Adalah gelagat nakal Korea
Utara yang membuat tulisan ini harus dibuat, bukan untuk apa tapi agar
segalanya terbuka. Sejauh ini, dunia terlanjur memvonis Korut sebagai negara
bengal, negara nakal dengan segudang catatan hitam. Benar begitu? Membahas Korut
beserta tindak tanduknya akan terasa adil jika dilihat dari perspektif yang
berimbang dan proporsional. Selama ini, Korut dipersepsikan sebagai negeri
komunis yang suka berbuat onar dan karenanya diberi label “rogue state”.
Uji coba rudal balistik
jarak jauh awal tahun 2016, dilanjutkan uji coba bom hydrogen dan peluncuran
misil kapal selam belakangan ini hanyalah indikasi permukaan yang
mengkonfirmasi premis bahwa memang benar Korut cendrung berperilaku radikal dan
provokatif. Namun demikian, pernahkah kita mengkaji mengapa Korut sedemikian
brutalnya? Inilah barangkali yang coba penulis amati dan bagikan di sini, bahwa
masyarakat dunia banyak yang gagal paham dengan Korut sehingga yang terjadi
penghakiman sepihak terhadap Korut.
Dalam analisa penulis, hidup
dalam sistem internasional yang tidak menentu memungkinkan setiap negara
berbuat apapun sepanjang membuat negara bersangkutan merasa nyaman dan
kepentingan nasionalnya terpenuhi. Menjadi lumrah dan wajar jika Korut bersikap
demikian nakalnya karena apa yang dilakukan dalam logika Korut adalah untuk
menjaga dan memenuhi kepentingan strategis nasionalnya.
Secara geografis, Korut
berada di kawasan Asia Timur, bertetangga dempet dengan Korea Selatan (Korsel)
yang tidak lain saudara sebangsa sekaligus musuh abadinya, juga bertetangga
dengan Jepang dan Tiongkok. Di kawasan
ini Korut ditakdirkan hidup bersama tetangga yang tidak sejalan dengan garis
dan nafas perjuangan mereka, Korut harus berdekatan dengan Korsel yang secara
garis ideologi berbeda 180 derajat, bahkan menjadi rival utama semenjak pecahnya
perang Korea 1950-1953. Perang yang terjadi sebagai ekses perang dingin itu bisa
dikatakan masih terjadi hingga sekarang. Jadi, bisa dikatakan, perang dingin
belum benar-benar selesai. Konflik laten Korut-Korsel adalah faktanya.
Kalau beberapa dekade silam perang
berlangsung terbuka, riil, dan
mengakibatkan jatuhnya korban jiwa, saat ini perang antar keduanya lebih banyak
pada perang psikologis berupa perang ancaman dan intimidasi. Kedekatan geografis
dan preseden buruk keduanya membuat satu sama lain lain saling intip dan curiga,
bahkan tidak jarang saling gertak dan berupaya melakukan aksi penggentaran. Korsel
yang tidak yakin dengan kekuatan yang dimilikinya bersekutu dengan Amerika
Serikat dan sering memancing amarah Korut dengan menggelar simulasi dan latihan
militer bersama dengan skala besar.
Kehadiran kekuatan eksternal
di kawasan seperti Amerika Serikat dalam perspektif Korut jelas semakin
menambah murka negeri sosialis tersebut. AS dengan segala kebijakan dan
manuvernya dianggap melakukan intervensi serta ancaman nyata bagi Korut, dalam
logika ancaman ini, Korut menggunakan nalar sehatnya, negara harus tetap survive di tengah kepungan dan
rongrongan musuh dalam sistem internasional yang sampai kapanpun memang anarkhi.
Segala cara harus dilakukan,
dalam konteks Korut, membuat aksi tandingan dengan membuktikan diri memiliki
kapabilitas memproduksi senjata nuklir dan siap menggunakannya untuk menghancurkan
pihak-pihak yang dianggap musuh adalah hal yang lazim. Siapa yang tidak
terpancing jika musuh bubuyutan yang tinggal bertetangga berkomplot dengan
kekuatan besar yang sering mengancam kenyamanan, membelenggu keleluasaan bahkan
memasung hak suatu negara untuk berkreasi dan bersuara setara dengan dirinya. Jika
Israel di Timur Tengah leluasa memproduksi dan memiliki senjata nuklir bebas
dari usikan mengapa Korut di Asia Timur tidak boleh dan selalu dipermasalahkan?
Inilah barangkali yang membuat Korut meradang dan membuatnya semakin beringas.
Bahwa sistem dunia yang tidak adil dan cendrung kacau ini cendrung membuat penghuni
di dalamnya berontak dan buas. Kalau sudah begitu, masihkah menyalahkan Korut?
Moh.
Zahirul Alim,
Sarjana
HI UB Malang,
Artikel
ini ditulis sebagai respon atas fluktuasi HI di semenanjung Korea
0 Response to "Memahami Kenakalan Korut"
Post a Comment