Setelah
melalui proses politik panjang yang cukup melelahkan, akhirnya bangsa Indonesia
kini memiliki Presiden baru. Pilpres kali ini sungguh terasa sangat berbeda
dengan Pilpres-Pilpres
sebelumnya, hal ini tidak lain karena Pilpres 2014 bisa
dibilang paling seru dan menantang. Semua pihak terlibat, masyarakat terbelah
menjadi bipolar, yaitu kutub Prabowo-Hatta dan kutub Jokowi-JK. Yang
menarik adalah, sekalipun masyarakat terbelah, derajat demokrasi mereka bisa
dibilang naik kelas dari sebelumnya. Pilpres kali ini
benar-benar merupakan wujud dari demokrasi yang menggembirakan, terlepas dari
adanya fitnah dan kampanye hitam yang sempat merebak, namun harus diakui
masyakat kita pada Pilpres 2014 semakin rasional.
Munculnya
relawan-relawan heroik, siap memenangkan pasangan Capres-Cawapres
pilihan hati meski tanpa dibayar, bahkan ada yang secara cuma-cuma mau
menyumbangkan uang untuk urunan biaya kampanye pasangan kandidat idola mereka
beberapa waktu lalu benar-benar menggambarkan kondisi sesungguhnya kualitas
berdemokrasi mayarakat Indonesia yang semakin matang. Inilah
demokrasi partisipatif yang patut kita banggakan, pertahankan dan kalau perlu
ditingkatkan.
Tanggal
22 Juli
menjadi awal lahirnya Presiden terpilih 2014, melalui rapat pleno terbuka
akhirnya Komisi Pemilihan Umum (KPU) secara resmi menetapkan Joko Widodo-Jusuf
Kalla sebagai Presiden-Wakil Presiden 2014-2019. Presiden Ketujuh
yang baru terpilih itu bernama Joko Widodo, seorang yang sebelumnya berkarir
sebagai Pengusaha, Wali Kota Solo dan Gubernur DKI Jakarta. Terpilihnya Jokowi
sebagai Presiden
sejatinya menjadi pelajaran bagi semua anak bangsa, bahwa siapapun memiliki hak
yang sama menjadi orang nomor satu di Republik tercinta
ini. Siapa yang menyangka sosok Jokowi bisa menjadi RI 1? Sosok
ndeso yang menurut lawan-lawan politiknya
tidak pantas menjadi Presiden. Toh, kenyataan
menyatakan sebaliknya, Jokowi berhasil keluar sebagai pemenang Pilpres
dengan perolehan suara 70.997.833 atau 53,15 persen suara sah nasional,
mengungguli Prabowo Subianto dengan perolehan
62.576.444 atau 46,85 persen (lihat di
www.kpu.go.id).
Memang
benar kata Presiden
terpilih-Jokowi, bahwa “kita memang tidak bisa menolak takdir,” artinya: boleh
saja orang menfitnah, menghujat dan membuat strategi rapi untuk menjegal
langkahnya namun kalau Sang Pemilik Kuasa tidak berkehendak maka sia-sia saja
semua yang dilakukan. Di atas kuasa manusia merencanakan sesuatu, ada kuasa
Tuhan yang tidak bisa diganggu gugat oleh siapapun, demikian pula yang dialami
Jokowi, betapapun manusia menghalanginya menjadi Presiden
dengan serangan berbagi macam fitnah, kampanye hitam yang bertubi-tubi, koalisi
tambun lawan-lawan politik, namun berkat kerja keras nyata, doa, dan kuasa
Tuhan pada ujungnya ia ditakdirkan menjadi Presiden Ketujuh RI.
Terlepas
dari kuasa Tuhan, tentu ada faktor lain yang mengantarkannya menjadi pemegang
singgasana pemerintahan lima tahun
mendatang. Fenomena kemenangan Jokowi harus menjadi pelajaran bagi semua elemen
bangsa bahwa menjadi sosok terpilih tidak asal jadi begitu
saja. Butuh proses yang cukup, dan semua itu berawal dari niat
dan pola pikir yang benar. Untuk apa berpolitik?
Buat apa nyemplung ke pertarungan politik terbuka? Kalau niat dan dan pola
pikir mengenai politik sudah betul, bahwa politik tidak lain hanya merupakan
wadah pengabdian bukan yang lain maka jalan lapang tentu akan terbuka. Hal ini
sungguh lekat dengan Presiden Ketujuh
RI, tanpa bermaksud berlebihan, penulis memandang kemenangan Jokowi tidak lepas
dari ketulusan niat dan pola pikir beliau untuk mengabdi
bagi bangsa ini.
Semangat
pengabdian yang sudah beliau buktikan ketika
menjadi Wali
Kota
Solo, Gubernur DKI Jakarta, serta keserderhanaan hidup yang beliau
tunjukkan sehari-hari inilah yang mengantarkannya memenangkan hati dan suara
rakyat Indonesia. Tanpa dikomando dan dimobilisasi, rakyat dengan suka cita
bersedia menyalurkan ide-ide kreatif dan bersatu untuk mendukung langkah politik
Jokowi, hadir dalam setiap kampanye politiknya, antusias menyalurkan hak
suaranya, dan bersedia mengawal proses Pilpres hingga
tuntas. Suatu pemandangan yang belum pernah terjadi pada Pilpres-Pilpres
sebelumnya.
Sosok
Jokowi yang apa adanya, tidak tersandera dengan kepentingan-kepentingan yang
membelenggu gerak langkah pengabdiannya membangunkan apatisme politik
masyarakat yang sebelumnya alergi, pesimis dengan pemerintahan produk politik
menjadi peduli, tergugah dan terpanggil untuk menjadi bagian dari solusi
persoalan bangsa. Harapan mereka kembali menyala dengan hadirnya Jokowi, mereka
dan penulis sendiri menaruh harap pada Jokowi. Karena
bagaimanapun negeri yang memiliki segudang persoalan ini tentu harus dipimpin
orang yang tepat; yaitu sosok kompeten, teruji, jujur, tegas, humanis dan
pekerja keras. Hasil
akhir Pilpres
menunjukkan bahwa rakyat berkeyakinan bahwa semua aspek ini
hanya ada pada Jokowi. Setidaknya itulah kenyataan yang tercermin dari
kemenangan Jokowi atas
rival terberatnya Prabowo.
Penulis
bangga dengan kematangan politik masyarakat Indonesia yang semakin dewasa, bisa
membedakan mana sosok yang nothing to
lose, mana sosok yang transaksional, semuanya terjawab tuntas dalam Pilpres
2014. Dan
sejarah politik Indonesia kali ini membuktikan, bahwa hanya sosok terbaik yang
layak memimpin Indonesia. Jokowi,
dialah Presiden Ketujuh yang dikehendaki rakyat Indonesia. Selamat!
Artikel ini ditulis Juli 2014
Bangga punya presiden jokowi... (y) semoga bisa membawa indonesia ke arah yg lebih baik gan.... nice artikel...
ReplyDeleteWah itu dapat info dari mna gan
ReplyDeleteMakasih mas, jarang ngeblog / online belakangan.
ReplyDeleteIseng jalan - jalan eh nyantol kesini.
Saya hanya bisa bilang anda seorang blogger sejati... salut mas.
Salam jabat erat dari saya.
Suara Bamega
Makasih mas, jarang ngeblog / online belakangan.
ReplyDeleteIseng jalan - jalan eh nyantol kesini.
Saya hanya bisa bilang anda seorang blogger sejati... salut mas.
Salam jabat erat dari saya.
Suara Bamega
Thanks Infonya gan.. bermanfaat
ReplyDeleteane sampe sekarng masih menaruh respect sama pak jokowi karna real yag ia lakukan dengan segala kekurangan karna manusia kan nggak ada yang sempurna
ReplyDeleteJokowi is the best
ReplyDeletebermmanfaat gan thanks :)
ReplyDelete