Di antara 365 hari dalam
hitungan kalender masehi, ada satu hari yang sangat bersejarah yang telat disadari
oleh pemerintah Indonesia. Hari itu adalah hari lahirnya Pancasila sebagai
dasar negara, butuh waktu yang cukup
lama bagi pemerintah untuk benar-benar yakin bahwa lahirnya Pancasila memiliki
makna dan arti yang sangat vital bagi eksistensi Indonesia sebagai negara-bangsa.
1 Juni 2016 bertempat di Gedung Merdeka Bandung, pemerintah di bawah nahkoda Presiden
ketujuh Joko Widodo resmi menetapkan tanggal 1 Juni sebagai Hari Lahirnya Pancasila.
Sebagai napak tilas, dahulu
di zaman Orde Baru, pemerintah melarang peringatan 1 Juni sebagai lahirnya Pancasila. Apapun itu, kita patut bahagia akhirnya pemerintah membuktikan komitmen politiknya
mau menghargai jasa besar para pendiri bangsa, tidak melupakan sejarah, dan
mewujudkannya dengan tindakan nyata. Sebagaimana diketahui bersama, 1 Juni 1945,
Ir. Soekarno berpidato dalam sidang Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan
Indonesia (BPUPKI) dengan memperkenalkan konsep Pancasila yang berisikan lima
sila sebagai dasar dan landasan negara. Pidato Bung Karno 1 Juni inilah yang
kemudian menjadi konsensus para pendiri bangsa bahwa dasar negara Indonesia berasaskan
Pancasila yang sila-sila di dalamnya digagas dan digali oleh Bung Besar Ir.
Soekarno.
Sebagai pengetahuan, Ide dan
inspirasi Pancasila lahir ketika Bung Karno dalam masa-masa pengasingan penjajah
Hindia-Belanda di Ende, Flores, Nusa Tenggara Timur, 1934-1938. Menurut riwayat sejarah, dalam periode waktu tersebut, Bung Karno sering
merasa pusing, dan ketika rasa pusing mulai menyerang, Bung Karno melawannya
dengan selalu pergi dan duduk di bawah pohon sukun berbatang lima sambil lalu
menatap ke arah laut Ende. Di bawah pohon sukun inilah Bung Karno merenungkan dasar
negara jika kelak Indonesia merdeka. Dalam perenungan di bawah pohon sukun itu Bung
Besar kerap menghabiskan waktu berjam-jam hingga akhirnya menemukan lima
mutiara yang beliau sebut sebagai Pancasila.
Muatan-muatan di dalamnya merupakan
ekstraksi dari kekayaan tradisi yang dimiliki Indonesia, bukan dari Deklarasi Kemerdekaan
Amerika Serikat ataupun Manifesto Komunis. Kebangsaan, Internasionalisme atau Perikemanusiaan,
Demokrasi, Keadilan Sosial, dan Ketuhanan Yang Maha Esa adalah isi dari pidato
Bung Karno pada sidang BPUPKI 1 Juni 1945 yang kemudian disepakati bersama sebagai
dasar dan falsafah negara. Dengan adanya Keputusan Presiden Nomor 24 Tahun 2016 tentang Hari Lahir Pancasila, mulai
tahun depan, setiap 1 Juni menjadi hari libur nasional, hal ini untuk memperingati,
mempelajari, menghayati, pesan-pesan yang terkandung dalam Pancasila sebagai ideologi
negara.
Dan bertepatan dengan hari peringatan
lahirnya Pancasila tahun 2016, penulis sebagai Pemuda Sarjana Penggerak
Pembangunan Perdesaan (PSP3) Kemenpora RI penempatan Kabupaten Garut tidak
membuang percuma momentum berharga ini. Apalagi tiga bulan lagi PSP3 akan berakhir,
karena itu PSP3 mengambil inisiatif dengan blusukan ke ruang-ruang kelas,
meminta izin kepada guru-guru sekolah untuk masuk kelas dan memberikan pencerahan
terkait esensi Pancasila dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Sekedar berbagi,
dalam blusukan memperingati lahirnya Pancasila 1 Juni 2016 lalu, PSP3 menyampaikan
makna dasar Pancasila, bahwa ia paduan dari dua kata, yaitu: Panca yang berarti
lima dan Sila yang berarti asas/dasar. Pancasila berarti lima dasar/asas
Indonesia sebagai negara. Selain itu, PSP3 juga menyampaikan tokoh pencetus,
penggali Pancasila yang tidak lain adalah Bapak Proklamator Indonesia, Ir.
Soekarno, kisah teladan beliau, semangat dan perjuangannya untuk bangsa yang
beliau cintai.
PSP3 juga menyampaikan arti
masing-masing sila dengan bahasa yang bisa dijangkau dan dipahami. Namun
demikian, PSP3 lebih memberi porsi lebih pada penyampaian sila pertama,
Ketuhanan Yang Maha Esa yang saat ini banyak diabaikan. PSP3 mengaitkannya dengan
banyaknya kasus kejahatan seksual yang kerap terjadi akhir-akhir ini dan
banyaknya kasus kriminal lain (korupsi, membunuh, terorisme, dsg) yang
bertentangan dengan ajaran Tuhan. PSP3 juga mengaitkan dengan perintah tuhan
terkait kewajiban puasa Ramadhan yang jatuh tidak lama (6 Juni 2016) dari peringatan
lahirnya Pancasila. Bahwa pesan sila Pertama dari Pancasila adalah setiap anak
bangsa mutlak harus tunduk pada ajaran Tuhan sesuai dengan agama yang dianut. Rusaknya
sendi-sendi kehidupan bangsa karena banyak anak bangsa yang tidak lagi sejalan
dengan amanat Pancasila, karena itu kembali kepada Pancasila dan mewujudkannya
dalam praktik hidup adalah suatu keniscyaan demi terciptanya Indonesia yang
sejati.
0 Response to "Cerita PSP3 Merayakan Lahirnya Pancasila 2016"
Post a Comment