Perjalanan dua tahun menjadi
Sarjana Penggerak Desa (PSP3) menyisakan begitu banyak kenangan, ada yang
menyenangkan, tampak, dan kelihatan. Namun sebaliknya, ada juga kenangan yang
menyeramkan, horor, dan membuat bulu kuduk berdiri. Cerita seram itu
adalah tentang horornya istana desa, tempat PSP3 tinggal, berkantor dan biasa menerima masyarakat. Kali ini PSP3 akan
bercerita bagaimana horornya istana desa yang pernah ditempati.
Berlokasi di tengah-tengah
keramaian desa, istana desa ini terletak di RW 05 / RT 03 tepatnya di Kampung
Tanjung, Desa Tanjung Karya, Kecamatan
Samarang, Kabupaten Garut. Bisa dibilang posisi istana cukup strategis karena
terletak di jalan raya desa, singkatnya istana desa secara geografis ada di
pusat ibu kota desa. Jadi, untuk mencari basecamp
dan sekretariat PSP3 tidak terlalu susah, sangat mudah dijangkau. Tinggal ke
istana desa, di sana PSP3 bisa ditemui dan diakses. Alasan inilah yang membuat
PSP3 memutuskan untuk meminta izin kepada Kades tinggal di istana desa.
Sebagai informasi, istana desa
tempat PSP3 tinggal itu kalau dilihat dari depan berbentuk huruf “n” kecil dan kalau dilihat dari
belakang berbentuk “U”. Ada tiga ruangan utama, sebelah kanan ditempati ruang
Kades, Sekdes, pelayanan masyarakat. Di tengah-tengah merupakan aula pertemuan
plus dibelakangnya kamar mandi, musholla. Dan di sebelah kiri merupakan ruangan
posyandu desa, dulunya ruangan ini ditempati bidan desa. Namun, semenjak tahun
2009 tidak lagi ditempati karena bidan yang bersangkutan sudah membeli rumah.
Nah, di ruangan posyandu bekas bidan inilah PSP3 hidup.
Awal-awal menempati istana
desa tidak terlihat ada keanehan dan kejanggalan, semuanya nampak biasa- saja.
Siang Malam dilewati nyaris tanpa kecurigaan hingga pada saatnya ada satu warga
yang ketika berkunjung untuk silaturrahmi ke PSP3 sempat bertanya: “Betah di
sini (istana desa) mas? Apa gak takut kalau malam?” Tanya warga pada PSP3.
Mendengar pertanyaan itu, PSP3 menjawab santai: “Sampai sejauh ini saya
betah-betah saja kang di sini, belum ada yang aneh-aneh,” jawab PSP3. Mendengar
jawaban PSP3 warga kemudian balik menjawab : “Syukur deh kalau begitu,”
ujarnya. Tidak lama, warga tersebut pamit pulang.
Mendengar pertanyaan warga
tentang istana desa tidak lantas membuat PSP3 risau, apalagi galau. PSP3
menganggap semuanya baik-baik saja. Hari demi hari terus berjalan, aktivitas
PSP3 di istana desa berjalan sebagaimana mestinya. Namun, semakin hari hari
semakin banyak warga yang iseng bertanya kepada PSP3 perihal istana desa. Mulai
dari anak-anak sekolah, pemuda, remaja, ibu-ibu, dan bapak-bapak bertanya, kok
betah ya PSP3 tinggal di istana desa? Nah, dari situ PSP3 mulai merasa ada yang
aneh dan penasaran mengapa banyak warga yang menanyakan tentang PSP3 yang betah
tinggal di istana desa. Dalam pikiran PSP3, apa ada yang aneh PSP3 tinggal di
tempat ini? PSP3 pun mencoba untuk mencari jawaban perihal pertanyaan warga
dengan cara PSP3 sendiri.
Caranya, PSP3 mulai memperhatikan
setiap sudut ruangan dan hal-hal metafisik yang ada di istana desa. Semua itu
dilakukan ketika matahari mulai terbenam dan malam mulai gelap, dan benar saja,
mulai menjelang maghrib di mana kegelapan malam mulai menggurita, aroma mistis
dan aura dunia lain itu seakan menampakkan wujudnya. PSP3 yang biasa rutin menghidupkan
lampu depan dekat jalan raya ketika melihat ke ruang kanan dan tengah sering
melihat ada sosok bayangan yang melintas, di dua ruangan ini kalau malam lampu
sering tidak dinyalakan karena tidak ada aktivitas. Semakin malam semakin
tampak sisi horor istana desa, terutama ketika PSP3 mau ke ruang belakang untuk
buang air dan shalat.
Terkadang PSP3 merasa ada
yang mengikuti dan memperhatikan. Dalam keadaan seperti itu, tidak bisa
dipungkiri, bulu kuduk memang merinding, dan PSP3 mencoba untuk melawannya
dengan sugesti bahwa Tuhan selalu bersama PSP3 selagi hati dan pikiran tidak
kosong dari dzikir. Bahkan pernah dalam lelapnya tidur malam, PSP3 beberapa
kali seperti diserang sosok makhlus, kemungkinan besar penghuni istana desa, sosok
itu mencoba memasuki PSP3. Dan pertolongan Tuhan itu pun nyata adanya, PSP3
biasanya langsung refleks, bangun dan berdiri, melawan dengan teriakan takbir
“Allahu Akbar, Laa Ilaha Illawwah Muhammadur Rosulullah”. Terkadang, dari
jengkelnya, dengan diiringi dzikir, sambil menatap sudut ruangan, PSP3 tidak sungkan untuk berteriak, hai kamu, kalau
berani keluar, jangan hanya berani pas orangnya tidur. Pasca kejadian, PSP3
biasanya langsung ambil whudu` dan shalat.
Cerita horornya istana desa
tidak saja dialami PSP3 penghuni istana desa, namun juga oleh kawan sesama PSP3
yang pernah main dan bermalam di istana desa. Ceritanya, hari itu salah seorang
kawan PSP3 bermaksud main ke istana desa sekaligus nonton bareng (nobar) pertandingan
el-clasico La Liga Spanyol 2014-2015 jilid pertama yang mempertemukan Barcelona
VS Real Madrid. Kebetula dia penggemar Barcelona dan PSP3 penghuni istana desa
penggemar Real Madrid. Karena TV ada di ruang pelayanan, maka malam itu, kami bertiga
putuskan tidur di ruangan sebelah kanan. Malam itu, PSP3 tuan rumah tidur
duluan agar bisa bangun lebih awal, dan tidurnya di ruang Kades persisnya di
atas Sofa. Sementara dia bersama satu kawan lagi di ruang pelayanan, begadang,
nonton TV dan bermain laptop.
Di tengah pulasnya tidur, Kawan
PSP3 tiba-tiba menghampiri dan membangunkan, “ Bro, bangun bro, ada kejadian
aneh,” ujarnya. Mendengar itu, spontan PSP3 tuan rumah bangun, berdiri, dan
segera menuju ruangan pelayanan menanyakan perihal kejadian aneh yang dimaksud.
Dan menurut cerita kawan PSP3 yang mengalami kejadian aneh tersebut, diceritakan
bahwa saat mereka sedang asyik nonton TV dan bermain laptop, di ruang tengah
tepatnya di ruangan aula terdengar suara
meja dan kursi dibanting, dan itu tidak sekali dua kali, namun
berkali-kali, katanya. Barang-barang di aula juga dilempar, benar saja ketika
dicek barang seperti taplak meja berhamburan. Mendengar cerita itu, PSP3 tuan
ruan mencoba menenangkan diri mereka, sambil lalu menghampiri ruangan aula dan
mengatakan salam (Assalamulaikum) serta permohonan maaf jika malam itu PSP3 dan
kawan PSP3 dirasa mengganggu. Tidak ketinggalan pula untaian shalawat, tasbih,
tahlil, takbir dan kalimat dzikir lainnya yang dibaca PSP3 turut menjadi
penawar horornya malam waktu tu. Setelah itu PSP3 segera ambil whudu` dan
shalat untuk menenangkan diri.
Semenjak kejadian itu, kawan
PSP3 tidak lagi bermalam di istana desa dan sejak kejadian itu pula PSP3 menjadi
mengerti mengapa begitu banyak warga yang bertanya perihal betah tidaknya PSP3
menghuni istana desa. Ternyata memang horor, namun,di balik horornya istana
desa PSP3 memetik hikmah berharga. Hikmah itu adalah bahwa di manapun manusia
berada, makhlus halus pasti ada, terkadang mengganggu dan menggoda, terhadap
mereka manusia harus melawannya dengan tidak membiarkan diri kosong dari
mengingat Tuhan. Dzikir dan wirid adalah penangkal dari segala upaya buruk
makhluk-makhluk pengganggu.
0 Response to "Cerita dan Hikmah Horornya Istana Desa"
Post a Comment