Menjadi
Sarjana Penggerak Desa (PSP3) Kemenpora RI selama kurun waktu dua tahun (2014-2016)
adalah masa di mana hal-hal seru terjadi. Karena sudah terjadi, maka yang
tersisa hanyalah kenangan dan ceritanya. Di antara kenangan unik selama dua
tahun singgah di bumi Sunda adalah cerita tentang motor tunggangan yang sempat menemani
gerak langkah PSP3 di desa penugasan. Cerita ini sengaja ditulis khusus untuk
mengabadikan fakta bahwa hidup di perantauan memungkinkan segalanya bisa
terjadi. Termasuk kisah motor sejuta kenangan yang satu ini.
Inilah motor Honda Win, saksi bisu perjalanan PSP3 |
Ke
mana pun mau pergi, ada keperluan, jalan kaki adalah alat transportasinya. Uniknya,
di tengah jalan, terkadang, ada saja orang yang berbaik hati menawarkan
tumpangan gratis, “Ayo naik, mau kemana kang/mas?” Bagi PSP3, lumayan bisa
menghemat tenaga dan waktu. Namun, kadang pula PSP3 harus menikmati sepanjang
perjalanan penuh dengan jalan kaki ke tempat tujuan karena tidak ada tumpangan.
Badan berkeringat, dan nafas ngos-ngosan adalah hal biasa yang terjadi setelah
sampai di tempat tujuan. Begitulah masa-masa awal tanpa motor.
Seiring
berjalannya waktu, rupanya ada kawan yang bisik-bisik dan menyarankan PSP3 agar
memberdayakan motor inventaris desa yang saat itu kondisinya mati alias tidak bisa
jalan. Ketika itu, posisi motor ada dalam kuasa dan wewenang Polisi Desa (Poldes),
PSP3 pun menemui, berdialog, dan meminta izin untuk memperbaiki motor mati
tersebut agar bisa menjadi kendaraan sementara PSP3 selama bertugas. Rupanya Poldes
memperkenankan PSP3 memperbaiki dan memakai motor inventaris tersebut.
Untuk
diketahui jenis motornya adalah Honda Win tahun 2003, terus, bagaimana cara
memberdayakannya? Turun mesin dengan proses colter,
ganti ban, oli, adalah hal awal yang PSP3 lakukan agar motor mati itu bisa
hidup dan berjalan lagi. Nah, di sinilah cerita seru itu dimulai.
Layaknya
motor baru hidup setelah sekian lama mati, maka usai proses turun mesin di
bengkel selesai, PSP3 ditemani seorang kawan berkesempatan mencoba motor dengan
mesin yang baru dikolter. Alhasil bunyi greng, greg, greng….terdengar dari
knalpot motor baru
turun mesin tersebut. Lucunya, pada waktu itu juga, PSP3 baru pertama kalinya naik
motor koplingan. Karenanya, ketika mencoba di jalan raya, motor sempat mati,
karena PSP3 belum paham tentang naik turunnya kopling. Untungnya, aman
terkendali.
Ditakdirkan
memegang motor berkopling, benar-benar membuat PSP3 harus belajar dan beradaptasi
dengan sang motor Win. Dan seorang kawan yang menjadi pembisik agar motor
inventaris diberdayakan yang mengajari PSP3 mengendarai motor berkopling hingga
bisa mengendarai sendiri. Lapangan bola Kecamatan menjadi pilihan untuk belajar
motor koplingan. Setelah melalui proses yang cukup, akhirnya PSP3 bisa juga mengendarai
dan beradaptasi dengan motor koplingan. Suatu hal yang di luar dugaan, tidak
pernah terpikir sebelumnya akan belajar dan mengendarai motor berkopling.
Setelah
resmi memegang kendali motor, mobilitas dan aktivitas PSP3 sebagai penggerak
desa lumayan terbantu. Ke sana kemari tidak harus rumit, ribet, dan risau lagi.
Mau pagi, siang, malam, selagi motor memungkinkan PSP3 siap meluncur. Satu
bulan dan dua bulan pertama pasca turun mesin tidak ada kendala apa-apa,
semuanya berjalan normal, dengan motor Win hasil perbaikan PSP3 bisa leluasa
bergerak di desa, ke Kecamatan, dan Kabupaten tanpa khawatir lagi akan tumpangan.
Kondisi jalan tanjakan dari atas sebelum dibangun |
Masa
bulan madu dengan motor inventaris ternyata harus berhenti di bulan ketiga, di
bulan ini (19 Mei 2015) PSP3 mengalami musibah usai pulang dari kumpul dan
rapat bersama teman-teman di Kabupaten Garut. Ceritanya, sore hari itu, sekitar
pukul 17.00 WIB, sehabis pulang dari Garut PSP3 ingin bertemu dengan Kades yang
posisinya saat itu berada di Kampung Awiligar Desa Tanjung Karya. Untuk
diketahui, kondisi jalan menuju kampung Awiligar ketika itu lumayan memprihatinkan,
tanjakannya penuh risiko, jalan tidak rata karena tidak diaspal, tidak dirabat
beton, kalau hujan turun rawan longsor dan licin. Jika tidak beruntung dan
hati-hati, menaiki tanjankan yang penuh risiko itu bisa membuat siapapun jatuh.
PSP3
termasuk salah satu yang bernasib sial sore hari itu, dengan segala penyesalan,
saat akan menaiki jalan menanjak, rupanya motor mati, mundur, dan kehilangan
keseimbangan. Nah, dalam kondisi seperti itu, PSP3 salah jatuh. Posisi jatuh
dari motor kurang tepat, lengan tangan kanan PSP3 benturan dengan tanah sehingga
mengalami fraktur dan harus dioperasi.
Kondisi jalan tanjankan desa Tanjungkarya pasca dibangun |
Sore
hari itu adalah terakhir kalinya PSP3 mengendarai motor Honda inventaris
bernama Win. Akibat dari musibah ini, PSP3 istirahat tiga bulan untuk
memulihkan lengan tangan yang fraktur. Kini motor bernama Win yang sempat menemani
PSP3 kembali ke pangkuan Poldes. Dan menurut cerita Poldes, motor itu harus
diparkir alias tidak bisa dipakai karena rewel, tidak stabil, dan mati-matian.
Hikmah
dari musibah ini menurut cerita Kades kepada PSP3, dengan anggaran desa yang
mengucur dari Anggaran Pendapatan Belanja Nasional (APBN) melalui Kementerian
Desa, Pembangunan Daerah Teringgal, dan Transmigrasi tahap pertama dengan
nominal Rp.104.000.000,- jalan menanjak penuh bahaya, tempat PSP3 jatuh itu diperbaiki,
dan dibangun. Rabat beton jalan menjadi pilihan pembangunan jalan menanjak tersebut.
Kini kondisi jalan, saksi bisu musibah PSP3 sudah cantik, sudah layak, dan
ideal untuk dilewati. Inilah salah satu cerita kenangan PSP3 terkait kendaraan motor yang pernah mendampingi gerak langkah PSP3. Kini, yang tersisa dari
segala yang sudah lewat adalah cerita dan kenangannya.
Tetap semangat mas Admin namanya pengorbanan gitu kalau kita tulus ikhlas pasti di beri kemudahan mas. salam kenal
ReplyDeleteiya benar gan..karena tulus adalah ruh dari setiap perjuangan..terima kasih telah berkunjung..
Deleteane juga punya motor kyk punya ente gan
ReplyDeleteoh iya kh gan..? Honda Win, motor penuh kenangan...
Deletesesuatu yang besar pasti datangnya dari pengorbanan yang besar juga :)
ReplyDeletesepakat gan..sebesar kita menanam, sebesar itu pula kita memanen..
Delete