Presiden Amerika Serikat Barack Obama, Kamis (16/6), mengunjungi korban yang selamat dan keluarga korban penembakan di Orlando, Florida, 12 Juni lalu. Obama mengatakan, Amerika Serikat harus bertindak dengan mengawasi penggunaan senjata dan memerangi terorisme yang marak terjadi. Obama yang didampingi Wakil Presiden Joe Biden, meletakkan karangan bunga di sebuah lokasi yang dijadikan tempat peringatan terjadinya penembakan yang membawa 49 korban dan 53 orang luka-luka itu.
"Saya bersalaman dan memeluk keluarga korban yang sedang berduka. Mereka bertanya, mengapa hal ini terus terjadi?" kata Obama. Keluarga korban tidak peduli dengan politik, lanjut Obama, demikian dirinya. Presiden AS ini mendesak agar nada dalam perdebatan senjata api diubah.
Sejak dipilih menjadi presiden, Obama selalu menyempatkan mendatangi keluarga korban penembakan massal, seperti di San Bernardino, California, Newton, dan Connecticut. "Motif pembunuh bisa berbeda antara penembakan massal di Aurora atau Newton," kata Obama.
"Namun, alat yang mematikan hampir sama. Dan kini kembali 49 orang tak bersalah tewas, 53 orang lainnya terluka. Sebagian lain masih berjuang untuk bertahan hidup, lainnya mungkin merasakan luka sepanjang hidup." Presiden AS telah berulangkali menyampaikan kejengkelannya soal hukum senjata api yang memungkinkan orang dengan mudah membeli api.
Kepada pers, Obama mengatakan, ia gembira mendengar rencana senat untuk melakukan voting soal pencegahan kemungkinan seseorang yang mempunyai kaitan teroris untuk membeli senjata. Menurut rencana, voting akan dilakukan Senin pekan depan untuk empat usulan, dua merupakan usulan dari Republiken dan dua lagi dari proposal Demokrat.
Pengawasan senjata merupakan isu kuat dalam politik AS. Republiken yang menguasai senat selama bertahun-tahun, menghalangi keinginan Demokrat untuk membatasi penggunaan senjata. Kubu Republiken mengacu kepada hak memiliki senjata yang dijamin konstitusi.
Lebih lanjut, penyidikan penembakan di kelab malam Pulse menemukan sebuah fakta adanya komunikasi antara pelaku Omar Mateen dan istrinya, Noor Salman. Demikian diungkap sumber penyidik seperti dilansir CNN, Kamis.
Mateen, kata sumber tersebut, mengirim pesan pendek kepada istrinhya sekitar dua jam setelah dia melakukan penyerangan. Dia menanyakan, apakah Salman sudah melihat berita tentang penembakan tersebut. Salman tidak menjawab pertanyaan tersebut, tetapi membalaspesan itu dengan mengatakan bahwa dia mencintai Mateen.
Sumber lain mengungkapkan, Salman mencoba mengontak suaminya hingga berulang-ulang selama berlangsungnya penyanderaan. Mateen tidak mengangkat telepon hingga kemudian laporan penyerangan bermunculan. Saat itu, Salman mulai menyadari bahwa suaminya besar kemungkinan bertanggung jawab atas peristiwa tersebut.
Omar Mateen (29), menurut Biro Investigasi Federal (FBI), melakukan penembakan tanpa arahan atau bantuan dari pihak luar. Penyidik masih terus menggali keterangan Salman, apakah dia sebelumnya mengetahui rencana penyerangan yang dilakukan suaminya tersebut. (AFP/REUTERS)
0 Response to "Korban Penembakan Orlando Dikunjungi Obama"
Post a Comment