GARUT, PARADIGMA - Acara Peluncuran Buku PARADIGMA BINTANG; Refleksi Sosial Mutakhir yang berlangsung hari Kamis (21/01/16) di Aula Kecamatan Samarang Kabupaten Garut berjalan lancar dan sukses. Acara yang dihadiri Badan Perpustakaan dan Kearsipan Daerah (Bapusipda) Kabupaten Garut, Tim Asistensi Pemuda Sarjana Penggerak Pembangunan Perdesaan (PSP3) Kabupaten Garut, Danramil Samarang, Kapolsek Samarang, Camat Samarang, Pemuda Karang Taruna, Pelajar SMP-SMA se Samarang ini meninggalkan kesan positif dan cerita yang sangat menarik.
Acara launching yang dipandu oleh Moh. Hapid MS, Ketua PMI Samarang ini dibuka dengan basmalah, dilanjutkan kemudian dengan menyanyikan lagu Indonesia Raya yang dipimpin oleh Ketua OSIS SMPN 2 Samarang. Acara selanjutnya disambung dengan sambutan penulis, pada momentum tersebut, Moh. Zahirul Alim selaku penulis buku PARADIGMA BINTANG menyampaikan beberapa hal berkenaan dengan tupoksi dia sebagai PSP3 KEMENPORA RI yang kebetulan ditugaskan di desa Tanjung Karya, salah satu desa di kecamatan Samarang. Dalam sambutanya, penulis menyatakan sangat senang dan bahagia ditakdirkan bisa menyelenggarakan acara launching dan talk show buku keduanya, ia merasa senang bisa bertatap muka dengan para undangan, hal ini karena momen peluncuran buku sudah lama ia tunggu. ''Saya butuh waktu tiga tahun untuk kembali memperkenalkan karya baru, terakhir kali saya mengadakan launching buku, Februari 2013 silam, dan hari ini (21/1/16) Tuhan menakdirkan saya bisa meluncurkan mahakarya kedua saya yang istimewanya karya ini berproses ketika saya ada di bumi Samarang," ujar penulis.
Selebihnya penulis menyampaikan bahwa menjelang akan berakhirnya tugas sebagai PSP3 dalam jangka waktu tujuh bulan lagi, ia ingin meninggalkan jejak positif bagi Samarang dan Garut. Salah satu upaya yang dilakukan adalah dengan mengadakan launching dan talk show buku PARADIGMA BINTANG. Secara eksplisit, penulis menyampaikan : "Acara ini sengaja didesain sedemikian rupa, ada launching dan talk show karena hari ini saya ingin berbagi ide, gagasan dan karya, jadi di sesi kedua nanti adik-adik harap aktif bertanya, nanti akan ada doorprize menarik bagi penanya berkualitas." Lebih lanjut, penulis memberikan suntikan motivasi dan semangat untuk maju dan produktif. Menurutnya, hidup yang hanya sekali ini jangan disia-siakan, baginya hidup adalah tentang karya dan pengabdian, ia memotivasi para pelajar dan undangan untuk berbuat positif, bisa dengan berkarya dalam hal apapun dan memberikan dedikasi terbaik."Selagi adik-adik masih muda dan memiliki kesempatan hidup berkaryalah sebaik mungkin, bisa dengan menulis atau hal positif lainnya," ungkap Zahir, sapaan akrab penulis PARADIGMA BINTANG.
Secara lebih khusus, penulis juga menstimulus para pelajar dan undangan untuk menulis, ia meyakinkan segenap undangan bahwa menulis sangatlah penting, karena menurutya suatu karya tulis bisa menembus ruang dan waktu, tak lekamg oleh masa, bisa dinikmati kapanpun. "Hari ini berkarya, satu tahun, sepuluh tahun, 30 tahun mendatang masih bisa dibaca, itulah dahsyatnya menulis," kata Zahir. Penulis kemudian menutup sambutannya dengan dua kata mutiara: "Gajah mati meninggalkan gading, harimau mati meninggalkan belang, manusia mati harus meninggalkan karya dan pengabdian." Selain itu, ia juga mengutip petuah bijak dari Pramoedya Ananta Toer bahwa: "Orang boleh pandai setinggi langit, tetapi selama ia tidak menulis, ia akan tenggalam di dalam masyarakat dan dari sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian."
Acara dilanjutkan dengan sambutan dari Andrianto, SE. M.Si., Tim Asistensi PSP3 Garut, dalam sambutannya ia menyampaikan bahwa inilah wujud nyata kreativitas pemuda, "Lahirnya karya PSP3 angkatan 24 yang ditempatkan di kecamatan Samarang-Garut adalah bukti betapa aktivitas kepemudaan tidak saja olahraga, tapi juga bisa di bidang lain semisal menulis," kata Kang Andri, panggilan akrabnya. Selanjutnya dilanjutkan dengan sambutan dari Kapolsek Samarang, dalam sambutannya Kapolsek banyak berpesan tentang pentingnya pemuda untuk berhati-hati dengan segala hal yang merusak seperti narkoba, geng motor, dan perilaku-perilaku menyimpang. Sambutan kemudian disampaikan oleh Kapten Inf. Sundawar, Danramil Samarang, beliau berpesan agar para pelajar dan pemuda waspada dalam menggunakan teknologi informasi yang semakin canggih. Menurutnya, perang zaman sekarang sudah bertansformasi dari yang semula cendrung fisik dengan senjata sebagai medianya menjadi perang modern dengan teknologi informasi sebagai penopangnya. Danramil juga menghimbau para pelajar dan pemuda agar bijak menggunakan teknologi, ia berpesan "Kalau adik-adik menggunakan HP cendrung untuk hal negatif kemungkinan besarnya dampaknya juga negatif, tapi kalau untuk hal positif semisal mengakses pelajaran, tentu dampaknya juga positif. Adik-adik harus bisa memilih yang positif karena orang tua tidak mungkin mengawasi anaknya setiap waktu. Bacalah hal positif yang membuat kita sukses," pesan Danramil.
Sambutan selanjutnya disampaikan oleh perwakilan dari Badan Perpustakan dan Kearsipan Daerah (Bapusipda) Kabupaten Garut, dalam sambutannya Bapusipda menyampaikan selamat atas peluncuran buku PARADIGMA BINTANG karya PSP3, Bapusipda berharap semoga karya ini bisa bermanfaat dan mengispirasi banyak pelajar dan pemuda. Sesi pertama yang berisi sambutan diakhiri dengan sambutan dari Camat Samarang, Drs. Bambang Hafid, M.Si, dalam sambutannya beliau mendorong pelajar dan pemuda yang hadir untuk terbiasa menulis, karena menurutnya menulis merupakan cara yang efektif untuk mengabadikan buah pemikiran untuk generasi mendatang. "Pikiran yang tertuang dalam bahasa tulis saya kira tentu akan melegenda karena tidak akan terhapus," katanya. Lebih spesifik, Camat menyampaikan bahwa tulisan sangat urgen karena tulisan bisa mempengaruhi pola pikir orang yang membacanya. Camat Samarang kemudian membuka secara resmi acara launching dan talkshow buku PARADIGMA BINTANG.
Acara kemudian dilanjutkan dengan penyerahan buku PARADIGMA BINTANG sebagai tanda buku secara resmi diluncurkan. Buku diberikan kepada: Camat Samarang, Kapolsek Samarang, Danramil Samarang, Tim Asistensi PSP3 Garut, Bapusipda Garut, Kades Cintarasa, dan KNPI Samarang.
Setelah penyerahan buku selesai, acara kemudian dilanjutkan dengan sesi talk show, pada sesi ini ada dialog dua arah antara penulis dan audiens. Seperti yang diharapkan penulis, ternyata para pelajar, pemuda, insan pers, sangat aktif bertanya kepada penulis perihal substansi buku, tujuan penulis menulis buku ini, bahkan ada yang mengkritisi mengapa kok isi buku muatan politiknya kental? Sesi ini dimulai dengan presentasi penulis tentang substansi buku. Di awal presentasi, penulis menyampaikan bahwa PARADIGMA BINTANG dipilih sebagai judul buku keduanya karena dari hasil renungan, telaah, kajian yang sekian lama, ditemani dengan sejuknya udara desa tempat penulis bertugas dan didampingi dengan heningnya malam desa, pada suatu titik penulis mendapatkan inspirasi bahwa derajat bintang hanya bisa diraih dengan memperbaiki dasarnya, dan paradigma atau pola pikir adalah dasar untuk mencapai derajat bintang.
Penulis memberi contoh tentang pentingnya paradigma sebagai dasar menjadi bintang, sambil berinteraksi dengan audiens, penulis bertanya: "Adik-adik, rajin pangkal apa? Spontan mereka menjawab: Pandai..Malas pangkal? Spontal dijawab bodoh. Hemat pangkal? Kaya.." Jawab mereka. "Inilah paradigma yang dimaksud, jadi, kalau mau pandai harus rajin. kalau mau kaya harus usaha dan kerja keras, bukan dengan korupsi," kata penulis. Tidak puas sampai disitu, penulis kemudian mengaitkan paradigma dengan studi kasus, ia menyampaikan bahwa menurut data akhir tahun 2015, ada sembilan Menteri, 19 Gubernur, 44 anggota DPR, dua mantan Gubernur BI, dan empat Ketua Umum Partai Politik yang dipenjara karena kasus korupsi. Penulis kemudian memancing audiens dengan pertanyaan, ada apa dengan negeri ini? mengapa kasus korupsi bisa menjerat mereka? Penulis kemudian menjelaskan bahwa kasus korupsi yang memalukan terjadi dan menimpa pihak-pihak seperti politisi, birokrat, teknokrat dan sebagainya karena paradigma mereka salah, bengkok, rusak, dan busuk. "Mau kaya kok jadi politisi? Iya jelas salah katanya. Kalau mau kaya ya harus usaha dan kerja keras, berpolitik kok ingin jadi kaya, pola pikir yang salah kaprah, berpolitik adalah jalan untuk mengabdi dan melayani bukan yang lain," kata penulis.
Setelah menjelaskan tentang paradigma dasar, penulis kemudian menjelaskan tetang makna bintang. Dengan gaya interaktif, penulis memancing audiens dengan melontarkan pertanyaan: "Adik-adik tahu bintang? Pasti tahu kan, setiap malam selalu ketemu. Tapi ada yang tahu tidak makna bintang dalam praktik kehidupan? Ada yang bisa membantu saya beri contong bintang yang saat ini bersinar?" Ada pelajar yang mengacungkan tangan dan menjawab: "Chairul Tanjung." Mendengar jawaban tersebut penulis memberi pujian "Good, jawabannya benar, tapi ada yang bisa memberi contoh lagi?" Tanya penulis, salah seorang pelajar yang berdiri di tengah, posisinya pas di depan penulis mengacungkan tangan dan menjawab : "Jokowi," jawabnya. Mendengar jawaban Jokowi, penulis kemudian pura-pura bertanya lagi, "Bisa diulang dik, siapa bintang yang barusan disebut?" Tanya penulis. Dengan yakin pelajar bersangkutan menjawab : "Jokowi."
Setelah mendengar jawaban kedua ini, penulis kemudian menyampaikan inilah jawaban yang ia tunggu-tunggu dari tadi. "Nah, ini dia jawaban yang saya tunggu, saya suka sekali dengan jawabannya, adik-adik tahu tidak mengapa saya bilang Jokowi jawaban yang saya tunggu?" Coba bertanya lagi kepada audiens. Penulis kemudian memberi penjelasan, bahwa ia banyak belajar dari sosok Jokowi, Presiden ketujuh Indonesia, bintang politik yang sedang bersinar terang. Menurutnya, Jokowi bisa menjadi bintang dengan gelar RI 1 saat ini karena berkah dari paradigmanya yang tulus, berpolitik hanya untuk mengabdi bukan untuk mencari kekuasaan dan memperkaya diri. Penulis menjelaskan, mana mungkin sosok Jokowi yang menurut lawan-lawan politiknya dibilang tidak punya tampang presiden, bukan keturunan darah biru, bukan ketua umum partai politik, tidak mempunyai kekayaan melimpah, bisa jadi capres dan menang pilpres kalau bukan karena faktor X dan kehendak ilahi. Fakor X itu menurut telaah penulis adalah paradigma lurus yang dimiliki Jokowi yang mengantarkannya dipercaya rakyat menjadi pemilik singgasana Indonesia untuk periode 2014-2019.
Penulis juga menjelaskan bahwa ia sengaja menjadikan Presiden Jokowi sebagai sosok teladan dan menyelipkannya dalam sinopsis di kover buku belakang karena ia ingin pembaca belajar dari kesuksesan beliau menjadi bintang. Penulis meyakini bahwa rahasia sukses di balik derajat bintang politik yang saat ini disandang Presiden Jokowi tidak lepas dari paradigma tulus yang beliau miliki untuk mengabdikan hidup dan matinya bagi bangsa dan negara. Penulis menambahkan bahwa bintang merupakan lambang kemuliaan, lambang kejayaan, lambang kemenangan, dan lambang kehormatan. Tidak mudah meraih bintang, namun tidak mustahil pula untuk diraih. Paradigma yang benar adalah kunci dasarnya. Turunannya adalah kerja keras, kesungguhan, kesabaran, bersikap toleran, bermental bersih, dan juara. Inilah paparan penulis tentang substansi PARADIGMA BINTANG yang menjadi ide, gagasan dan judul besar dari mahakarya keduanya.
Setelah puas mempresentasikan substansi PARADIGMA BINTANG, penulis dibantu moderator kemudian membuka kran dialog seluas-luasnya kepada audiens. Ketika kran dialog baru dibuka, tercatat ada pelajar SMP Qurrota A`yun yang bertanya: "Bagaimana caranya menghasilkan karya yang menarik?" Penulis menjawab bahwa untuk memiliki karya yang menarik harus melalui proses kreatif yang cukup, memperbanyak membaca karya orang adalah dasar untuk memiliki karya. Di sini penulis menjelaskan konsep Amati, Tiru, dan Modifikasi (ATM) untuk mempermudah audiens memahami jawaban yang dimaksud. Pertama, kita mesti mengamati bagaimana orang menulis, kalau ada sisi menulisnya yang cocok tidak masalah ditiru namun pada akhirnya harus dimodif dengan gaya sendiri. Dan memperbanyak latihan adalah cara terbaik seseorang memiliki tulisan yang menarik.
Selain itu, ada pelajar dari SMK Al-Madani yang bertanya, bagaimana caranya agar catatan diary bisa menjadi suatu karya? Penulis menjawab bahwa menulis diary adalah cara sederhana belajar menulis yang bisa mengantarkan seseorang sukses menjadi penulis. Dengan membiasakan menulis hal sepele seperti kegiatan harian di diary pribadi bakat dan minat menulis bisa terasah, penulis menyarankan kepada audiens agar jangan ragu untuk menuliskan apapun yang dianggap menarik, bisa ke diary, atau buku catatan pribadi, karena hal itu akan sangat membantu mengasah keterampilan menulis. Penulis membocorkan bahwa isi bukunya keduanya sesungguhnya adalah catatan diary pribadinya yang berisikan refleksi penulis terkait fenomena sosial politik mutakhir. Ada juga pertanyaan dari pelajar SMAN 17 Garut yang bertanya: apa tujuan buku PARADIGMA BINTANG ditulis? Penulis menjawab dengan rileks: "Tujuan saya menulis buku ini tidak lain hanya untuk mendobrak pola pikir siapapun yang salah, meluruskan paradigma yang bengkok," jawab penulis.
Melengkapi pertanyaan di atas, ada pertanyaan menarik dari salah seorang awak media, jurnalis Radar Garut. dia bertanya, "Kalau yang saya perhatikan, isi buku yang anda tulis dominan membahas politik, mengapa demikian?" Penulis menjawab dengan elegan, "Memang benar isi dari buku PARADIGMA BINTANG nuansa politiknya kuat, saya akui itu. Hal ini disebabkan karena pertama background pendidikan saya adalah sosial politik. Jadi sangat wajar jika karya saya dipengaruhi oleh sesuatu yang pernah saya geluti. Kedua, politik itu cair, hari ini A, esok hari bisa B, C, D, dan E. Karena politik tidak pasti, ia menarik untuk selalu diikuti perkembangannya. Itulah politik, susah ditebak," Jawab penulis dengan detail.
Sesi talk show ditutup dengan pertanyaan dari Sekretaris KNPI Samarang, ia bertanya, "judul bahasan bukunya tentang politik, tapi kenapa pesertanya kok mayoritas pelajar? kenapa bukan kader partai politik?" Terhadap pertanyaan ini, penulis menjawab dengan santai, bahwa seperti dijelaskan di awal, acara launching dan talk show buku PARADIGMA BINTANG peserta memang diniatkan dari kalangan pelajar pemuda karena bagi penulis inilah momentum emas untuk memberikan pendidikan politik kepada pelajar dan pemuda, menanamkan paradigma dasar tentang tujuan inti politik perlu diberikan semenjak dini, agar kelak ketika mereka terjun ke dunia politik memiliki pegangan dasar yang kuat bahwa berpolitik itu tujuannya tidak lain hanya untuk mengabdi dan melayani bukan untuk memperkaya diri dan sebagainya. "Siapa tahu di antara yang hadir nantinya ada yang menjadi Kades, Bupati, Gubernur, Menteri bahkan Presiden," kata penulis. Acara kemudian dilanjutkan dengan penyerahan doorprize buku kepada penanya terpilih.
Acara kemudian dilanjutkan dengan doa, kesimpulan oleh moderator dan foto bersama.
Acara launching yang dipandu oleh Moh. Hapid MS, Ketua PMI Samarang ini dibuka dengan basmalah, dilanjutkan kemudian dengan menyanyikan lagu Indonesia Raya yang dipimpin oleh Ketua OSIS SMPN 2 Samarang. Acara selanjutnya disambung dengan sambutan penulis, pada momentum tersebut, Moh. Zahirul Alim selaku penulis buku PARADIGMA BINTANG menyampaikan beberapa hal berkenaan dengan tupoksi dia sebagai PSP3 KEMENPORA RI yang kebetulan ditugaskan di desa Tanjung Karya, salah satu desa di kecamatan Samarang. Dalam sambutanya, penulis menyatakan sangat senang dan bahagia ditakdirkan bisa menyelenggarakan acara launching dan talk show buku keduanya, ia merasa senang bisa bertatap muka dengan para undangan, hal ini karena momen peluncuran buku sudah lama ia tunggu. ''Saya butuh waktu tiga tahun untuk kembali memperkenalkan karya baru, terakhir kali saya mengadakan launching buku, Februari 2013 silam, dan hari ini (21/1/16) Tuhan menakdirkan saya bisa meluncurkan mahakarya kedua saya yang istimewanya karya ini berproses ketika saya ada di bumi Samarang," ujar penulis.
Selebihnya penulis menyampaikan bahwa menjelang akan berakhirnya tugas sebagai PSP3 dalam jangka waktu tujuh bulan lagi, ia ingin meninggalkan jejak positif bagi Samarang dan Garut. Salah satu upaya yang dilakukan adalah dengan mengadakan launching dan talk show buku PARADIGMA BINTANG. Secara eksplisit, penulis menyampaikan : "Acara ini sengaja didesain sedemikian rupa, ada launching dan talk show karena hari ini saya ingin berbagi ide, gagasan dan karya, jadi di sesi kedua nanti adik-adik harap aktif bertanya, nanti akan ada doorprize menarik bagi penanya berkualitas." Lebih lanjut, penulis memberikan suntikan motivasi dan semangat untuk maju dan produktif. Menurutnya, hidup yang hanya sekali ini jangan disia-siakan, baginya hidup adalah tentang karya dan pengabdian, ia memotivasi para pelajar dan undangan untuk berbuat positif, bisa dengan berkarya dalam hal apapun dan memberikan dedikasi terbaik."Selagi adik-adik masih muda dan memiliki kesempatan hidup berkaryalah sebaik mungkin, bisa dengan menulis atau hal positif lainnya," ungkap Zahir, sapaan akrab penulis PARADIGMA BINTANG.
Secara lebih khusus, penulis juga menstimulus para pelajar dan undangan untuk menulis, ia meyakinkan segenap undangan bahwa menulis sangatlah penting, karena menurutya suatu karya tulis bisa menembus ruang dan waktu, tak lekamg oleh masa, bisa dinikmati kapanpun. "Hari ini berkarya, satu tahun, sepuluh tahun, 30 tahun mendatang masih bisa dibaca, itulah dahsyatnya menulis," kata Zahir. Penulis kemudian menutup sambutannya dengan dua kata mutiara: "Gajah mati meninggalkan gading, harimau mati meninggalkan belang, manusia mati harus meninggalkan karya dan pengabdian." Selain itu, ia juga mengutip petuah bijak dari Pramoedya Ananta Toer bahwa: "Orang boleh pandai setinggi langit, tetapi selama ia tidak menulis, ia akan tenggalam di dalam masyarakat dan dari sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian."
Acara dilanjutkan dengan sambutan dari Andrianto, SE. M.Si., Tim Asistensi PSP3 Garut, dalam sambutannya ia menyampaikan bahwa inilah wujud nyata kreativitas pemuda, "Lahirnya karya PSP3 angkatan 24 yang ditempatkan di kecamatan Samarang-Garut adalah bukti betapa aktivitas kepemudaan tidak saja olahraga, tapi juga bisa di bidang lain semisal menulis," kata Kang Andri, panggilan akrabnya. Selanjutnya dilanjutkan dengan sambutan dari Kapolsek Samarang, dalam sambutannya Kapolsek banyak berpesan tentang pentingnya pemuda untuk berhati-hati dengan segala hal yang merusak seperti narkoba, geng motor, dan perilaku-perilaku menyimpang. Sambutan kemudian disampaikan oleh Kapten Inf. Sundawar, Danramil Samarang, beliau berpesan agar para pelajar dan pemuda waspada dalam menggunakan teknologi informasi yang semakin canggih. Menurutnya, perang zaman sekarang sudah bertansformasi dari yang semula cendrung fisik dengan senjata sebagai medianya menjadi perang modern dengan teknologi informasi sebagai penopangnya. Danramil juga menghimbau para pelajar dan pemuda agar bijak menggunakan teknologi, ia berpesan "Kalau adik-adik menggunakan HP cendrung untuk hal negatif kemungkinan besarnya dampaknya juga negatif, tapi kalau untuk hal positif semisal mengakses pelajaran, tentu dampaknya juga positif. Adik-adik harus bisa memilih yang positif karena orang tua tidak mungkin mengawasi anaknya setiap waktu. Bacalah hal positif yang membuat kita sukses," pesan Danramil.
Sambutan selanjutnya disampaikan oleh perwakilan dari Badan Perpustakan dan Kearsipan Daerah (Bapusipda) Kabupaten Garut, dalam sambutannya Bapusipda menyampaikan selamat atas peluncuran buku PARADIGMA BINTANG karya PSP3, Bapusipda berharap semoga karya ini bisa bermanfaat dan mengispirasi banyak pelajar dan pemuda. Sesi pertama yang berisi sambutan diakhiri dengan sambutan dari Camat Samarang, Drs. Bambang Hafid, M.Si, dalam sambutannya beliau mendorong pelajar dan pemuda yang hadir untuk terbiasa menulis, karena menurutnya menulis merupakan cara yang efektif untuk mengabadikan buah pemikiran untuk generasi mendatang. "Pikiran yang tertuang dalam bahasa tulis saya kira tentu akan melegenda karena tidak akan terhapus," katanya. Lebih spesifik, Camat menyampaikan bahwa tulisan sangat urgen karena tulisan bisa mempengaruhi pola pikir orang yang membacanya. Camat Samarang kemudian membuka secara resmi acara launching dan talkshow buku PARADIGMA BINTANG.
Acara kemudian dilanjutkan dengan penyerahan buku PARADIGMA BINTANG sebagai tanda buku secara resmi diluncurkan. Buku diberikan kepada: Camat Samarang, Kapolsek Samarang, Danramil Samarang, Tim Asistensi PSP3 Garut, Bapusipda Garut, Kades Cintarasa, dan KNPI Samarang.
Setelah penyerahan buku selesai, acara kemudian dilanjutkan dengan sesi talk show, pada sesi ini ada dialog dua arah antara penulis dan audiens. Seperti yang diharapkan penulis, ternyata para pelajar, pemuda, insan pers, sangat aktif bertanya kepada penulis perihal substansi buku, tujuan penulis menulis buku ini, bahkan ada yang mengkritisi mengapa kok isi buku muatan politiknya kental? Sesi ini dimulai dengan presentasi penulis tentang substansi buku. Di awal presentasi, penulis menyampaikan bahwa PARADIGMA BINTANG dipilih sebagai judul buku keduanya karena dari hasil renungan, telaah, kajian yang sekian lama, ditemani dengan sejuknya udara desa tempat penulis bertugas dan didampingi dengan heningnya malam desa, pada suatu titik penulis mendapatkan inspirasi bahwa derajat bintang hanya bisa diraih dengan memperbaiki dasarnya, dan paradigma atau pola pikir adalah dasar untuk mencapai derajat bintang.
Penulis memberi contoh tentang pentingnya paradigma sebagai dasar menjadi bintang, sambil berinteraksi dengan audiens, penulis bertanya: "Adik-adik, rajin pangkal apa? Spontan mereka menjawab: Pandai..Malas pangkal? Spontal dijawab bodoh. Hemat pangkal? Kaya.." Jawab mereka. "Inilah paradigma yang dimaksud, jadi, kalau mau pandai harus rajin. kalau mau kaya harus usaha dan kerja keras, bukan dengan korupsi," kata penulis. Tidak puas sampai disitu, penulis kemudian mengaitkan paradigma dengan studi kasus, ia menyampaikan bahwa menurut data akhir tahun 2015, ada sembilan Menteri, 19 Gubernur, 44 anggota DPR, dua mantan Gubernur BI, dan empat Ketua Umum Partai Politik yang dipenjara karena kasus korupsi. Penulis kemudian memancing audiens dengan pertanyaan, ada apa dengan negeri ini? mengapa kasus korupsi bisa menjerat mereka? Penulis kemudian menjelaskan bahwa kasus korupsi yang memalukan terjadi dan menimpa pihak-pihak seperti politisi, birokrat, teknokrat dan sebagainya karena paradigma mereka salah, bengkok, rusak, dan busuk. "Mau kaya kok jadi politisi? Iya jelas salah katanya. Kalau mau kaya ya harus usaha dan kerja keras, berpolitik kok ingin jadi kaya, pola pikir yang salah kaprah, berpolitik adalah jalan untuk mengabdi dan melayani bukan yang lain," kata penulis.
Setelah menjelaskan tentang paradigma dasar, penulis kemudian menjelaskan tetang makna bintang. Dengan gaya interaktif, penulis memancing audiens dengan melontarkan pertanyaan: "Adik-adik tahu bintang? Pasti tahu kan, setiap malam selalu ketemu. Tapi ada yang tahu tidak makna bintang dalam praktik kehidupan? Ada yang bisa membantu saya beri contong bintang yang saat ini bersinar?" Ada pelajar yang mengacungkan tangan dan menjawab: "Chairul Tanjung." Mendengar jawaban tersebut penulis memberi pujian "Good, jawabannya benar, tapi ada yang bisa memberi contoh lagi?" Tanya penulis, salah seorang pelajar yang berdiri di tengah, posisinya pas di depan penulis mengacungkan tangan dan menjawab : "Jokowi," jawabnya. Mendengar jawaban Jokowi, penulis kemudian pura-pura bertanya lagi, "Bisa diulang dik, siapa bintang yang barusan disebut?" Tanya penulis. Dengan yakin pelajar bersangkutan menjawab : "Jokowi."
Setelah mendengar jawaban kedua ini, penulis kemudian menyampaikan inilah jawaban yang ia tunggu-tunggu dari tadi. "Nah, ini dia jawaban yang saya tunggu, saya suka sekali dengan jawabannya, adik-adik tahu tidak mengapa saya bilang Jokowi jawaban yang saya tunggu?" Coba bertanya lagi kepada audiens. Penulis kemudian memberi penjelasan, bahwa ia banyak belajar dari sosok Jokowi, Presiden ketujuh Indonesia, bintang politik yang sedang bersinar terang. Menurutnya, Jokowi bisa menjadi bintang dengan gelar RI 1 saat ini karena berkah dari paradigmanya yang tulus, berpolitik hanya untuk mengabdi bukan untuk mencari kekuasaan dan memperkaya diri. Penulis menjelaskan, mana mungkin sosok Jokowi yang menurut lawan-lawan politiknya dibilang tidak punya tampang presiden, bukan keturunan darah biru, bukan ketua umum partai politik, tidak mempunyai kekayaan melimpah, bisa jadi capres dan menang pilpres kalau bukan karena faktor X dan kehendak ilahi. Fakor X itu menurut telaah penulis adalah paradigma lurus yang dimiliki Jokowi yang mengantarkannya dipercaya rakyat menjadi pemilik singgasana Indonesia untuk periode 2014-2019.
Penulis juga menjelaskan bahwa ia sengaja menjadikan Presiden Jokowi sebagai sosok teladan dan menyelipkannya dalam sinopsis di kover buku belakang karena ia ingin pembaca belajar dari kesuksesan beliau menjadi bintang. Penulis meyakini bahwa rahasia sukses di balik derajat bintang politik yang saat ini disandang Presiden Jokowi tidak lepas dari paradigma tulus yang beliau miliki untuk mengabdikan hidup dan matinya bagi bangsa dan negara. Penulis menambahkan bahwa bintang merupakan lambang kemuliaan, lambang kejayaan, lambang kemenangan, dan lambang kehormatan. Tidak mudah meraih bintang, namun tidak mustahil pula untuk diraih. Paradigma yang benar adalah kunci dasarnya. Turunannya adalah kerja keras, kesungguhan, kesabaran, bersikap toleran, bermental bersih, dan juara. Inilah paparan penulis tentang substansi PARADIGMA BINTANG yang menjadi ide, gagasan dan judul besar dari mahakarya keduanya.
Setelah puas mempresentasikan substansi PARADIGMA BINTANG, penulis dibantu moderator kemudian membuka kran dialog seluas-luasnya kepada audiens. Ketika kran dialog baru dibuka, tercatat ada pelajar SMP Qurrota A`yun yang bertanya: "Bagaimana caranya menghasilkan karya yang menarik?" Penulis menjawab bahwa untuk memiliki karya yang menarik harus melalui proses kreatif yang cukup, memperbanyak membaca karya orang adalah dasar untuk memiliki karya. Di sini penulis menjelaskan konsep Amati, Tiru, dan Modifikasi (ATM) untuk mempermudah audiens memahami jawaban yang dimaksud. Pertama, kita mesti mengamati bagaimana orang menulis, kalau ada sisi menulisnya yang cocok tidak masalah ditiru namun pada akhirnya harus dimodif dengan gaya sendiri. Dan memperbanyak latihan adalah cara terbaik seseorang memiliki tulisan yang menarik.
Selain itu, ada pelajar dari SMK Al-Madani yang bertanya, bagaimana caranya agar catatan diary bisa menjadi suatu karya? Penulis menjawab bahwa menulis diary adalah cara sederhana belajar menulis yang bisa mengantarkan seseorang sukses menjadi penulis. Dengan membiasakan menulis hal sepele seperti kegiatan harian di diary pribadi bakat dan minat menulis bisa terasah, penulis menyarankan kepada audiens agar jangan ragu untuk menuliskan apapun yang dianggap menarik, bisa ke diary, atau buku catatan pribadi, karena hal itu akan sangat membantu mengasah keterampilan menulis. Penulis membocorkan bahwa isi bukunya keduanya sesungguhnya adalah catatan diary pribadinya yang berisikan refleksi penulis terkait fenomena sosial politik mutakhir. Ada juga pertanyaan dari pelajar SMAN 17 Garut yang bertanya: apa tujuan buku PARADIGMA BINTANG ditulis? Penulis menjawab dengan rileks: "Tujuan saya menulis buku ini tidak lain hanya untuk mendobrak pola pikir siapapun yang salah, meluruskan paradigma yang bengkok," jawab penulis.
Melengkapi pertanyaan di atas, ada pertanyaan menarik dari salah seorang awak media, jurnalis Radar Garut. dia bertanya, "Kalau yang saya perhatikan, isi buku yang anda tulis dominan membahas politik, mengapa demikian?" Penulis menjawab dengan elegan, "Memang benar isi dari buku PARADIGMA BINTANG nuansa politiknya kuat, saya akui itu. Hal ini disebabkan karena pertama background pendidikan saya adalah sosial politik. Jadi sangat wajar jika karya saya dipengaruhi oleh sesuatu yang pernah saya geluti. Kedua, politik itu cair, hari ini A, esok hari bisa B, C, D, dan E. Karena politik tidak pasti, ia menarik untuk selalu diikuti perkembangannya. Itulah politik, susah ditebak," Jawab penulis dengan detail.
Sesi talk show ditutup dengan pertanyaan dari Sekretaris KNPI Samarang, ia bertanya, "judul bahasan bukunya tentang politik, tapi kenapa pesertanya kok mayoritas pelajar? kenapa bukan kader partai politik?" Terhadap pertanyaan ini, penulis menjawab dengan santai, bahwa seperti dijelaskan di awal, acara launching dan talk show buku PARADIGMA BINTANG peserta memang diniatkan dari kalangan pelajar pemuda karena bagi penulis inilah momentum emas untuk memberikan pendidikan politik kepada pelajar dan pemuda, menanamkan paradigma dasar tentang tujuan inti politik perlu diberikan semenjak dini, agar kelak ketika mereka terjun ke dunia politik memiliki pegangan dasar yang kuat bahwa berpolitik itu tujuannya tidak lain hanya untuk mengabdi dan melayani bukan untuk memperkaya diri dan sebagainya. "Siapa tahu di antara yang hadir nantinya ada yang menjadi Kades, Bupati, Gubernur, Menteri bahkan Presiden," kata penulis. Acara kemudian dilanjutkan dengan penyerahan doorprize buku kepada penanya terpilih.
Acara kemudian dilanjutkan dengan doa, kesimpulan oleh moderator dan foto bersama.
0 Response to "Liputan Peluncuran Buku PARADIGMA BINTANG"
Post a Comment