Tugas boleh selesai, masa
sebagai Sarjana Penggerak Desa (PSP3) boleh berlalu, namun tidak dengan spirit
dan idealisme membaca. Ia akan hidup selamanya, tidak pernah lapuk dimakan
zaman, begitulah tekad besar PSP3 menjelang berakhirnya peran dua tahun menjadi
seorang pencerah sosial. Dalam hitungan hari, saya sebagai PSP3 akan purna dari
tugas. Dalam pada itu, saya berupaya semaksimal mungkin untuk benar-benar mewariskan
peninggalan yang bermanfaat.
Sekalipun saya tidak lagi
ada di desa penugasan, keyakinan saya warisan itu masih terus dilakukan dan
dikenang. Warisan tersebut berupa budaya
baca, sebuah tradisi keilmuan dasar dalam upaya meningkatkan derajat literasi
menuju terciptanya manusia-manusia masa depan yang unggul dan berdaya saing.
Guna mewujudkan hal
tersebut, di bulan terakhir bertugas, saya mengintensifkan kunjungan kelas
untuk memberikan kelas inspirasi sekaligus sosialisasi Permendikbud No 23 Tahun
2015 tentang Penumbuhan Budi Pekerti yang berkenaan dengan kewajiban siswa membaca
bahan bacaan selain buku pelajaran selama 15 menit.
Rupanya memberikan inspirasi
membaca itu dampaknya luar biasa, baik bagi saya maupun bagi murid-murid di
kelas. Ketika saya menyampaikan motivasi pentingnya membaca, saya merasa bergetar,
energi diri seakan menyala-nyala apalagi ketika mendengar gemuruh suara murid yang
saya perintahkan membaca bahan bacaan yang saya beri.
Pun demikian dengan murid-murid,
tradisi membaca apalagi yang dibaca koran rupanya jarang-jarang mereka lakukan,
bahkan mungkin tidak pernah sama sekali. Karena itu, ketika saya berikan
suasana baru, dengan bahan bacaan baru, mereka seperti mendapatkan angin segar
dan kesejukan. Hal ini sangat tampak dari antusiasme mereka melahap materi
bacaan yang saya berikan.
15 menit adalah waktu yang
cukup untuk menanamkan benih-benih dasar peradaban. Dari saking ayiknya membaca, waktu 15 menit yang
saya berikan kadangkala tidak terasa berlalu begitu cepatnya. Mereka pun
seperti larut dalam bacaan, suatu pemandangan yang jarang dijumpai sebelumnya.
Di akhir kelas, saya selalu katakan,
semakin banyak manusia membaca, semakin banyak yang diketahui, dan semakin
banyak yang diketahui, maka ia akan semakin pandai dan bijak. Luangkan waktu
sehari minimal 15 menit untuk menimba bacaan yang bermanfaat, terus konsisten
membaca dan bersiaplah menjadi agen kemajuan di masa depan! Beginilah upaya
PSP3 di detik-detik akhir perjalanan dalam mewariskan budaya baca di kalangan pelajar
anak-anak kampung di desa penugasan. Kalau gajah mati meninggalkan gading, PSP3
berakhir meninggalkan semangat peradaban dan literasi.
Bagi saya, budaya baca
adalah warisan terbaik yang coba saya berikan bagi anak-anak kampung. Kepada
mereka saya menaruh harapan tentang masa depan desa yang pernah saya singgahi.
Bahwa membaca adalah sebelum segala sesuatunya, jangan pernah alergi membaca! Membaca
adalah hal yang menyenangkan sekaligus mengasyikkan, dengan membaca kita bisa
berjelajah, berkeliling kesana kemari tanpa harus capek fisik lantaran berjalan
fisik. Cukup dengan membuka lembaran-lembaran tulisan yang bisa dijangkau dunia
sudah berada dalam genggaman kita semua. Berani membaca? Nyalakan segera energi
membacamu sekarang juga!
0 Response to "Cerita PSP3 Mewariskan Budaya Baca"
Post a Comment