Opini
"Indonesia-Malaysia: Dekat tetapi Jauh" yang ditulis oleh Pudentia
MPSS, Dosen Universitas Indonesia (UI) dan dimuat di harian KOMPAS, Rabu, 6 September 2017 ini memberikan selayang pandang
yang memperkaya khazanah pemahaman pembaca terkait relasi bilateral
Indonesia-Malaysia yang seringkali fluktuatif.
Penulisan
opini ini dilatarbelakangi oleh insiden bendera terbalik Indonesia oleh
Malaysia selaku tuan rumah penyelenggara SEA Games ke-29 yang berlangsung di Malaysia tahun 2017. Hal ini terungkap dalam buku
panduan SEA Games 2017 yang mereka buat, di sana bendera Indonesia tidak dicetak sebagai mana semestinya: merah putih, melainkan putih merah. Kejadian ini sontk direspon dengan kemarahan
warga Indonesia yang menuntut agar otoritas Malaysia meminta maaf. Dan hal itu
dituruti Malaysia yang diikuti dengan komitmennya untuk menarik buku
panduan SEA Games tersebut. Rupanya sikap Malaysia tidak cukup ampuh
meredam emosi masyarakat Indonesia yang merasa geram dengan kelakuan
Malaysia yang berulangkali merugikan Indonesia. Meskipun sudah minta
maaf, publik tetap saja jengkel terhadap Malaysia. Warga yang memiliki
keahlian di bidang IT misalnya hacker, tidak sungkan untuk
meretas situs-situs Malaysia, menyuarakan betapa terusiknya suasana
kebangsaan Indonesia mengetahui simbol dan lambang besarnya dilecehkan.
Ada juga demonstrasi warga yang menampilkan insiden balasan berupa
pembalikan bendera Malaysia.
Tidak
ketinggalan pemerintah Indonesia, mulai dari Presiden, mantan Presiden,
Menpora, dan Menlu, para praktisi-pakar Hubungan Internasional juga
angkat bicara ihwal insiden ini. Semua entitas bangsa tersentak dengan
tindakan Malaysia yang lagi-lagi mengganggu kenyamanan Indonesia.
Hikmahnya, spirit kebangsaan Indonesia relatif terjaga, bahwa sampai
kapanpun Indonesia memang tidak akan pernah rela dan tidak akan pernah
terima jika dilecehkan dan direndahkan. Karena kami adalah bangsa bermartabat.
Adapaun dalam opini ini penulisnya lebih banyak mengulas bagaimana masa
lalu sejarah Indonesia-Malaysia dilihat dari perspektif sosio historis,
genealogi, kultur, politik, dan relevansinya dalam konteks
kekinian hingga timbulnya insiden bendera terbalik. Bahwa benar
Indonesia-Malaysia itu dekat tapi kadangkala jauh. Secara geografis memang dekat, namun secara prinsip kebangsaan dan ideologi Indonesia-Malaysia berbeda jauh. Yang satu serampangan, mudah menyulut emosi tetangga dengan segala macam modusnya mulai dari klaim sepihak terkait batas wilayah hingga produk budaya. Sementara yang satu lagi penuh kehati-hatian, tidak mau kompromi dengan gangguan tetangga. Jika dirasa menggangu, akan segera ditindak dan diberi pelajaran.
Baca juga Kliping Opini Mencintai Indonesia Baca juga Opini Lengkap Mencintai Indonesia
Baca juga Kliping Opini Mencintai Indonesia Baca juga Opini Lengkap Mencintai Indonesia
0 Response to "Indonesia-Malaysia: Dekat tetapi Jauh "
Post a Comment