Ada yang menarik dari kunjungan kerja Presiden Joko Widodo di Kabupaten Sumenep, Madura, Jawa Timur, Minggu 8 Oktober 2017 lalu. Hal tersebut adalah keluarnya ide-ide segar, lahirnya inisiatif-inisiatif baru untuk membangun kualitas dan sumberdaya manusia pesanten yang lebih menjanjikan. Hal ini mengemuka saat presiden mengunjungi dua pondok pesantren terkenal di Madura, yaitu: Pondok Pesantren Al-Amien Prenduan dan Pondok Pesantren Annuqoyyah Guluk-Guluk. Dalam kunjungan di dua pesanten tersebut presiden memiliki agenda yang berbeda. Saat ke Al-Amien Presiden Jokowi menghadiri acara Halaqoh Kebangsaan, isi dan muatan pidato presiden menyampaikan pentingnya anak-anak bangsa untuk tidak terprovokasi dengan konten-konten negatif berupa kabar dusta (hoaks) yang marak beredar di media sosial.
Presiden mengingatkan semua pihak tak terkecuali para santri dan undangan agar selalu menyaring dan mengkroscek kebenaran setiap informasi yang didapat di dunia maya agar tidak menimbulkan kesalahpahaman dan kesimpangsiuran yang berpotensi menimbulkan gesekan dan adu domba sesama anak bangsa. Lebih dari itu, presiden juga mengapresiasi adanya 500 santri berprestasi se-Madura yang secara spontan dijanjikan akan diberi beasiswa kuliah di Perguruan Tinggi Negeri (PTN) ternama tentunya setelah melalui mekanisme seleksi.
Selesai dari Al-Amien Prenduan, presiden bertolak menuju Annuqoyyah Guluk-Guluk. Agenda presiden kali ini adalah menghadiri Peringatan Hari Perdamaian se-Dunia, acara yang dimotori oleh The Wahid Fundation bekerjasama dengan Pesantren Annuqoyyah ini bertujuan untuk mengedukasi santri, mengajak warga masyarakat dan seluruh elemen bangsa untuk komitmen menjaga semangat perdamaian dan persatuan bangsa. Presiden dalam sambutannya menceritakan perbincangannya dengan Presiden Afghanistan Ashraf Ghani beberapa waktu sebelumnya, bahwa negara sekelas Afghanistan yang awalnya hanya terdiri dari tujuh kelompok etnis bisa terpecah-belah menjadi puluhan kelompok/golongan dan sampai sekarang selalu terlibat konflik komunal akibat adanya kesalahpahamahan dan rasa saling tidak percaya satu sama lain.
Presiden Jokowi mengaku diingatkan oleh Presiden Ashraf Ghani agar waspada dan hati-hati dalam memimpin Indonesia yang sangat beragam, terdiri dari ratusan suku, bahasa, ragam adat, agama, aliran kepercayaan, dan lain sebagainya. Karena itu, presiden mengajak semua yang hadir untuk menjaga semangat persaudaran antar anak bangsa. Selain menyampaikan pesan perdamaian dan persatuan, seperti biasa presiden juga mengadakan kuis kebangsaan berhadiah sepeda.
Selain hal-hal di atas, yang menarik dari silaturrahim Presiden Jokowi mengunjungi dua pesantren besar di Sumenep Madura adalah munculnya wacana dan gagasan presiden yang memikirkan perlu adanya kementerian khusus yang mengurusi pesantren. Menanggapi ide ini, saya menyambut gembira adanya gagasan tersebut. Jumlah pesantren yang mencapai 27.230 ribu dengan 3.004.807 santri (Data Kemenag), serta sangat vitalnya peran dan posisi pesantren dalam menyelenggarakan agenda pembangunan negara di bidang pendidikan, agama, sosial, adalah pertimbangan logis presiden mewacanakan perlu adanya seorang menteri khusus pesantren. Kalau desa-desa seluruh Indonesia yang berjumlah 74.954 desa memiliki Menteri Desa yang bertanggungjawab mengurusi masalah pembangunan desa, jika dinalar sangat masuk akal gagasan presiden yang merencanakan perlu adanya kementerian khusus pesantren untuk mengurusi urusan-urusan pesantren. Sebagai informasi, selain sudah resmi memiliki hari santri nasional yang jatuh setiap tanggal 22 Oktober setiap tahunnya, pesantren harus diakui memiliki fungsi strategis sebagai benteng terakhir negara dalam menjaga akhlak bangsa yang kini dalam kondisi darurat narkoba, radikalisme terorisme, korupsi, dan penyakit-penyakit sosial lainnya. Bahwa berawal dari pendidikan pesantren lah sumber daya manusia unggul dibangun, dari pesantren lah kader pemimpin masa depan bangsa dipersiapkan. Keberadaan Menteri Khusus Pesantren akan sangat efektif dalam mempercepat tercapainya cita-cita pembangunan nasional di bidang pendidikan dengan fokus kerja membangun SDM Indonesia yang berjiwa imtaq, unggul, berdaya saing global, dan berjiwa pemimpin.
Pesantren sejatinya merupakan pranata pendidikan alternatif Indonesia selain pranata-pranata pendidikan mainstream seperti sekolah-sekolah umum yang jamak kita temui dalam kehidupan sehari-hari. Namun begitu, eksistensi pesantren terbukti ampuh dalam memberikan kontribusi riil bagi bangsa dan negara. Sejarah berdirinya Republik Indonesia tidak bisa terlepas dari peran penting pesantren, dukungan para ulama pesantren dalam memerdekakan Indonesia dari penjajahan bangsa kolonial, sumbangsih mereka berupa pemikiran, tenaga, waktu, harta, jiwa benar-benar didedikasikan guna merintis berdirinya negara baru bernama Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Bahkan saat-saat awal negeri ini berdiri, saat pihak penjajah ingin kembali menjajah para ulama pesantren rela bertaruh nyawa guna mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Tidak hanya itu, para ulama pesantren bersama tokoh pendiri bangsa lain seperti Bung Karno, Bung Hatta, ikut meninggalkan warisan berharga yang sampai saat ini bisa kita nikmati bersama. Pancasila, ideologi negara yang diperas dari Piagam Jakarta dan pembukaan UUD 1945 itu adalah peninggalan para pendahulu yang di dalamnya juga ada andil aktif para ulama pesantren. Tidaklah mengejutkan jika Presiden Soekarno mempercayakan sosok Menteri Agama (Menag) pertama Republik Indonesia dijabat oleh tokoh pesantren bernama KH Wahid Hasim, ayahanda presiden keempat RI KH. Abdurrahman Wahid. Saat itu beliau adalah Pengasuh Pesantren Tebuireng Jombang.
Dalam perkembangannya, harus diakui pesantren turut serta melahirkan pemimpin-pemimpin bangsa yang berkualitas. Tidak bisa dipungkiri, dari Rahim pesantren lahirlah tokoh-tokoh hebat seperti Gusdur, Gusmus, KH. Hasyim Muzadi, KH. KH Shalahuddin Wahid, KH. Said Aqil Siraj, KH. Ma`ruf Amin, Dien Sayamsuddien, Hidayat Nur Wahid, Mahfud MD, Lukman Hakim Saifuddin, dan tokoh-tokoh terkenal lain.
Menyadari urgensi pesantren bagi masa depan Indonesia utamanya dalam upaya menyukseskan agenda pendidikan karakter yang diinisiasi presiden, tidaklah berlebihan jika Presiden Jokowi menggagas wacana perlunya kementerian khusus pesantren. Saya sangat mendukung wacana ini serta berharap dapat segera diwujudkan dengan nyata. Semoga!
0 Response to "Ihwal Perlunya Kementerian Khusus Pesantren "
Post a Comment