Sehari menjelang referendum Inggris, Rabu (22/6), para politisi, kalangan bisnis dan warga Eropa beramai-ramai meminta warga Inggris utnuk memilih tetap bergabung dengan Uni Eropa (UE). Ide Brexit (Britain Exit), atau Inggris keluar dari UE, dinilai berpengaruh negatif pada ekonomi kawasan.
Ketua Komisi Eropa Jean-Claude Juncker di markas UE di Brussel, Belgia, mengatakan, memilih untuk meninggalkan UE adalah "aksi yang membahayakan diri sendiri". Namun, dia bersikeras UE "tidak dalam bahaya kematian: seandainya warga Inggris memilih keluar. UE hanya perlu belajar dari pengalaman yang dilakukan Inggris.
Perdana Menteri Norwegia Erna Solberg menyusul sejumlah kepala pemerintahan dunia yang berharap warga Inggris memilih untuk bertahan di UE. Menurut Solberg, Brexit atau Inggris keluar dari UE-akan membuat Eropa lebih lemah, terpecah, dan nasionalistis. Rakyat Norwegia sendiri sudah dua kali memilih untuk tidak bergabung dengan UE.
"Hal itu berarti Eropa akan lebih politis dan terfragmentasi. Eropa lebih lemah, begitu juga dunia," ujarnya. "Di dunia yang saling tergantung satu sama lain dan memecahkan masalah bersama, sangat berbahaya untuk memecah institusi gabungan."
Di Paris, Presiden Perancis Francois Hollande sekali lagi mengingatkan, jika rakyat Inggris memilih untuk keluar, keputusan itu tidak dapat diubah kembali. Inggris akan kesulitan mendapat akses ke pasar tunggal UE. "Ada risiko sangat serius, Inggris akan kehilangan akses ke pasar tunggal dan apapun yang melewati wilayah ekonomi Eropa. Semua orang harus paham hal ini," ujar Hollande.Ini adalah peringatan paling keras yang disampaikan Hollande soal Brexit.
Hollande mengatakan akan terbang ke Berlin, Jerman, pekan depan, untuk menemui Kanselir Jerman Angela Merkel, membahas apapun hasil referendum Inggris dan langkah-langkah yang akan diambil UE.
Sekedar informasi, kelompok yang paling khawatir Inggris akan keluar dari UE adalah enam negara Balkan, yang justru tengah berusaha menjadi anggota UE. Perdana Mneteri Albania Edi Rama menulis tentang risiko Brexit di harian The London Times dengan pesan yang jelas, "Jangan Pergi."
Keenam negara Balkan-Albania, Bosnia, Kosovo, Macedonia, Montenegro, dan Serbia khawatir, dampak Brexit mempengaruhi harapan mereka untuk bergabung dengan UE. "Kekhawatiran terbesar saya adalah wilayah Balkan Barat akan berada `di bawah radar`, apapun yang terjadi di Inggris," kata Tanja Miscevic, kepala negosiator Serbia untuk bergabung dengan UE. "Negosiasi antara 27 anggota UE dan Inggris akan menjadi prioritas utama."
Keenam negara dengan total populasi 20 juta jiwa itu telah resmi menyatakan ingin bergabung dengan UE. Negosiasi telah dimulai dengan Serbia dan Montenegro, tetapi Albania dan Macedonia masih menunggu. Bosnia dan Kosovo dijanjikan dapat bergabung kemudian jika telah siap. Namun, UE telah menyatakan tak akan memperluas keanggotaan hingga 2020 sehingga mereka masih harus menunggu.
Survei yang dilakukan lembaga pemikir ekonomi Jerman, Ifo Institut, menyebutkan, lebih dari sepertiga perusahaan industri Jerman yang menjadi responden khawatir Brexit berdampak buruk pda bisnis mereka. Dari 1.478 perusahaan yang disurvei pada 6-21 Juni, 38 persen khawatir dengan efek negatif Brexit, terutama perusahaan dengan lebih dari 500 karyawan.
Sementara itu, Gubernur Bank Sentral Amerika Serikat Janet Yellen memperingatkan, ekonomi AS menghadapi ketidakpastian akibat pelemahan aktivitas domestik dan kemungkinan Brexit. "Inggris keluar dari UE akan mempengaruhi hubungan penting Inggris dan UE serta menimbulkan masa ketidakpastian yang sangat sulit diprediksi," ujarnya, memprediksi ketidakstabilan di pasar dunia. (AFP/AP/REUTERS)
0 Response to "Dampak Brexit Bagi Ekonomi UE"
Post a Comment