Masa menjadi
mahasiswa adalah masa yang cukup membahagiakan sekaligus menentukan, apakah hanya
menjadi sebatas pelengkap gengsi dengan berkutat pada zona nyaman, kuliah
pulang- kuliah pulang. Rutinitasnya tidak jauh dari sekedar kuliah, mengerjakan
tugas, makan, minum, tidur, main, pacaran, menghabiskan waktu dan uang kiriman
orangtua tanpa tujuan yang jelas. Ataukah memilih menjadi mahasiwa petarung
dengan meninggalkan zona nyaman dan memilih hal di luar kebiasaan mahasiswa
pada umumnya.
Rutinitasnya
tidak saja kuliah, mengerjakan tugas,
pulang ke kosan, makan, minum, tidur, main, pacaran. Lebih dari itu, ia mau
berjejaring, berorganisasi, mengambangkan diri, berkarya, dan berprestasi. Ia
rela menghabiskan waktu di luar kosan, bersedia berlama-lama di kampus untuk
menyibukkan diri di kantor organisasi mahasiswa, atau di perpustakaan dan
lokasi-lokasi strategis kampus untuk berdiskusi, menulis dan membaca. Dua tipe
ini biasa dijumpai pada kalangan mahasiswa, anda termasuk tipikel yang mana?
Anda sendiri yang mengetahui jawabannya.
Sekedar
bercerita, saat saya dulu menjadi mahasiswa, saya memutuskan untuk meninggalkan
zona nyaman, jarang di kos, pulang ke kos hanya sebatas tidur, ganti baju, dan
berteduh ala kadarnya. Selebihnya waktu banyak saya habiskan untuk
bereksperimen dan menantang diri. Berorganisasi, mengembangkan diri,
menyalurkan bakat, bekerja sampingan sebagai pengajar privat, dan mencoba
berkarya adalah hal yang menjadi fokus perhatian saya tanpa meninggalkan tugas
pokok sebagai penerima beasiswa orangtua. Memadukan dua hal (akademik dan non
akademik) dalam satu waktu adalah tantangan sekaligus pertaruhan tersendiri.
Dan saya memilih untuk menerima tantangan tersebut.
Segala
puji hanya milik Tuhan Yang Maha Kuasa, atas pertolonganNya diiringi dengan
sugesti kuat untuk maju semua proses bisa dijalani dengan lancar, kekhawatiran
tidak bisa membagi waktu dan kuliah berantakan tidak terjadi. Badai menepi
dengan sendirinya, kini di saat tidak lagi menjadi mahasiswa, ketika teringat masa-masa kuliah, saya terkadang
geleng-geleng dan tertawa. Teringat kenangan begadang semalaman di kampus untuk
mengerjakan tugas sambil menikmati wifi
gratis.
Teringat
pula bagaimana rasanya kalah-menang dalam suatu kompetisi, berbeda pandangan
soal organisasi, dan di antara yang mengesankan adalah saat konsep serta
idealisme diterima. Saya merasakan betul bagaimana senangnya ketika gagasan
pendek saya bertajuk “Selamat dan Buktikan!” dimuat di harian Jawa Pos, 20
Oktober 2009. Tidak menyangka tulisan anak baru semester tiga dimuat di hari
bersejarah (pelantikan SBY-Boediono). Tulisan yang hanya berjumlah 108 kata ini
menjadi karya pertama saya yang dimuat di koran berkaliber nasional. Bagi saya
yang baru mengenal dunia kampus waktu itu, hal tersebut merupakan pengalaman
yang mengesankan, setidaknya menjadi starting
point untuk terus produktif. Gambar di atas adalah file kenangan tulisan
perdana saya saat menjadi mahasiswa, tujuh tahun lalu.
Satu
hal yang selalu saya pegang, menyandang status sebagai mahasiswa itu jarang-jarang,
jadi saat ada kesempatan menjadi mahasiswa maka jadikanlah hal tersebut
momentum terbaik untuk berproses menjadi sesuatu yang lebih baik dari
sebelumnya. Di kampus, media untuk berkembang sangat melimpah, tinggal dipilih
mau yang mana. Mulai dari seni, budaya, kepemimpinan, riset jurnalistik, linguistik,
dan lain sebagainya tersedia. Sangat disayangkan ada kesempatan menjadi
mahasiswa dengan segudang fasilitas namun
tidak dimaksimalkan sebagaimana mestinya. Jangan buang waktu percuma dengan hal-hal
yang tidak jelas, kontraproduktif dan merugikan. Buktikan bahwa mahasiwa itu
benar-benar agen perubahan, bukan agen kehancuran. Saya optimis mahasiswa pasti
bisa!
0 Response to "Agar Bahagia Menjadi Mahasiswa"
Post a Comment