Adalah pengalaman yang senantiasa
mengingatkan diri agar selalu ingat bahwa di manapun manusia berada, selagi ia
tidak tahu dan buta akan sesuatu, apapun itu, ia mesti sadar, ia memiliki jurus
yang harus dipakai. Jurus itu berupa mulut yang harus aktif bergerak,
menanyakan segala yang tertutup tirai, membuka tirai tersebut dan memastikan
bahwa ia bisa masuk ke dalamnya. Mulut sejatinya harus difungsikan dan
diberdayakan, bagaimana caranya? Mulut yang kata orang memiliki komponen inti lidah
tak bertulang harus diaktifkan untuk bertanya, menyapa orang sekeliling dengan
elegan. Iya, jurus mulut bergerak aktif adalah jurus pamungkas yang dimiliki
setiap insan untuk bisa keluar dari kegelapan akibat tersesat di jalan, tidak
menguasai medan suatu persoalan atau hal-hal lain di luar kendalinya.
Tidak peduli siapapun orangnya,
mau kaya atau miskin, tua atau muda, laki atau perempuan, selagi saya gundah
dan bodoh akan peta dan jalur jalan saya tanya saja. Meskipun kadang ada di
antara jawaban manusia yang saya tanya memberi jawaban yang kurang akurat, atau
setengah hati, saya tidak peduli, yang penting saya bertanya dulu, bahasa
kerennya action dulu. Tuhan tidak tidur, sekalipun ada manusia yang
saya tanya menjawab yang tidak semestinya dan cendrung menjauhkan saya dari
tujuan, terkadang ada saja kejutan yang diberikan Tuhan. Contoh, suatu ketika
saya bermaksud untuk berkunjung ke suatu alamat instansi di Jakarta, ketika
saya coba bertanya kepada manusia yang saya jumpai perihal alamat instansi yang
dimaksud dia memberi jawaban: “Kalau mau ke alamat kantor tersebut masih jauh,
sekitar puluhan kilometer dari sini, lebih baik naik bajai atau ojek nanti
turunnya pas di depan kantor,” ucapnya.
Tidak puas dengan jawaban
tersebut, saya memutuskan untuk berjalan kaki mengikuti irama hati sambil
berharap ada yang memberi saya jawaban yang tepat. Benar saja, selang beberapa
langkah saya berjalan, ada sosok pria paruh baya yang berjalan di samping saya,
hati saya bergumam sepertinya saya mesti bertanya lagi perihal alamat yang saya
cari. Sambil tersenyum saya memberanikan diri bertanya lagi. “Pak, permisi
mohon maaf, saya sedang mencari alamat ini, saya ada keperluan di instansi
tersebut, kira-kira di mana ya pak?” Mendengar pertanyaan saya tersebut, dengan
bijak dan penuh hangat ia menjawab: “Oh, mau ke alamat ini, bareng saja,
kebetulan saya kerja di situ, ini udah dekat sekitar 500 meter lagi udah sampai,”
ujarnya penuh hangat. Alangkah leganya hati saya waktu itu, ternyata di balik
kesukaran ada kemudahan, di balik keculasan ada ketulusan. Berkat keberanian
bertanya dan pantang patah arang, akhirnya saya bisa sampai di tempat tujuan
dengan selamat.
Demikian pula dalam memahami
suatu ilmu, keberanian bertanya masih menjadi jurus andalan saya melawan
kebodohan dan kebengkokan cara berpikir, bertanya menjadikan saya lebih bijak dan paham
akan suatu persoalan. Jujur, keberanian bertanya juga yang menyelamatkan saya
dari kesesatan memandang suatu masalah karena dengan bertanya saya mengetahui
hakikat suatu masalah sehingga bisa tahu solusi dan jalan mana yang mesti
ditempuh. Sederhananya, saya ingin mengatakan: ”Bertanyalah selagi bertanya itu
gratis dan tidak dilarang, tapi ingat, janganlah bertanya kepada rumput yang
bergoyang, karena sampai kiamat pun dijamin ia tidak akan pernah memberi anda
jawaban yang dimaksud. Bertanyalah kepada manusia berakal sehat yang bisa
dijangkau.“
Mau Bertanya Nggak Sesat di Jalan #AskBNI
Mau Bertanya Nggak Sesat di Jalan #AskBNI
0 Response to "Berani Bertanya Selamat di Jalan"
Post a Comment