Lebih dari 50 diplomat Amerika Serikat menandatangani memo internal, berisi desakan agar AS menyerang rezim Suriah. Menteri Luar Negeri AS John Kerry memperhatikan memo itu. Rusia mengingatkan, seluruh Timur Tengah bisa kacau jika AS menyerang Damaskus.
Desakan agar militer AS menyerang pemerintahan Bashar al-Assad dimaksudkan untuk menghentikan pelanggaran yang terus berulang atas gencatan senjata dalam perang saudara di Suriah. Memo "kabel saluran pihak yang tidak sepakat" itu ditandatangani 51 pejabat level menengah dan tinggi Departemen Luar Negeri AS, yang memberi saran pada kebijakan soal Suriah.
Mengutip salinan memo tersebut, harian The Wall Street Journal melaporkan, memo para diplomat itu menyerukan "serangan militer" yang ditargetkan pada" pemerintahan Suriah terkait hampir kolapsnya gencatan senjata yang dimediasi, awal tahun ini. Akibat perang di Suriah 400.000 orang lebih tewas.
Dalam salinan memo yang dikutip koran International New York Times, para diplomat AS itu menulis, pemerintahan Assad terus-menerus melanggar kesepakatan gencatan senjata. Hal itu bakal menjadi ganjalan mediasi untuk mencapai kesepakatan politik karena Assad tidak ada tekanan untuk bernegosiasi dengan kelompok oposisi moderat dan faksi-faksi yang bertempur melawan rezimnya.
Menanggapi hal itu, Menlu Kerry mengatakan, ia bakal mengkaji memo kabel tersebut. "Itu pernyataan penting dan saya sangat-sangat menghormati proses itu. Saya akan menemui orang-orang (penanda tangan memo) itu saat kembali ke Washington," ujar Kerry.
Saluran memo seperti yang ditandatangani ke-51 diplomat AS itu pernah dibuat Deplu AS saat berlangsung perang Vietnam. Saluran tersebut menjadi semacam forum menumpahkan protes ketidaksepakatan tanpa perlu khawatir terhadap Menlu atau pejabat lainnya. Meski memo-memo seperti itu sudah biasa, jumlah penanda tangan dalam memo kali ini (51 orang) sangat banyak.
"Ada frustasi yang sangat besar di kalangan birokrasi terkait kebijakan Suriah," kata Andrew J Tahler, pakar Suriah di lembaga Washington Institute for Near Eastern Policy. "Yang terlintas di pikiran saat ini adalah kecendrungan turunnya upaya negosiasi, bukan hanya antara AS dan Rusia, melainkan juga antara Assad dan kelompok oposisi."
Menurut sumber di kalangan pejabat AS, memo tersebut mencerminkan para diplomat yang menangani isu Suriah. Para diplomat itu yakin, kebijakan AS saat ini tidak efektif.
Di lain pihak, Jika AS melancarkan serangan pada pemerintahan Assad, hal itu bakal menandai perubahan besar kebijakan pemerintahan Obama untuk tidak terlibat langsung dalam perang Suriah. Sebelumnya, Obama pernah menyerukan transisi politik yang dirancang agar Assad mundur.
Namun, serangan seperti itu bakal menempatkan AS dalam posisi berhadap-hadapan dengan Rusia, negara pelindung Assad. Rusia melancarkan serangan udara, memasok perlengkapan militer, menggelar pelatihan, dan memberi saran militer bagi rezim Assad.
Di Moskwa, Rusia, juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov, mengatakan, ia baru mengetahui soal memo diplomat AS itu dari berita-berita di media. "Seruan-seruan untuk menggelar penggulingan dengan cara kekerasan pada otoritas-otoritas di negara lain kemungkinan tidak akan diterima di Moskwa," katanya.
"Pemusnahan rezim ini atau beberapa rezim lainnya hampir tidak dibutuhkan dalam membantu keberhasilan pertempuran melawan terorisme. Langkah seperti itu bakal menjerumuskan kawasan ini ke dalam kekacauan yang sangat parah."
Seorang pejabat AS yang tidak mau disebut namanya mengatakan kepada kantor berita Reuters, Gedung Putih masih tetap menolak keterlibatan militer AS yang lebih dalam di Suriah. Memo para diplomat tersbut, kata pejabat itu, diperkirakan tak akan mengubah fokus Obama dalam perang melawan anncaman milisi Negara Islam di Irak dan Suriah (NIIS). (AFP/REUTERS)
0 Response to "Perang Dingin AS-Rusia"
Post a Comment