Riset ilmu pengetahuan memiliki peran penting dalam kemajuan suatu bangsa, riset menjadi penentu apakah suatu bangsa secara keilmuan sejajar dengan bangsa-bangsa lain atau malah sebaliknya. Bangsa yang memiliki akademisi-periset handal akan cendrung lebih makmur, maju, dan sejahtera. Hal ini, karena berkah riset yang dihasilkan bisa dipatenkan, mendapatkan passive income dari royalti, dan menjadi sumber acuan khalayak luas. Bagaimana dengan kondisi riset Indonesia? Sungguh sangat disangat disayangkan, harus diakui kualitas riset Indonesia masih dibawah negara-negara tetangga. Indikatornya adalah minimnya publikasi ilmiah Indonesia yang diakui dunia.
Merujuk pada data Pusat Penelitian Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia 2014, dapat diketahui bahwa Indonesia hanya memiliki 5.000 publikasi ilmiah yang terdaftar di indeks internasional dan 1.130 paten. Jika dibandingkan dengan Thailand, capaian Indonesia masih kalah jauh, dengan produk domestik bruto yang mirip dengan Indonesia, Thailand memiliki 11.313 publikasi ilmiah dan 7.740 paten. Lebih lanjut, jika dibandingkan dengan negara ASEAN lain seperti Malaysia, Filipina, Singapura kita dapat mengetahui bahwa publiksi ilmiah Indonesia di bawah mereka.
Pertanyaannya sekarang, mengapa hal ini bisa terjadi? Jawabannya tidak lain karena kecilnya komitmen anggaran negara untuk dunia riset. Secara riil, anggaran riset dan pengembangan pengetahuan di Indonesia hanya sebesar 0,09 persen dari PDB, lebih minim dibandingkan dengan Thailand yang mencapai 0,85 persen PDB, dan Malaysia yang sudah 1 persen lebih dari PDB. Padahal idealnya, anggaran riset mestinya 1 persen dari PDB negara. Selain itu juga, faktor lain yangturut menyebabkan Indonesia selalu berada di belakang bayang-bayang kemajuan negara tetangga adalah, Indonesia sering mengabaikan potensi dan mahakarya anak bangsa, berapa banyak hasil riset anak bangsa yang dibiarkan tidak dipakai pemerintah, berapa banyak ilmuwan-periset handal yang memilih berkarir di di luar negeri karena kualitas mereka tidak diakui malah diakui bangsa dan negara lain. Inilah kondisi negeri melarat riset, aneh, lucu dan miris sekali.
Merujuk pada data Pusat Penelitian Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia 2014, dapat diketahui bahwa Indonesia hanya memiliki 5.000 publikasi ilmiah yang terdaftar di indeks internasional dan 1.130 paten. Jika dibandingkan dengan Thailand, capaian Indonesia masih kalah jauh, dengan produk domestik bruto yang mirip dengan Indonesia, Thailand memiliki 11.313 publikasi ilmiah dan 7.740 paten. Lebih lanjut, jika dibandingkan dengan negara ASEAN lain seperti Malaysia, Filipina, Singapura kita dapat mengetahui bahwa publiksi ilmiah Indonesia di bawah mereka.
Pertanyaannya sekarang, mengapa hal ini bisa terjadi? Jawabannya tidak lain karena kecilnya komitmen anggaran negara untuk dunia riset. Secara riil, anggaran riset dan pengembangan pengetahuan di Indonesia hanya sebesar 0,09 persen dari PDB, lebih minim dibandingkan dengan Thailand yang mencapai 0,85 persen PDB, dan Malaysia yang sudah 1 persen lebih dari PDB. Padahal idealnya, anggaran riset mestinya 1 persen dari PDB negara. Selain itu juga, faktor lain yangturut menyebabkan Indonesia selalu berada di belakang bayang-bayang kemajuan negara tetangga adalah, Indonesia sering mengabaikan potensi dan mahakarya anak bangsa, berapa banyak hasil riset anak bangsa yang dibiarkan tidak dipakai pemerintah, berapa banyak ilmuwan-periset handal yang memilih berkarir di di luar negeri karena kualitas mereka tidak diakui malah diakui bangsa dan negara lain. Inilah kondisi negeri melarat riset, aneh, lucu dan miris sekali.
0 Response to "Negeri Melarat Riset "
Post a Comment