Rabu (27/07/16) adalah hari
penting bagi pemerintah beserta jajaran menteri Kabinet kerjanya, hari itu
sebanyak 8 menteri lama resmi dicopot dari jabatannya dan ada 4 orang menteri incumbent yang berpindah posisi. Mencermati perombakan
kabinet yang terjadi di mana ada delapan menteri yang terdepak dari posisi
pemerintahan, terdapat nama-nama popular seperti Anies Baswedan, Ignasius
Jonan, Sudirman Said, Yuddy Chrisnandi, Rizal Ramli, Marwan Jafar, Saleh Husin,
Ferry Mursyidan. Semuanya harus menerima kenyataan pahit harus terlempar dari
empuknya kursi menteri. Pertanyaannya sekarang adalah, mengapa mereka dicopot
presiden? Menjawab pertanyaan ini, jawabannya ada dua: normatif dan analitis
objektif.
Secara normatif, presiden
menjelaskan perombakan kabinet dimaksudkan untuk terwujudnya konsolidasi
politik dalam mempercepat kinerja pemerintah membangun pemerintahan yang
efektif, efisien, dan berorientasi hasil yang indikatornya adalah adanya peningkatan
pertumbuhan ekonomi negara. Dalam keterangan saat mengumumkan menteri-menteri
Kabinet Kerja hasil perombakan jilid dua, Presiden Jokowi menyampaikan bahwa
tantangan yang dihadapi pemerintah tidaklah ringan, karena itu kinerja
pemerintahan hasil perombakan diharapkan efektif. Presiden menginginkan para
menteri bekerja cepat, solid, serta saling mendukung satu sama lain.
Pekerjaan rumah terbesar yang harus diselesaikan adalah: kemiskinan, kesenjangan ekonomi, dan kesenjangan pembangunan antar wilayah. Selain itu, pertumbuhan ekonomi global yang terus melambat adalah suatu tantangan yang harus dijawab pemerintah lewat kerja-kerja nyata. Tidak ada solusi lain, jalan menghadapi semua persoalan di atas adalah penguatan perekonomian dalam negeri. Merujuk pada pernyataan Presiden, “Kita harus membuka lapangan kerja seluas-luasnya bagi rakyat untuk mengurangi pengangguran dan meningkatkan kesejahteraan seluruh rakyat,” ujar Jokowi. Bank Indonesia (BI) memprediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2016 ini sekitar 5,04 persen. Sementara Bank Pembangunan Asia (ADB) memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2016 di angka 5,2 persen tahun 2016 dan 5,5 persen tahun 2017.
Adapun secara analitis, pencopotan
delapan nama di atas tidak lepas dari evaluasi objektif kinerja kedelapan
menteri yang dinilai presiden kurang memuaskan. Sudirman Said-Rizal Ramli, misalnya,
harus dicopot karena sering membuat gaduh pemerintahan dengan membuat perang
pernyataan yang tidak perlu sehingga dianggap menghambat kinerja pemerintah
yang bermisi kerja cepat, solid, dan produktif. Pun demikian dengan Iganasius
Jonan yang dianggap tidak berhasil mengurangi kemacetan, puncaknya terjadinya
petaka mudik yang menewaskan belasan pemudik di tol keluar Brebes saat
menjelang Idul Fitri 2016 kemarin.
Demikian pula dengan Yuddy Chrisnandi, ia harus dicopot lantaran sering juga membuat hal-hal kontroversi seperti dugaan penyalahgunaan fasilitas negara saat ada kolega partainya ke Australia meminta untuk difasiltasi mengatasnamakan jabatannya sebagai menteri. Ia juga tebukti menggunakan mobil dinas saat mudik Idul Fitri beberapa waktu lalu. Pun demikian dengan Ferry Mursyidan Baldan dan Marwan Jafar yang harus rela dicopot, keduanya dinilai kurang menunjukkan gebrakan besar bagi kementerian yang dipimpin.
Demikian pula dengan Yuddy Chrisnandi, ia harus dicopot lantaran sering juga membuat hal-hal kontroversi seperti dugaan penyalahgunaan fasilitas negara saat ada kolega partainya ke Australia meminta untuk difasiltasi mengatasnamakan jabatannya sebagai menteri. Ia juga tebukti menggunakan mobil dinas saat mudik Idul Fitri beberapa waktu lalu. Pun demikian dengan Ferry Mursyidan Baldan dan Marwan Jafar yang harus rela dicopot, keduanya dinilai kurang menunjukkan gebrakan besar bagi kementerian yang dipimpin.
Bagaimana dengan Anies
Baswedan? Khusus yang satu ini, analisa saya lebih karena faktor subjektif.
Tempo hari presiden pernah sesumbar, jumlah menteri dari kalangan Nahdhatul
Ulama (NU) di Kabinet Kerja sudah ada
enam orang (Lukman Hakim Saifuddin, Imam Nahrawi, Hanif Dhakiri, Khofifah Indar
Parawansa, Eko Putro Sanjoyo, Muhammad Natsir) sementara perwakilan
Muhammadiyah belum sebanyak NU. Jadi ditunjuknya Muhadjir Effendy menggantikan Anies
Baswedan adalah untuk mewujudkan komitmen tersebut, Mendikbud Muhadjir adalah
kader Muhammadiyah yang kebetulan bergelut di dunia pendidikan sama dengan masa
sebelum Anies ditunjuk jadi Menteri.
Muhadjir adalah mantan rektor Universitas Muhammadiyah Malang (UMM). Sekalipun ada anggapan bahwa kinerja Anies selama memimpin Kemdikbud kurang gebrakan, yang diukur dari masih belum meratanya ditribusi Kartu Indonesia Pintar sebagaimana target yang dicanangkan, dan sebagainya, faktor representasi ormas adalah penyebab utama pendiri Indonesia Mengajar itu dicopot dari jabatan Mendikbud. Jadi, dalam kocok ulang kabinet kerja yang kedua ini, arah politik presiden jelas, ia ingin mengakomodasi semua pihak baik dari unsur partai politik ataupun dari unsur ormas.
Muhadjir adalah mantan rektor Universitas Muhammadiyah Malang (UMM). Sekalipun ada anggapan bahwa kinerja Anies selama memimpin Kemdikbud kurang gebrakan, yang diukur dari masih belum meratanya ditribusi Kartu Indonesia Pintar sebagaimana target yang dicanangkan, dan sebagainya, faktor representasi ormas adalah penyebab utama pendiri Indonesia Mengajar itu dicopot dari jabatan Mendikbud. Jadi, dalam kocok ulang kabinet kerja yang kedua ini, arah politik presiden jelas, ia ingin mengakomodasi semua pihak baik dari unsur partai politik ataupun dari unsur ormas.
0 Response to "Seribu Alasan Menteri Harus Dicopot "
Post a Comment