Seribu orang tua hanya dapat bermimpi, seorang anak
muda bisa merubah dunia. Kalimat
yang sengaja penulis kutip dari Bapak
Proklamator Soekarno. Memperingati Hari Sumpah
Pemuda yang saban tahun diperingati,
momentum 28 Oktober 2015 terasa sangat istimewa, dikatakan
demikian karena sudah satu tahun ini pemuda Indonesia dipimpin
seorang Presiden dengan
segudang pencerahan Paradigmatiknya. Menurut kredo Presiden Joko Widodo,
beliau
bersama kabinetnya akan bekerja di bawah spirit dan panji revolusi mental,
sebuah gagasan kebangsaan yang sangat inspiratif terutama bagi kaum pemuda.
Pemuda Indonesia dalam realitas mutakhir
mencerminkan pemandangan yang sangat beragam, di satu sisi prestasi
membanggakan dalam berbagai bidang semisal: olahraga, seni, akademis, berhasil
ditorehkan oleh beberapa anak bangsa, tunas masa depan negeri tercinta. Namun
di sisi lain, tidak sedikit anak muda kita yang terseret derasnya arus dan
gelombang pergaulan tak sehat. Fenomena tawuran, vandalisme, radikalisme, seks
bebas, narkoba, pengangguran yang marak terjadi dewasa ini tidak lepas dari
pemuda sebagai aktornya. Momentum
28 Oktober sejatinya menyadarkan kita semua, pemuda harus bangkit dari
ketertinggalan dan keterpurukan.
Jika 87
tahun lalu, pemuda-pemuda bangsa yang hidup di zaman serba terbatas bisa
membuat terobosan kebangsaan yang sangat monumental dengan mendeklarasikan
kesatuan pemuda-pemudi nusantara yang berkomitmen menjadi bangsa, dan tanah air
yang satu, serta menjunjung tinggi bahasa persatuan Indonesia, pemuda saat ini
harusnya bisa berbuat lebih dari itu. Apalagi
di zaman secanggih sekarang, dimana fasilitas dan media penunjang begitu
melimpah, pemuda sudah semestinya memainkan perannya sebagai agen perubahan dan
arsitek pembangunan bangsa yang sesungguhnya.
Siapapun mengakui, pemuda adalah garda terdepan
pembangunan bangsa, perannya begitu vital bagi masa depan bangsa. Jika pemuda
suatu negeri baik, maka bisa dipastikan negeri tersebut akan baik pula,
begitupun sebaliknya. Agenda pembagunan Indonesia di bawah pemerintahan baru
kedepan harus melibatkan pemuda.
Kondisi
Riil Pembangunan
Indonesia
Pembangunan dalam pandangan penulis, merupakan
aktivitas membangun dari yang sebelumnya tertinggal menjadi berkembang dan
maju. Dimensinya cukup beragam, mulai dari
pembangunan fisik seperti infarastruktur jalan, jembatan, gedung sekolah,
bandara, rumah ibadah, rumah sakit, pasar, pelabuhan dan sebagainya. Hinga pembangunan non fisik berupa
pembangunan Sumber Daya Manusia
yang mencakup pendidikan, kesejahteraan, kesehatan dan varian lainnya. Bagaimana kondisi mutakhir pembangunan
Indonesia? Sungguh, pembangunan Indonesia jauh dari
dari kata ideal. Pembangunan
Indonesia belum merata, pembangunan masih berpusat di wilayah barat seperti
Jawa dan Sumatera. Sementara tidak
dengan wilayah timur Indonesia, pembangunan di sana
bisa dibilang terbatas, tidak sepesat di wilayah barat. Tugas
kita semua untuk memikirkan bagaimana pembangunan bisa merata di seluruh
penjuru tanah air? Penulis sangat mengapresiasi komitmen dan keseriusan
Presiden Jokowi untuk membangun kawasan Indonesia Timur yang saat ini sedang
berlangsung.
Memberdayakan
Pemuda
Seperti yang penulis sebutkan di atas, pemuda punya
andil besar dalam memujudkan pemeretaan pembangunan di Indonesia. Hanya saja, pelibatan kaum muda masih
minim, penulis kebetulan sebagai Pemuda Sarjana Penggerak Pembangunan Perdesaaan
(PSP3) yang ditugaskan oleh Kementerian Pemuda dan Olahraga di salah satu Desa
di Kabupaten Garut. Penulis
berpandangan pemberdayaan pemuda perlu lebih digalakkan lagi, apalagi jika
melihat data angka pengangguran pemuda berpendidikan di Indonesia yang
tergolong tinggi. Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), angka pengangguran Sarjana
tahun 2014 lalu mencapai 495.143,
dan angka pengangguran Diploma mencapai 193.517,
jika dijumlahkan ada 688.760
pemuda terdidik yang menganggur. Sebuah
angka pengangguran yang tidak sedikit, karena itu menjadi kewajiban pemerintah
beserta pihak-pihak terkait untuk memikirkan jalan keluarnya. Pemberdayaan pemuda merupakan
keniscayaan jika bangsa ini ingin menjadi negeri yang kuat, bermartabat dan
maju. Petuah Bung Karno tentang dahsyatnya peran pemuda bukan hal yang
berlebihan, pemuda adalah pewaris negeri ini, karenanya ia harus benar-benar
dipersiapkan dan dilibatkan dalam pembangunan bangsa.
Tidak berimbangnya lapangan kerja dan pencari kerja,
harus disiasati dengan program terobosan kreatif yang memberdayakan pemuda. Dan pembangunan sejati dimulai dari desa,
penulis mengatakan demikian karena dalam temuan empiris di lapangan pembangunan
desa sangat tertinggal. Tidak mengejutkan
jika banyak masyarakat desa yang memilih menjadi manusia
urban, meninggalkan desa guna mengadu nasib di kota.
Sempitnya lapangan kerja, minimnya Sumber Daya Manusia (SDM), dan terbatasnya
fasilitas infrastruktur yang memadai adalah persoalan utama desa. Dalam menyongsong Masyarakat Ekonomi ASEAN
yang tidak lama lagi akan beroperasi,
pembangunan desa mutlak diprioritaskan. Daya saing
masyarakat desa
tidak boleh kalah dengan masyarakat bangsa-bangsa ASEAN lainnya, disahkannya Undang-Undang
Desa yang mengamanatkan Alokasi
Dana Desa
(ADD) yang tidak sedikit, minimal 1 milyar bergantung luas wilayah dan jumlah penduduknya adalah pintu
pertama pembangunan desa. Bagaimana peran pemuda? Tidak berimbangnya SDM desa
dan jumlah desa adalah tantangan serius bagi
pembangunan desa di bawah naungan UU Desa.
Jumah desa saat ini mengacu pada data Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Republik
Indonesia berjumlah 74.093
desa, dengan fakta
39.086 desa (52,78 persen) merupakan desa tertinggal, 17.268 desa (24,48
persen) di antaranya desa sangat tertinggal, dengan 1.138 desa berada di
wilayah perbatasan, (lihat http://www.kemendesa.go.id/berita/1447/pemberdayaan-desa-kunci-kesejahteraan-rakyat). Dalam upaya pembangunan desa,
Pemuda Sarjana
yang menganggur bisa diberdayakan dan dilibatkan. Penulis optimis, jika pemuda
diberi ruang untuk berpartisipasi, pemuda akan menyadari peran fungsinya
sebagai pemegang sekaligus penentu masa depan bangsa. Dengan begitu ia akan
terpanggil untuk mendarmabaktikan dirinya untuk pembangunan bangsa, melalui
pembangunan yang dimulai dari pinggiran (perhipery).
Peran
Pemuda
Gagasan pemberdayaan Pemuda Sarjana dan Diploma pengangguran dalam pembangunan desa mengharapkan pemuda bisa diperankan sebagai
motor penggerak,
pendamping
dan pemandiri
desa. Sudah
saatnya pemuda sebagai tunas-tunas bangsa diberi kesempatan untuk berbakti dan
dalam pada itu pemerintah wajib memberikan pembekalan dan pelatihan yang cukup. Jangan
ragu untuk memberikan mereka kepercayaan modal karena bagaimanapun, maju
tidaknya negeri ini sungguh bergantung pada kiprah pemudanya, jika pemuda
berdaya, elemen bangsa lainnya bisa mengikuti. Pun demikian dengan pembangunan
bangsa memang seharusnya dimotori oleh generasi mudanya. Penulis optimis, jika
gagasan pembangunan desa
melalui pemberdayaan pemuda terdidik yang menganggur benar-benar direalisasikan
cita-cita terwujudnya desa
sejahtera dan maju akan tecapai. Tidak ada lagi Sarjana dan Diploma pengangguran yang galau, dan tidak ada
lagi pemerintah
desa
yang bingung anggaran desa yang mengucur dari Kemendesa mau dibuat apa.
0 Response to "Pembangunan Berbasis Pemuda"
Post a Comment