teruji. Sudah begitu banyak wirausaha muda yang lahir dari Rahim PSP3, setiap tahun dipastikan lahir PSP3-PSP3 berprestasi tingkat nasional karena wirausaha dan aktivitas yang mereka lakukan berhasil membawa dampak sosial ekonomi yang positif serta bernilai manfaat. Kekurangan PSP3 hanya satu, biaya hidup bulanan yang tidak menentu, sering dirapel bahkan samapai empat bulan baru ditransfer. Sehingga tidak salah jika banyak peserta PSP3 yang kabur dari desa penempatan akibat telatnya biaya hidup. Bahkan ada yang meninggal dunia akibat tidak mampu berobat karena telatnya biaya operasional bulanan. Dan ternyata setelah program PSP3 tidak dilanjutkan, malah diganti dengan program baru bernama PMMD, harus dikatakan penggantinya tidak jauh lebih baik dari program yang diganti (PSP3). Target dan ukurannya semakin tidak jelas, apa yang mau dicapai? Program PMMD 2017 perdana dilaksanakan di tahun anggaran 2017 dengan durasi waktu maksimal hanya dua bulan (Oktober-Desember 2017) malah bisa kurang hanya sekitar sebulan setengah.
Harapan saya, jika program ini masih akan diadakan pada tahun anggaran 2018, alangkah lebih baiknya program PMMD tahun depan lebih disempurnakan lagi, tidak hanya untuk formalitas belanja anggaran agar dinilai terserap dengan baik dan terkesan wajar tanpa pengecualian atau agar terlihat program kepemudaan Kemenpora berjalan bagus. Lebih dari itu, penting untuk menetapkan target-target terukur apa yang mau disasar? Apalagi target Presiden Jokowi bahwa Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) di tahun 2018 dimaksudkan untuk menanggulangi masalah kemiskinan dan pengangguran. Karena itu, kalau bisa durasi pelaksanaan jangan hanya dua bulan, usahakan satu tahun anggaran agar target kemandirian pemuda benar-benar tercapai dengan maksimal. Yang harus selalu diingat, jangan menyimpang dari semangat nama besar program PMMD yang ingin menciptakan Pemuda Mandiri Membangun Desa. Kata kuncinya hanya dua frasa Pemuda Mandiri (PM) bukan yang lain, ayo lahirkan pemuda-pemuda Indonesia yang benar-benar bisa mandiri!
Baca juga Penyebab PSP3 Dipastikan Berakhir
Baca juga Hasil Akhir Seleksi PMMD 2017
Baca juga Mengenal Program PMMD Kemenpora
Baca juga Mengintip Jalannya Seleksi PMMD Jatim 2017
Baca juga Penyebab PSP3 Dipastikan Berakhir
Baca juga Hasil Akhir Seleksi PMMD 2017
Baca juga Mengenal Program PMMD Kemenpora
Baca juga Mengintip Jalannya Seleksi PMMD Jatim 2017
0 Response to "Membandingkan PMMD dengan PSP3"
Post a Comment