Di antara pilihan-pillihan hidup yang mesti
diputuskan untuk dipilih adalah karir, ada begitu banyak karir yang bisa
menjadi jalan hidup. Berkarir berarti berpenghasilan, berpenghasilan berarti
berpenghidupan, sebagai manusia berakal dan beragama tentu dalam memutuskan
karir yang akan dijalani sejatinya manusia masih menggunakan acuan agama serta
akal sehat dalam menapaki karir. Terkadang, adakalanya karir itu secara akal,
tidak ada masalah, namun secara agama bermasalah. Sebagai umat beragama,
manusia mestinya sadar, kalau hidup tak selamanya di dunia, setelah dunia ada
kehidupan lagi, itulah akhirat, segalanya akan dimintai pertanggungjawaban di negeri keabadian bernama akhirat, termasuk apa yang kita makan, nafkah yang kita miliki, bersumber dari mana, halal tidakkah? Kali ini saya harus menulis dengan perspektif akhirat.
Berbicara karir dan tipu dayanya, pandangan saya adalah: jika memang suatu karir
menabrak rambu-rambu agama, jangan ragu untuk menolak dan membuang jauh-jauh
karir tersebut. Menjambret, mencoleng, menjadi pemuas nafsu, menjadi makelar
syahwat, adalah jenis-jenis karir yang begitu jelas statusnya, nalar dan logika
kita sepakat mengatakan itu haram dan tidak boleh. Namun adapula jenis karir
yang menurut akal sehat manusia itu wajar, sah, dan legal, tapi pada
hakikatnya itu bertabrakan dengan agama. Karir ini sangat samar, dan halus
sekali, banyak sekali umat manusia yang terjerumus kedalamnya. Menjadi rentenir
dan penyalur kredit adalah jenis karir yang sangat bertabrakan dengan
amanat agama, fatwa-fatwa ulama sudah banyak yang keluar, menyebutkan bahwa
transaksi pinjam-meminjam berbunga adalah termasuk riba yang hukumnya menurut
agama haram besar. Al-Quran jelas menyebutkan bahwa Allah menghalalkan jual
beli dan mengharamkan riba.
Ada banyak manusia yang terseret dalam lingkaran
riba, baik sebagai pelaku riba langsung seperti pegawai bank konvensional
maupun sebagai penikmat riba seperti pelanggan kredit berbunga. Jujur,
idealisme saya tentang hal ini tegas menolak praktik riba. Kenapa?
Karena mengingat sabda Nabi yang mengatakan bahwa Dari Abdullah bin Masud RA dari
Nabi SAW bersabda,"Riba itu terdiri dari 73 pintu. Pintu yang paling
ringan seperti seorang laki-laki menikahi ibunya sendiri. (HR. Ibnu Majah
dan Al-Hakim). Bisa dibayangkan ngerinya dosa riba yang seperti dosa menzinahi ibu
kandung sendiri. Bahkan masih ada lagi hadits yang agak mirip, yaitu haramnya
dosa riba lainnya adalah setara dengan 36 perempuan pezina, sebagaimana
disebutkan dalam hadits berikut ini.
Dari Abdullah bin Hanzhalah ghasilul malaikah
berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda,"Satu dirham uang riba yang dimakan
oleh seseorang dalam keadaan sadar, jauh lebih dahsyah dari pada 36 wanita
pezina. (HR. Ahmad).
Kira-kira terbayang tidak bagaimana rusaknya dampak riba bagi kehidupan dunia dan akhirat manusia pelaku, penyalur dan penikmat riba? Nah, disinilah ujian hidup sesungguhnya. Apakah manusia cenderung mengikuti bejatnya hawa nafsu ataukah mengikuti kebenaran hakiki yaitu ajaran agama? Jawabannya, kembali kepada individu masing-masing. Saya tidak berhak mencampuri, namun kalau boleh berbagi, karir yang paling saya hindari dan benci adalah karir perbankan. Hati nurani saya meyakini bahwa susah mendapat kebahagiaan dunia akhirat di karir ini. Karenanya, meskipun rayuan berkarir sebagai praktisi riba selalu menggoda, idealisme saya tegas menolak. Banyak yang kemudian berkomentar ''ah kamu sih pilah-pilih kerjaan'', dan Saya tidak takut dibilang pilah-pilih. Jawabannya saya ''biarin, bukannya hidup adalah tentang pilihan dan ketegasan, dan pilihannya saya ingin bahagia dunia akhirat''. Jadi, jangan takut pilah-pilih, pilihlah sesuatu yang mengantarkanmu selamat dunia akhirat, bahagia lahir bathin, damai hati dan pikiran, Lebih baik terlambat daripada keterusan berkubang lumpur riba yang mengerikan.
Kira-kira terbayang tidak bagaimana rusaknya dampak riba bagi kehidupan dunia dan akhirat manusia pelaku, penyalur dan penikmat riba? Nah, disinilah ujian hidup sesungguhnya. Apakah manusia cenderung mengikuti bejatnya hawa nafsu ataukah mengikuti kebenaran hakiki yaitu ajaran agama? Jawabannya, kembali kepada individu masing-masing. Saya tidak berhak mencampuri, namun kalau boleh berbagi, karir yang paling saya hindari dan benci adalah karir perbankan. Hati nurani saya meyakini bahwa susah mendapat kebahagiaan dunia akhirat di karir ini. Karenanya, meskipun rayuan berkarir sebagai praktisi riba selalu menggoda, idealisme saya tegas menolak. Banyak yang kemudian berkomentar ''ah kamu sih pilah-pilih kerjaan'', dan Saya tidak takut dibilang pilah-pilih. Jawabannya saya ''biarin, bukannya hidup adalah tentang pilihan dan ketegasan, dan pilihannya saya ingin bahagia dunia akhirat''. Jadi, jangan takut pilah-pilih, pilihlah sesuatu yang mengantarkanmu selamat dunia akhirat, bahagia lahir bathin, damai hati dan pikiran, Lebih baik terlambat daripada keterusan berkubang lumpur riba yang mengerikan.
0 Response to "Tentang Pilah Pilih Karir"
Post a Comment